-Author's Poin of View-
Salsa menilik dari jendela kecil yang ada di pintu ruang ICU tempat El dirawat dengan air mata yang terus membasahi pipinya seraya berdoa supaya tidak terjadi sesuatu yang buruk pada putra semata wayangnya itu.
Lian yang terduduk tak jauh dari Salsa pun sama kalutnya. Tadi setibanya dia di ruangan El sehabis memanggil dokter Matthew dengan beberapa suster, dia dikagetkan dengan putranya yang sudah tak sadarkan diri di pelukan Salsa.
"Udah... Jangan nangis lagi." Ucap Lian sembari mendekati Salsa lalu menariknya pelan. Salsa berhambur kepelukan Lian dengan suara tangis yang semakin memilukan.
"Gimana kalo sesuatu yang buruk terjadi sama El?" Tanyanya ditengah tangisan. Lian mendekapnya, berusaha menenangkan sambil mengusap kepala wanita yang menjadi Ibu dari anaknya itu.
"Lo nggak boleh ngomong gitu. Gue yakin dia bakal sembuh." Ucap Lian menyemangati walaupun jauh di lubuk hatinya dia tak yakin dengan perkataannya sendiri.
"Gue emang Ibu yang nggak berguna." Ucap Salsa. Lian melepas pelukannya lalu menangkup pipi Salsa sambil memandang kedua matanya.
"Lo salah, lo adalah ibu terhebat buat El. Untuk ngejalani peran kayak lo sebagai seorang Ibu untuk El itu udah sangat luar biasa buat gue. Jadi jangan pernah bilang kalo lo nggak berguna." Air mata Salsa makin deras mengingat hidupnya lima tahun belakangan ini. Saat melahirkan El, merawatnya, dan mendidiknya
Lian membawa kembali Salsa kedalam pelukannya dan Salsa menikmati itu. Beban dihatinya yang selama ini ditanggungnya tentang keadaan El, kini seolah sudah terbagi dengan Lian. Ada rasa nyaman yang semakin terasa ketika Lian memperlakukannya seperti ini. Begitu juga dengan Lian yang memeluknya, dia merasa seolah dia adalah orang yang memang pantas untuk melindungi Salsa dan putra mereka.
Rasa cinta yang dulu terpaksa dia kuburkan, kini bagai menyeruak kembali dan bersemi. Haruskah pada keadaan seperti ini mengungkapkan perasaan sebenarnya pada Salsa? Pikirnya dalam hati.
"Lian..." Panggil suara dua orang wanita tak jauh dari mereka. salsa melepaskan pelukannya dan menoleh ke asal suara tersebut.
"Mama... Kak Flo..." Lian menghampiri kedua wanita itu sementara Salsa terpaku kaget memandang kedua wanita yang dilihatnya.
"Loh? Caca?" Ucapa salah satu dari salah seorang wanita itu yang berpakaian blouse brukat dipadukan dengan celana hitam dan cardigan berwarna senada serta sepatu boot coklat yang sama terkejutnya dengan Salsa. Siapa lagi kalau bukan Flora?
***
-Lian's Point of View-
"Yaa Allah cucuku..." Jerit Mama saat masuk ke dalam ruang perawatan El karena kini El sudah bisa dijenguk.
Tidak lama setelah Mama dan kakakku tiba, dokter Matthew keluar dan mengabarkan kondisi El kembali seperti semula saat pertama kali aku menjenguknya dulu. Mama mencium kening dan kedua pipi El bergantian, sementara di belakang Mama, kak Flora sibuk mengusap air matanya yang tak hentinya keluar.
"Ini Oma sayang. Oma Resi. Maaf yaa baru bisa jenguk El sekarang. Oma nggak tau kalo selama ini kamu ada." Aku memandang Mamaku yang masih saja sesenggukan melihat keadaan cucunya. Lalu aku mengalihkan pandanganku kearah Salsa yang menunduk menangis di sebelahku.
"Udah jangan nangis lagi." Bisikku pelan sambil merangkulnya.
"Maafin aku. Ini semua salah aku..." Ucap Salsa pelan yang tidak terdengar oleh Mama dan Kak Flora. Aku membawanya kembali ke dalam pelukanku.
"Jangan pernah bilang gitu lagi. Sekarang tugas kita cuma mengusahakan kesembuhan El." Balasku mengusap kepalanya, dia mengangguk dalam pelukanku. Kak Flora yang berdiri disebrang lain pembaringan El tersenyum kecil melihat perlakuan yang kuberikan kepada Salsa. Entah apa yang dia pikirkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
Fiction généraleSelalu mendapat hinaan sebagai gadis cupu, tidak menarik, tidak laku, dan sebagainya, membuat seorang gadis bernama Princess Salsa Narendra nyaris depresi. Terlebih lagi nama yang orang tuanya berikan semakin menambah beban untuknya. Bukan hanya nam...