FY-16

2.5K 288 69
                                    

Salma menatap lima tangkai mawar putih yang kini dikumpulkannya dalam sebuah gelas berisikan air agar bunga-bunga tersebut tidak cepat layu. Entah siapa orang yang dengan sengaja memberikan bunga-bunga itu beserta sebuah kartu ucapan berbentuk hati berisikan pesan yang sama, tersenyumlah cantik.

Salma pun heran mengapa setiap kartu tersebut tertanda dari seseorang yang memberi penyamaran dengan nama X, dan pada saat kiriman yang terakhir hari ini, dia menerima note kalau si pengirim mengajaknya bertemu pukul 2 siang esok hari di gerbang depan sekolah. Yang jelas, kini dia sedikit bahagia bahwa kemungkinan ada seseorang diluar sana yang mungkin memperhatikannya.

"Non Caca..." Suara Bi Mirna terdengar dari luar pintu sambil mengetuk pintu kamar Salma.

"Yaa Bik, ada apa?" Tanyanya membuka pintu.

"Ehhh, anu... Hmmm... Non Caca dipanggil tuan Muel, disuruh turun kebawah." Salma terdiam mendengar nama tersebut. Dahulu mungkin dia langsung tersenyum senang dan bergegas menghampiri pria itu jika Mirna mengatakan dia telah datang, namun saat ini untuk bangkit pun saja rasanya teramat berat.

"Hallo my lil princess..." Sambut Muel disertai senyum khasnya menyambut Salma  turun dari lantai dua. Salma menghampiri kursi paling jauh dari jangkauan pria itu seolah berada satu ruangan saja bersamanya terasa memuakkan.

"Kamu kenapa sayang? Nggak kangen sama Om?" Tanya Muel. Salma tetap membisu. Muel berinisiatif untuk mendekati Salma seraya membawa paperbag yang berisi hadiah untuk Salma, namun Salma malah menghindar.

"Hei my love? Ada apa sama kamu? Liat nihh, Om bawa boneka Giant kesukaan kamu dari Jepang. Dulu kamu bilang di Indonesia susah kan nyari ini?" Ucap Muel mengeluarkan boneka salah satu tokoh kartun Doraemon yang memiliki badan tambun.

Salma memandang malas ke boneka berukuran sekitar 50cm itu. Jika saja dia tak melihat perilaku tak senonoh antara Muel dengan sang Mama beberapa waktu lalu, mungkin kini Salma akan berteriak histeris menerima boneka itu sambil menciumi kedua pipi Muel yang kini sudah ditumbuhi rambut-rambut halus seraya mengumandangkan terima kasih.

"Ini buat kamu." Ucap Muel mendekatkan boneka itu kearah Salma. Salma memandangnya sejenak, lalu menepis boneka itu hingga terlempar entah kemana.

"CACAAA!!!" Teriak sang Mama yang melihat adegan tadi. Ia meraih boneka yang mendarat mulus menabrak sendal yang dikenakannya. Salma membeku ditempat memandang wajah Elyssa. Aura kemarahan sudah menjalar hingga oksigen di ruang tamu yang kini mereka tempati serasa menipis.

"Lancang kamu berbuat seperti itu! Apa saya pernah ngajarin kamu jadi anak nggak sopan, hah?" Bentak Elyssa keras tepat dihadapan Salma. Salma menunduk menahan air matanya yang sebentar lagi akan keluar. Memang sedari kecil dia sudah terbiasa dibentak seperti ini, bahkan lebih. Hatinya mungkin bisa menguatkan, namun tidak sepasang bola matanya yang enggan untuk berbohong bahwa perasaannya sakit.

"Nggak punya mulut, hah?"

"Ampun Maaahh..." Mohon Salma karena rambutnya dijambak oleh jari-jari lentik Elyssa.

"Lysa, cukup! Kenapa dari dulu kamu selalu siksa dia?" Tegur Muel mencoba mengendurkan tarikan tangan Elyssa pada rambut Salma.

"Biarin aja! Anak kayak gini itu nggak ada gunanya!" Balas Elyssa dengan suara tinggi.

"Kamu nggak sadar kalo tindakan kamu ini udah keterlaluan? Dia udah besar Lys, udah remaja. Udah cukup kamu selalu siksa dia dari kecil. Sekarang mulailah belajar sayangi dia." Elyssa tertawa mendengar omongan Muel tanpa melepaskan helaian rambut Salma, seolah-olah apa yang diucapkan Muel merupakan lelucon.

"Nyayangin dia? Aku bakal belajar nyayangin dia asal dia bisa balikin kebahagiaan aku." Ujar Elyssa sambil melepas rambut Salma dan mengempaskan anaknya itu begitu saja hingga Salma terjatuh ke lantai. Kedua tangan Muel terulur menolong Salma, dan saat itu juga dia memandang darah yang sudah mengalir di dahi Salma.

Fix YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang