-Princess's Point of View-
Kedua mataku berbinar memandang sebuah gaun berbahan sifon panjang berwarna biru dengan aksen payet emas disekitar leher yang berbentuk sabrina. Aku puas sekali dengan hasil karya Kak Flora yang memang sangat menuangkan ide-ideku mengenai gaun yang ku pesan padanya untuk ku gunakan pada acara baby shower yang kuadakan pada kehamilanku yang menginjak delapan bulan ini.
"Gimana Ca?" Tanya Kak Flora menyadarkanku dari keterkagumanku pada gaun buatannya itu.
"Seperti biasanya Kak, Kakak emang tau cara memuaskan customer. Good job!" Ucapku sambil mengangkat kedua jempol kepadanya. Ia tersenyum kecil.
Kini kami sedang berada di dalam sebuah restoran pada sebuah mall. Aku memang sengaja berjanji dengan Kak Flora untuk bertemu di restoran ini untuk mengambil gaun yang kupesan karena aku tidak sempat jika harus ke butiknya lagi dikarenakan aku harus mengambil souvenir yang juga ku pesan pada sebuah toko di mall ini.
"Nggak mau di fitting dulu Ca? Acaranya seminggu lagi kan? Kalo ada yang kurang kan masih bisa diberesin." Tanya Kak Flora sambil melipat gaun itu lalu memasukkannya ke dalam kotak berbentuk persegi panjang.
"Nggak usah Kak. Caca yakin kok kalo buatan Kakak nggak akan pernah mengecewakan."
"Ahh, bisa aja lo Ca." Jawabnya tersenyum manis lalu meneguk orange juice yang dipesannya.Tiba-tiba dering suara panggilan handphone terdengar dari tas kecil yang dibawa Kak Flora. Kak Flora mengambilnya lalu mengusap layar handphone tersebut.
"Hallo..."
......
"Wa'alaikumsalam. Lo udah disitu?"
......
"Kalo udah nyampe tungguin yaaa, gue lagi ada janji ini sama customer."
......
"Okey, bye!" Ucap Kak Flora mengakhiri teleponnya.
"Kenapa Kak?" Tanyaku pada Kak Flora yang sedang memasukan kotak gaun tadi ke dalam paperbag.
"Sorry ya Ca. Gue ada janji sama adek gie di cafe depan. Kebetulan dia lagi ada meeting disini makanya ngajak ketemu."
"Oh, oke Kak." Jawabku pada Kak Flora sambil mengangguk mengiyakan.
"Nihh Ca. Semoga nyaman di pake. Kakak jalan sekarang yaa, ini muter baliknya lumayan jauh padahal cafenya sebrang mall ini." Ucapnya sambil ber-cipika-cipiki denganku.
"Oke Kak, nggak apa-apa. Hati-hati yaaa..." Ucapku. Kak Flo berdiri dan meninggalkanku di restoran ini. Aku mengambil handphone dari dalam tas kemudian medial kontak Ryandra.
Oh iya, sejak hampir 2 bulan lalu aku menjadi murid yoganya, hubunganku dengan Ryandra semakin dekat. Ryandra sudah kuanggap sama seperti Sofie yakni sebagai sahabat. Dia selalu ada di saat aku butuh dan dia selalu membaweliku jika aku berbuat yang tidak disuka olehnya. Dia juga memproklamirkan diri sebagai 'Papa' dari bayi yang kukandung.
Awalnya aku sempat protes dengan hal itu, namun dia berkata "Papa kan pasangannya Mama, dan lo maunya si baby manggil lo Mommy, sedangkan Mommy itu kan pasangannya Daddy, jadi yaaa nggak apapa dong. Kali aja dengan kayak gitu si baby bisa cepet-cepet dapet Mama buat Papanya yang ganteng ini." Aku terkekeh mengingat perkataan konyolnya itu. Namun kini aku sudah menanggapi itu sebagai hal biasa.
"Dimana sih lo? Niat nemenin gue nggak sih?" Tanyaku memasang suara seolah sedang marah kepadanya.
"Sabar dong, Mom. Papa lagi kejebak macet ini. Lagian kan tadi janjiannya jam dua. Ini masih setengah dua loh. Emang udah selesai ketemuan sama tukang jahitnya?" Ucapnya dari sebrang telfon begitu menggelikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
أدب الهواةSelalu mendapat hinaan sebagai gadis cupu, tidak menarik, tidak laku, dan sebagainya, membuat seorang gadis bernama Princess Salsa Narendra nyaris depresi. Terlebih lagi nama yang orang tuanya berikan semakin menambah beban untuknya. Bukan hanya nam...