FY-23

2.5K 323 90
                                    

Salma kecil yang kala itu masih berusia empat tahun menarik ujung baju Elyssa yang tengah duduk di kursi ruang keluarga sambil membaca sebuah majalah. Menjadi seorang ibu muda di usia 23 tahun yang memiliki seorang balita cantik dan menjadi istri seorang TNI angkatan laut adalah sebuah anugrah yang tak pernah disangkanya sama sekali.

Awalnya, dia berencana untuk melanjutkan kuliah selepas menjalani masa SMA dan menurut prediksi dia akan lulus di usia 22 tahun dengan gelar sarjana ekonomi dan bekerja disalah satu perusahaan besar pada bidang keuangan, namun cita-cita itu harus dia kubur dalam-dalam.

Pasalnya, kekasihnya yang tak lain adalah Kakak dari sahabatnya sendiri meminta untuk meresmikan hubungan mereka segera setelah mendapatkan kenaikan pangkat. Namun, sang suami pun tak membatasi ruang gerak Elyssa. Dia tetap mengizinkan istrinya menjalani masa perkuliahan. Dan pada saat memasuki semester kedua, Elyssa di anugrahi kehamilan yang membuatnya harus cuti selama satu tahun, tentunya dengan paksaan dari sang suami demi keselamatan ibu dan bayi.

Pada akhirnya, beberapa bulan lalulah dia berhasil meraih gelar sarjananya tapi tidak bekerja mengingat sang putri yang masih butuh perhatian penuh darinya.

"Ada apa sayang?" Elyssa meraih Salma dalam pangkuannya, dia melirik televisi yang masih menayangkan program tv favorit putrinya.

"Kenapa nak? Itu Kartunnya belum abis kok." Elyssa mengelus rambut hitam Salma dengan sayang. Wajah sang putri tampak murung sejak kepergian sahabat dekatnya yang tinggal di depan rumah mereka.

"Papa masih lama ya Ma?" Tanya Salma. Elyssa tersenyum manis lalu mengecup ujung kepala Salma.

"Papa pulangnya dua minggu lagi sayang. Sabar yaaa..." Bujuk Elyssa kepada Salma. Salma kecil memeluk pinggang Elyssa lalu menenggelamkan wajahnya di perut Elyssa.

Memang sudah hampir sebulan ini, suaminya bertugas menjaga perbatasan teritorial di dekat pulau Kalimantan dan baru kembali dua minggu lagi. Isakan kecil Salma terdengar di telinga Elyssa. Selalu saja begini jika dia sedang merindukan sang Papa. Elyssa melirik jam dinding yang tertempel dan menunjukkan pukul setengah satu siang.

"Cuuupp, anak Mama. Jangan nangis doong, kata Papa kan princess nggak boleh nangis." Bujuknya membawa Salma dalam gendongan.

"Kita telfon Papa yaaa, tapi habis telfon harus minum susu baru bobo siang, gimana?" Tawar Elyssa dan Salma mengangguk bersemangat. Elyssa menggendong Salma ke kamar setelah sebelumnya mengunci pintu. Ia meraih handphone-nya yang teronggok di nakas samping ranjang. Tiga kali nada tunggu terdengar sampai akhirnya telepon diangkat.

"Hallo, assalamualaikum..." Sapa sang suami di sebrang sana.

"Waalaikumsalam Mas. Apa kabar?"

"Alhamdulillah baik, cuma agak masuk angin aja nih. Kamu apa kabar? Gimana hari ini?"

"Minta dibikinin rebusan jahe gih sama petugas disana, nggak keren banget sakitnya masuk angin" Jawab Ellysa sambil terkikik geli. Elyssa melirik Salma yang memandangnya penuh harap.

"Oiya Pa... Ini Caca mau ngomong sama Papa. Katanya kangen." Ujar Elyssa lalu menekan tombol tanda 'loudspeaker' agar suara sang suami dapat terdengar oleh putrinya.

"Hallo anak Papa sayang, assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam Pah..."

"Ehh, princess Papa kok suaranya lain? Siapa yang nangisin nih, biar Papa jewer orangnya." Gurau Prido. Salma terdiam tak menjawab. Namun setetes air mata mengalir di pipi chubby-nya dan isakan kecil keluar lagi.

Fix YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang