FY-25

4.1K 239 42
                                    

Salsa beranjak menuju kamar yang ditempatinya di lantai 2 rumah Ully setelah melewati terapi singkat dengan Nicole, salah satu dokter yang membimbingnya melewati masa trauma. Ini sudah hari kesepuluh Salma tinggal di rumah Ully dan selama itu juga Salma belum bertemu dengan sang Mama. Ada rasa rindu dihatinya namun ketika rasa itu melanda, secara bersamaan potongan-potongan kejadian saat Elyssa menyakitinya berkelabat dibenaknya.

Tak itu saja, salma juga masih shock dengan penemuan serta kenyataan yang baru diketahuinya tiga hari lalu bahwa El cucu Ully adalah Rony sang kakak kelas yang sempat dia cintai tapi tega menyakitinya. Sungguh Salma terkejut ketika mengetahui hal itu, namun dia tak memunculkan raut keterkejutannya kepada Ully dan juga Salsa serta Al yang kala itu berkunjung.

"Loh? Bunga?" Salma mendekat menuju ranjang yang kini spreinya sudah terpasang sprei berwarna putih dengan gambar beberapa strawberry segar berwarna merah. Setangkai mawar putih teronggok di ranjangnya dengan sebuah kartu ucapan berbentuk hati. Ia mengingat kembali karena sepertinya dia pernah mengalami hal semacam ini.

Mawar putih yang cantik, untuk gadis manis yang cantik.. Maafin aku.. R

Kalimat dengan tinta hitam itu tertulis rapi pada kartu ucapan. Salma teringat akan tulisan itu.

"Kak Rony..." Desisnha pelan lalu beranjak cepat menuju balkon kamar yang tampak terbuka meninggalkan mawar putih itu kembali ke ranjang.

Salma menolehkan pandangan kearah balkon, kosong tak ada orang. Lalu menyapukan lagi ke taman yang terlihat dari balkon itu, tetap tak ada juga. Hati Salma diserang rasa was was seketika. Ia membuka lemari pakaian, memeriksa toilet, sampai melihat ke arah walk in closet tapi yang dicarinya tetap tak didapati.

"Ahh iya..." Gumamnya saat mendapat ide lalu meninggalkan kamar.

"Bik... Bik Asih..." Salma menyusuri anak tangga menuju lantai dasar memanggil salah seorang asisten rumah tangga yang bekerja di rumah besar tersebut.

"Iya Non. Ada apa?" Tanya Asih, seorang wanita berusia sekitar 45 tahun berjalan mendekat dari arah dapur.

"Tadi ada yang dateng kesini nggak Bik?" Asih menatap Salma bingung.

"Dari tadi pagi yang dateng kan cuma dokter Nicole, non." Jawab Asih mengingat-ingat.

"Emmm... Nggak ada yang lain gitu Bik? Mungkin cucunya Oma." Tany Salma ragu, takut-takut kalau Asih menangkap sinyal jika Salma sudah mengenali El. Pasalnya saat awal-awal tiba di rumah ini dan Salma bertanya tentang El kepadanya, Asih seolah menyembunyikan jati diri El darinya.

"Nggak ada Mbak. Biasanya kalo pada mau main kesini pas Ibu sama Bapak lagi di rumah." Salma manggut-manggut mengingat oma Ully dan opa Rizal yang sudah pergi pagi-pagi menuju bandara karena akan mengikuti rapat perusahaan yang dipimpin oleh Rizal di Jogja. Jika memang tidak ada yang datang, lalu siapa yang menaruh mawar putih itu di ranjangnya?

"Yaudah deh Bik. Salma kira ada yang dateng hehehehe... Salma mandi dulu ya Bik. Tante Salsa bentar lagi mau dateng." Pamit Salma lalu beranjak kembali menuju kamar yang ditempatinya dengan pikiran yang masih bertanda tanya mengapa mawar itu bisa sampai. Tidak mungkin dia memberitahukan tentang keberadaan mawar tersebut kepada Asih, bisa-bisa seisi rumah khawatir tentang hal ini karena Salma yakin mawar itu adalah pemberian El.

***

Elyssa mengaduk masakannya bersemangat akibat pesan singkat yang dikirimkan oleh Salsa siang tadi. Ia melihat pasta yang hampir matang di wajan sebelahnya. Sesekali kedua bola matanya melirik ke arah jam dinding yang tertempel seolah waktu yang berputar berjalan lambat.

"Gimana?" Muel datang menghampiri Ellysa yang sibuk tak seperti biasanya.

"Mba Salsa mau bawa Caca check up dulu ke rumah sakitnya dokter Rara. Katanya jam tujuhan aku kesana." Jawab Elyssa sambil mencicipi pastanya yang kini matang sempurna lalu mematikan kompor sebelahnya yang berisi minyak panas setelah menggoreng ayam krispy. Makanan kesukaan Salma semasa kecil dan sampai saat ini.

Fix YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang