Part 21

787 102 8
                                    

Seminggu sudah berlalu sejak Shotaro mendapati kantong plastik berisi plester dan obat merah di pintu kontrakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seminggu sudah berlalu sejak Shotaro mendapati kantong plastik berisi plester dan obat merah di pintu kontrakannya. Si manis masih nyaman dengan pekerjaannya sebagai seorang floris ber-apron biru laut. Seminggu berlalu, ada hal baru yang berubah dari Shotaro. Berat badannya sepertinya naik, terlihat dari pipinya yang semakin bulat dan berisi.

Bagaimana tidak? Shotaro selalu mendapat bingkisan entah dari siapa. Bahkan Shotaro sampai tidak perlu berbelanja ke pasar karena stok makanannya terus ada dan ada. Semua yang ada di lingkungan kontrakan dia juga dapat sebenarnya, tapi Shotaro tetap merasa dirinya spesial. Makanannya banyak, si manis tidak punya kulkas, terpaksa harus segera ia habiskan supaya tidak rusak. Mungkin itulah penyebab berat badannya naik.

Setiap ada kesempatan, Shotaro akan melepaskan pakaiannya dan melihat tubuhnya yang bertambah berisi dan bongkahan pantatnya pun terasa semakin besar dan kenyal— eh. Tapi untung saja kenaikan berat badan ini bisa ia imbangi dengan aktivitas di luar supaya tidak buncit.

Dulu ketika masih berada di bawah kungkungan Sungchan yang kejam, Shotaro merasa berat badannya semakin hari semakin turun. Pembakar lemak yang efektif memang adalah tekanan batin. Beda halnya dengan orang yang justru selalu merasa lapar setiap stres. Tapi sekarang Shotaro bahagia dan senang dengan tubuh berisinya ini.

Hari ini Shotaro seperti biasa merawat bunga kesayangannya dengan senandung kecil, menandakan mood dia sedang bagus. Hidup sendiri tidak seburuk itu, meski kadang ia merindukan sang bunda yang kuburannya entah dimana, juga merindukan Sungchan yang mungkin sekarang sedang menyusun skripsinya.

"Shotaro, sudah makan belum?" Bibi Kim mendadak muncul dari pintu masuk, membawa dua rice bowl seperti biasa.

"Belum, bi. Rencananya nanti makan di rumah saja" Jawab si manis sambil tersenyum. Namun bibi Kim malah menarik tangannya untuk duduk.

"Jam pulangmu masih lama, nak. Kita makan dulu, aku tidak mau kau kelaparan"

Akhirnya Shotaro pun menurut dan makan bersama dengan bibi Kim. Wanita yang sudah tidak muda itu sejujurnya merasa sangat senang dan nyaman dengan Shotaro. Dia bahkan menganggap si manis sebagai anaknya sendiri, bukan sebagai pekerja toko biasa.

Kini bibi Kim sedang tersenyum melihat Shotaro mengunyah. Pipinya yang bulat semakin menggembung dengan semua makanan yang ada di mulutnya.

Merasa diperhatikan, Shotaro menaikkan kepala, "ada apa, bibi?"

"Ah, tidak. Kau sangat lucu" Bibi Kim tersenyum.

"Apa aku terlihat gendut, bi?" Shotaro bertanya dengan dua pipi menggembung, dia bahkan belum sempat menelan makanannya.

"Apa-apaan itu? Kau tidak gendut, tapi lucu dan menggemaskan."

Tidak, Shotaro tidak gendut. Postur tubuhnya sempurna, tidak ada kurangnya sama sekali. Shotaro tidak boleh insecure, karena dia begitu manis, lucu, imut, sksbzisboznsjsnd.

(✔) HUTANG [Sungtaro] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang