44. tak ada tujuan 🚶

900 135 31
                                    

*happy reading*
.
.
.
.
.

Gibran sudah sadar namun dia hanya terdiam bengong dibalkon. Dari tadi sudah banyak yang membujuknya namun tidak ada suara dari mulut Gibran

"Den aden mau makan apa biar mbok yang buatin"

"Bunda gak pulang" pertanyaan yang berulang-ulang

Mbok sama sekali tidak bisa menjawabnya dari tadi

"Bentar lagi tanggal akan berganti apakah mereka mengingatnya" Gibran

Sekarang sudah jam 21:55 mbok senantiasa menemani Gibran dari tadi

"Kan masih ada mbok sama lainnya den. Aden harus semangat dong mau umur 17" mbok

"Buat apa umur panjang jika tidak bahagia" ujar Gibran

Dari tadi berbicara dengan mbok namun Gibran tidak menatapnya dia menatap kedepan saja

"Bang Rakha bagaimana kabarnya apakah mbok tau" tanya Gibran sekarang dia menoleh ke mbok

"Be-besok den Rakha menjalani operasi pengangkatan tumor nya" mbok yang berat berkata itu

Gibran tersenyum tipis
"Bang rakha akan sembuh. Gibran kapannya"

Lagi-lagi mbok terdiam

"Selamat ulang tahun" Bibi membawa kue pak jo bernyanyi

Mereka bernyanyi dan tepuk tangan Gibran tersenyum kemereka

"Tiup lilin dulu den" bibi

"Makasih kalian ingat" Gibran langsung tiup lilinnya

*Percepat*

Pagi datang Gibran terbangun dari tidurnya melihat ruangan tamu kosong. Dia merasa sepi

Membuka kulkas melihat kue yang kemarin malam. Dia memfoto dan membuat vidio pendek

Sesudah membuat vidio itu Gibran menyemangati dirinya sendiri.

Hari ini Gibran hendak ke rumah sakit karena Rakha hari ini juga operasi. Dan dia harapan papa bundanya mengucapkan ulang tahun kepadanya

Dia hanya menunggu ucapan itu dari mereka. Teman-teman nya sudah banyak yang mengucapkan namun dia tidak membalas satupun.

Gibran yang sudah bersiap untuk pergi diantar oleh pak Jo

"Den udah sehatkan" pak Jo karena melihat Gibran masih pincang

"Udah kok pak" ujarnya sambil memasuki mobil

Mobil itu berjalan Gibran hanya melihat pemanggilan dibalek kaca. Setelah kejadian itu Gibran sepertinya sudah gak bersemangat untuk melakukan apapun

Untuk pinggangnya sering sekali sakit namun Gibran sudah tidak peduli itu. Dia menahan sakit itu sendiri.

Lebih sakit ucapan papa bundanya dari pada rasa dipingangnya. Harapan hari ini ulang tahun ke 17 Gibran hanya ingin ucapan dari mereka berdua.

waktu tak samaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang