8. Alana Jeswita

13 6 0
                                    

“Oke anak-anak, karena ibu Kinanti gak masuk jadi bapak yang mengimpal. Kita ke perpus aja!” Semua orang langsung terlihat sangat bahagia, mereka bisa pergi ke perpustakaan dan bisa bebas di sana tidak harus belajar dan mengerjakan soal. Di sana mereka bisa pura-pura membaca.

Mereka semua langsung pergi ke perpustakaan, dengan sangat antusias semuanya memasuki perpustakaan dan mengambil buku yang mereka inginkan. Begitu juga dengan Alana, dia berjalan sambil melihat buku yang menarik untuk dibaca. Saat matanya tertuju pada satu buku dan tangannya hendak mengambil buku itu, tiba-tiba tangannya tak sengaja bertabrakan dengan tangan orang lain yang juga ingin mengambil buku itu.

“Gue yang duluan!” Alana tak mau kalah dan langsung merebut buku itu. Si pria tak merebut kembali, karena itu sebagai ucapan terima kasihnya.

“Ya gak apa-apa, Lo juga udah ngasih gue payung.” Setelah mengatakan hal itu, Angkasa lalu pergi dan mencari buku yang lain. Alana menatap Angkasa, pria yang terlihat sangat misterius. Dari luar Angkasa terlihat sangat dingin dan kejam, tapi saat mereka pertama kali bertemu Alana tahu Angkasa sedang menangis.

“Hi, gue Alana!” Alana lalu mengejar Angkasa dan menghadangnya. Dia memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangannya.

“Angkasa,” ucap Angkasa tanpa membalas jabat tangan dari Alana. Tatapannya bahkan terlihat sangat datar.

“Benar kan kata gue, kalo Lo sakit nanti ibu Lo akan sedih. Mungkin dia juga akan marah karena Lo diam di bawah hujan. Dia marah gak?” tanya Alana.


Angkasa kembali menyusuri setiap rak buku. “Gak tau, gue gak liat.” Alana sangat bingung, kenapa Angkasa mengatakan hal itu.

“Maksudnya?” tanya Alana.

“Mama udah meninggal.”

Alana langsung menutup mulutnya. “Maaf, gue gak tau.”

Angkasa mendengus. “Diam, gak boleh ngobrol ini perpustakaan.” Setelah mengatakan hal itu, Angkasa lalu mengambil satu buku acak dan pergi meninggalkan Alana. Dia duduk di samping Aksara sedang yang lain mengambil buku.

“Lo lagi sakit ya? Atau pala Lo kejedot?” Angkasa bingung dengan maksud dari pertanyaan Aksara.

“Ya bingung aja. Kenapa Lo mau baca buku tutorial hijab gini sih? Emang Lo mau make hijab?” tanya Aksara lagi. Angkasa langsung melihat buku yang ia ambil, ‘Hijab Simpel dan Elegan’ judul buku yang ia ambil. Dia sangat terkejut, namun matanya tak sengaja melihat Alana sedang menertawakan dirinya.

“Ada-ada aja Lo Angkasa,” ucap Aksara sambil menggelengkan kepalanya.

“Ya gak ada salahnya kan?” Angkasa sebenarnya sangat malu, tapi dia menyembunyikannya. Dia harus tetap terlihat dingin.

...

Setelah satu pelajaran berakhir, semua siswa-siswi kembali lagi ke kelas karena pelajaran selanjutnya akan segera dimulai. Angkasa dan teman-temannya berjalan, sambil terus mengobrol. Angkasa hanya diam dan teman-temannya yang mengobrol, dia diam dan hanya menatap sekitar dengan tatapan biasanya, datar. Lalu mereka di hadapan oleh empat wanita, yang sama-sama memegang bunga dan coklat di tangan masing-masing.

“Daniel, ini buat Lo!” satu siswi itu memberikan bunga dan coklatnya. Begitu juga dengan yang lainnya, kepada Angkasa, Azkara dan Aksara. Mereka sangat bingung, sudah lama mereka tidak beraksi lagi menggoda keempatnya.

“Heh, Lo gak liat gue di sini?” Ariana maju di depan Aksara dan Azkara. Siswi yang mengincar keduanya langsung menatap sinis.

“Lo, Lo memang disukai sama mereka. Tapi Lo bingung mau pilih mana kan? Ya gue gak, gue mau keduanya.” Siswi itu membuang mukanya.

D 3A Mengejar Cinta (End) (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang