Keesokan harinya.
Di sekolah, semua tengah ricuh karena ukah Aksara dan Azkara. Mereka sedang ribut dengan seorang pria yang menjadi dalang dari masalah yang mereka hadapi semalam. Siswa bernama Regan yang membuat Rara mengadukan tentang masalah cinta mereka berdua.
“Dasar cepu!” Aksara mengambil buku dan melemparkannya pada siswa bernama Regan itu. Buku itu langsung mendarat tepat di wajah Regan. Dia sama sekali tidak berani melawan, dia pikir dengan rencananya itu, Aksara dan Azkara akan dijauhkan dari Ariana sehingga dia bisa mendekatinya. Dia juga berpikir jika keduanya tidak akan mengetahui jika dirinya lah yang menjadi dalang.
“Dan Lo!” Azkara menunjuk Rara. “Lo selamat karena Lo itu cewek, sekarang kalian pergi sonoh! Sebelum gue lepas kendali!” Azkara mengusir keduanya. Setelah keduanya pergi mereka lalu kembali ke meja di mana teman-teman mereka yang lain berada.
“Udah kelar masalahnya?” tanya Ariana pada keduanya. Lalu keduanya mengangguk dan duduk.
“Pacar lo mana?” Angkasa menunjuk Daniel dengan dagunya.
Daniel mendongak dan tersenyum.“Katanya ada urusan.” Angkasa mengangguk. Tapi Daniel terlihat sangat lesu, itu karena Azavira belum menemuinya sajak tadi. Dia bahkan belum memastikan yang ia lihat semalam.
“ANGKASA! Pacar gue yang tampannya aduhai!” suara melengking Alana langsung terdengar di seluruh penjuru kantin. Para siswi langsung menatapnya dengan sinis, namun berbeda dengan para siswa. Dia langsung saja diperhatikan oleh para penyukanya.
“Gue bawain, ini... Sengaja, gue bawa bekal. Biar lo rasain masakan gue!” Alana duduk di samping Angkasa dan membuka kotak makanan yang ia bawa.
“Emang hubungan kita apa?” tanya Angkasa.
Alana diam, dengan pandainya ia berpura-pura menangis. “Huuu Angkasa gak nganggap gue lagi, huu.”
“Wanita konyol!” Angkasa mendengus. “Lebih baik lo gak usah ganggu gue lagi lo gak pun—.” Ucapan Angkasa langsung terhenti saat Alana menyuapkan makanan ke mulutnya. Angkasa langsung mengunyahnya namun matanya langsung melebar.
Rasanya sama dengan yang ia makan semalam dan yang pernah dimasak oleh almarhumah ibunya dulu. Angkasa langsung memeriksa kotak makanan itu, ternyata isinya nasi dengan lauk opor ayam.
“Kenapa? Lo gak suka ya?” tanya Alana, dia juga takut jika Angkasa tidak bisa memakan kuah santan.
“Gak, gue heran aja gimana lo bisa bawa makanan berkuah gini dicampur?” Angkasa mencari alasan lain.
“Ya, kuahnya dipisah. Mau lagi? Aaaa!” wajahnya masih tetap datar, tapi mulutnya malah terbuka untuk menerima suapan dari Alana. Keduanya tidak sadar jika mereka sudah jadi tontonan dan membuat orang lain tersenyum sendiri. Teman-teman mereka juga bahkan berpura-pura tidak melihat adegan itu agar mereka tidak berhenti.
...
Sekarang saatnya kelas Angkasa di mata pelajaran olahraga, materinya adalah basket. Para siswa-siswi mempraktikkan teknik-teknik bermain bola basket yang telah diajarkan oleh guru mereka.
Semuanya sangat antusias, begitu juga dengan Angkasa. Bahkan dati semuanya, dia yang paling berkeringat. Keringatnya bahkan sampai membuat jarsey yang ia pakai basah hingga memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sangat indah. Semua siswi langsung curi-curi pandang padanya, menyadari hal itu. Alana mengeluarkan handuk dan pergi untuk menutupi badan Angkasa, semua orang terkejut.
“Angkasa pacar gue! Hanya gue yang boleh lihat apa yang gak boleh dilihat!” ucap Alana dengan penuh semangat. Angkasa terkekeh.
“Kapan kita pacaran? Gue gak pernah tembak lo?”
Alana menatap tajam. “Gue yang tentuin!” perkataan Alana harus mutlak tak bisa dibantah.
Semua siswi langsung menambah rasa benci mereka pada Alana, kenapa Angkasa mau Alana selalu di dekatnya. Mereka bertanya-tanya dalam pikiran mereka, apakah mereka memang memiliki hubungan? Karena dia telah dibalut dengan kain akibat ulah dari Alana, mau tak mau dia harus pergi ke ruang ganti untuk memakai seragamnya lagi.“Sayang! Jaga Aurora-Nya ya, karena Cuma gue yang boleh lihat, apalagi nyentuh!” semua siswi mendengus. Andai mereka bisa mencabik-cabik wajah Alana, agar dia tidak bisa mendekati Angkasa. Jika wajah cantiknya rusak, maka Angkasa juga akan menjauh darinya.
“Apa lihat-lihat? Matamu bulat-bulat! Apa kata pak ustad bapakmu tukang sunat!” Alana menjulurkan lidahnya, meledek para siswi penggila Angkasa dengan nyanyian yang muncul sendiri di otaknya. Semuanya langsung mengepalkan tangannya kuat-kuat karena menahan amarah dan iri dengki masing-masing.
...
Sepulang sekolah, Daniel sedang menunggu di parkiran. Menunggu Azavira, untuk pulang. Dia mencoba menghubunginya tapi tidak dijawab. Satu hari ini mereka belum pernah bertemu. Keadaan di sekolah telah sangat sepi, hanya tinggal Daniel saja yang ada di parkiran.
“Den nungguin siapa dulu?” tanya seorang satpam yang kebetulan lewat.
“Nungguin teman pak, mungkin dia lagi ikut ekskul,” jawab Daniel.
“Teman yang sering dibonceng pulang?” tanya satpam itu dan diangguki oleh Daniel.
“Bukannya dia udah pulang? Tadi dijemput sama cowok ganteng, pake mobil bagus.” Perkataan satpam itu membuat Daniel diam. Apa benar Azavira telah pulang lebih dulu.
“Cowoknya seumuran sama saya?” tanya Daniel. Satpam itu mengangguk. Berarti tepat sekali, Azavira telah pulang terlebih dahulu. Dia sama sekali tak memberitahu Daniel. Padahal minimal dia mengirimkan pesan.
***
Saat ini, Angkasa sedang berada dalam perjalanan bersama Alana. Entah kenapa dia malah mengatakan akan mengantar Alana pulang. Sekarang, dia sedang mendengarkan ocehan dari Alana.
“Ngapain tiba-tiba lo mau ke rumah gue? Atau jangan-jangan lo mau ketemu orang tua gue dan mau ngelamar gue?” Alana berbicara dengan kecurangan yabg tidak pasti.
“Halah, cari ocehan lain napa! Oh iya, gue mau setiap hari lo bawain gue bekal dengan lauk opor kayak tadi!” ucap Angkasa, mutlak tak bida dibantah.
“Hm, gimana enak ya? Ya jelas dong, masakan gue!” ucap Alana dengan kebanggaan yabg sangat besar.
“Emang lo bisa masak?”
“Ya bisa lah, hehe. Sebenarnya, itu tuh, menu makanan di rumah makan punya keluarga gue.”
Angkasa bingung hingga dahinya mengerut. “Bukannya lo sekeluarga punya kafe?”Alana mengangguk. “Yup, kafe juga.” Angkasa sekarang paham, jadi mereka memiliki bisnis di bidang makanan.
“Jadi gimana nih, mau dibawain gak setiap hari?” tanya Alana dan hanya dijawab dengan deheman oleh Angkasa.
“Dih, Cuma ngedehem? Heh, gue tuh udah baik ya mau bawain lo makanan tiap hari. Orang kita gak punya hubungan,” ucap Alana dengan nada yang super ketus.“Bukannya ada ya?”
“Dih, apaan?”
“Pacar?... Kan lo yang bilang kalo kita pacaran.”
“Tapi lo belum nembak gue?”
“Ya sekarang gue nembak lo, mulai sekarang kita pacaran!”
Alana sangat bingung dengan ucapan Angkasa, kenapa ada orang yang ingin menjadikan seseorang pacar dengan cara seperti itu.
“Di mana-mana itu kalo nembak yang
romantis.”“Lo mau gue tembak sampe mati? Diam lo, udah sampai!” Alana melihat sekitar, ternyata memang sudah sampai di depan rumahnya. Dengan cepat Alana langsung turun.
“Gue pergi bye.” Setelah mengatakan hal itu Angkasa langsung kembali melaju meninggalkan Alana yang masih ingin berbicara. Namun tidak sempat karena orang yang ingin ia ajak mengobrol sudah tancap gas.
“Pacar ya?” Alana bermonolog, dan dia lalu langsung tertawa dan melompat-lompat kegirangan. Dia berjalan dengan riang memasuki rumahnya. Alana tak menyadari jika Angkasa masih memperhatikannya dari jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
D 3A Mengejar Cinta (End) (Telah Terbit)
Mystery / ThrillerDaniel memiliki pujaan hati bernama Azavira, tetapi gadis pujaan hatinya itu telah dijodohkan dengan sahabatnya, Angkasa. Daniel, Angkasa, Aksara dan Azkara merupakan sahabat sejati. Namun cinta masing-masing membuat persahabatan mereka terancam. S...