14. Lagi-lagi

10 8 0
                                    

Alana memejamkan matanya, dia pertama kali mendengar Angkasa mengatakan cinta padanya. Alana sangat bahagia, dia rasanya ingin berlari dan berteriak jika dan memberitahu semua orang jika dia telah dicintai orang yang ia cintai.

“Ya gue juga cinta sama lo,” ucap Alana. Angkasa bisa mendengar dan merasakan jika suara Alana bergetar.

Dia seperti ingin menangis. Mereka tidak menyangkal pertengkaran mereka setiap hari dapat membawa cinta yang cukup besar bagi mereka dalam waktu yang cukup sebentar. Cinta memang tak memandang apa pun, bahkan cinta tak memandang seberapa lama dua orang itu saling mengenal.

Kehangatan kedua insan itu disaksikan dengan penuh kebencian oleh seorang wanita, dia melihat bagaimana saling mencintainya Angkasa dan Alana.

“Dulu, gue bisa buat Angkasa mengejar gue tanpa lelah. Sekarang juga pasti bisa. Angkasa, cinta dan harta lo Cuma buat gue, dulu saat kita pacaran lo bahkan gak pernah jika Cuma  pegangan tangan sama gue. Sekarang lo bahkan mencium cewek lain, apa sebegitu besar tasay cinta lo sama dia,” gumamnya. Dia berbicara sendiri sambil mengintip di pintu, andai ada yang melihat dirinya. Mungkin dia sudah diteriaki sebagai pengintip.

***

Mungkin apa yang kita katakan tentang diri kita belum benar adanya, kadang kita tidak memahami apa yang kita inginkan. Sungguh aneh, ternyata cinta tak seburuk itu. Hanya saja kau harus mencintai orang yang tepat. Cinta kali ini berbeda dengan cinta yang dulu. Semua itu berkat Alana.

***

Alana tersenyum saat membaca sebuah catatan digital di ponsel Angkasa. Bukannya dia ingin mengurusi isi ponsel Angkasa, tapi Angkasa yang memintanya. Tadi ada pesan masuk ke ponsel Angkasa, dan itu adalah pesan dari Daniel. Angkasa yang sedang bermalas-malasan dan berbaring di paha Alana, menyuruh Alana untuk membalasnya.

“Ngapain senyum-senyum sendiri?” tanya Angkasa. Alana menunduk dan mengelus rambut Angkasa.

“Gak ada.” Alana menggelengkan kepalanya. Angkasa hanya ber’oh’ ria saja lalu memejamkan matanya lagi. Alana terus melihat galeri foto Angkasa, hanya ada beberapa tangkapan layar yang berisi materi pelajaran dan foto-foto bersama dengan empat sahabatnya. Angkasa mungkin sangat jarang berfoto sendiri. Tapi tunggu, senyuman Alana kembali mengembang saat melihat di album lain. Ada banyak foto dirinya yang mungkin diambil diam-diam oleh Angkasa.

“Nona Alana.”

Tok, tok, tok

Seseorang mengetuk pintu dari luar, Alana mendongak dan mempersilahkan orang utu untuk masuk. Perlahan pintu terbuka dan memperlihatkan seorang pria dengan seragam di kafe mereka.

“Iya, ada aoa?” tanya Alana. Angkasa masih setia dalam posisinya, mungkin juga dia sudah tertidur.

“Untuk menu baru kita, yang percobaan sudah habis. Apa mau dibuat lagi? Soalnya masih ada pelanggan yang ingin mencoba,” jelasnya. Alana mengangguk, itu juga merupakan kabar yang sangat menggembirakan.

“Buat aja. Kalo bahannya habis, Suruh Nony sama Dion buat belanja!” setelah mendengar apa yang dikatakan Alana, pria utu mengangguk. Setelah itu dia pamit keluar.

***

Hari ini hari yang ditunggu-tunggu oleh beberapa orang dan sangat dibenci beberapa orang lainnya. Hari ini hari di mana otak harus bekerja dengan lebih ekstra. Hari ini adalah hari di mana semua orang bersaing untuk mendapatkan nilai yang bagus.

Daniel, Angkasa, Azkara dan dua wanita, Alana dan Ariana sedang berada di kantin. Sebelum ujian mereka dimulai, mereka memutuskan untuk makan dan belajar sebentar fi kantin.

“Aksa di mana?” Angkasa yang tuxak melihat keberadaan Aksara langsung bertanya, biasanya Aksara yang akan sampai belih dulu jika menyangkut kantin.

“Gue di sini.”

Mereka semua menoleh saat mendengar suara Aksara, orang yang dibicarakan langsung duduk tepat di samping Angkasa. Masih ada yang berbeda menurut Daniel, Angkasa dab Alana. Biasanya Aksara dan Azkara akan duduk di samping kiri-kanan Ariana. Tapi sekarang seperti Aksara menghindar dari Azkara dan Ariana.

“Kenapa kalian?” tanya Daniel, Aksara dan Azkara langsung saling bertatapan.

“Gak ada, lo tuh yang kenapa sama Azavira? Masalah lo belum kelar?” tanya Aksara, dia seperti mengalihkan pembicaraan. Daniel langsung menunduk zaat mendengar nama Azavira disebut. Sudah dua hari uni mereka tidak bertemu, hubungan mereka sedang dalam masalah. Bahkan setelah perdebatan di kantin kemarin, mereka masih bertengkar dan dengan pertengkaran yang lebih serius.

Sedangkan Azavira, dia menatap dari kejauhan. Matanya tertuju pada meja utu, tapi yang ia lihat hanya Daniel. Sampai sekarang dia masih bingung xati mana akar permasalahan mereka berasal.

***

Tiga hari yang lalu, setelah perdebatan Daniel dan Azavira di kantin. Saat pulang sekolah, mereka masih saling berbicara dan Daniel masih mengantarkan Azavira pulang. Di perjalanan Azavira masih terus bertanya apa yang sebenarnya terjadi, walau pun Daniel sana sekali tak menjawab semua pertanyaannya.

“Sebenarnya apa yang kamu mau sih? Kalo akh salah bilang aja, bukannya kamu diam seperti ini!” ucap dan tanya Azavira entah yang untuk ke berapa kalinya.

“Daniel!”

“Sebenarnya aku yang gak paham aoa yang kamu mau sejak awal. Aku yang terlambat paham aoa yang kamu inginkan sebenarnya, maaf tapi mungkin aku gak akan bisa kasih iyu sama kamu,” Daniel langsung berbicara dengan nada yabg sedikit meninggi.

“Maksud kamu apa? Daniel aku gak mau kayak gini aku...”

Daniel langsung menyela perkataan Azavira. “Ya aku paham, kamu gak mau seperti ini, itu sebabnya aku sudah memutuskan... Kita akhiri saja hubungan kita, lupakan kalo hue pernah ngejar-ngejar lo sampai sekarang, lupain kalo lo pernah dicintai sama orang miskin kayak gue. Dan makasih untuk cintanya, walau hanya sebentar.” Setelah itu Daniel menghentikan motornya.

“Silahkan turun, karena sebentar lagi pangeran kaya raya akan datang mengantarmu ke istana mu.” Daniel menurunkan Azavira di tempat biasanya. Dan di tempat ini lah, Azavira akan berpindah dari motor bututnya ke mobil mewah dan berkelas.

“Memang aku gak pantas dicintai sama putri raja kayak kamu, bye Vira.” Setelah itu Daniel menancap gas, dia melaju dengan sangat kencang. Azavira menatap kepergian Daniel dengan air mata yang sudah mengalir, tangannya mengepal kuat. Alana berjalan berharap ini semua hanya mimpi, atau hanya candaan dari Daniel. Dia masih berharap jika Daniel akan kembali dan tertawa karena telah berhasil mengerjainya.

D 3A Mengejar Cinta (End) (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang