19. Apa itu?

2 1 0
                                    

“Dih, udah ketakutan masih aja sempat gombal anak orang,” cibir Azavira. Dia datang dari lantai dua.

“Kita mau ambil minum di dapur, dan liat lo berdiri di depan tangga. Kita kira mengigau,” ucap Ariani.
Aksara menggeleng. “Gak,gue mU ke toilet. Duluan ya.” Setelah itu dengan cepat Aksara kangen berlari ke arah toilet. Azavira dan Ariani menggeleng, mereka lalu oeegi ke dapur untuk mengambil air. Saat sampai di dapur, Ariani juga mengambil sesuatu di kulkas.

“Ani, gue nutup pintu dulu ya. Mungkin kebuka pas ditiup angin,” ucap Azavira sambil berjalan menuju pintu yang terbuka karena ditutup angin. Di malam hari angin memang sangat kencang.

Brakk

Pintu itu tertutup dengan keras karena angin kembali menutupnya, Azavira tetap berjalan untuk menguncinya sekalian agar angin tudak nisa meniupnya lagi. Saat menguncinya, Azavira melihat seseorang di tepi pantai. Berdiri sendirian dan menatap pantai.

“Ariani, itu siapa ya? Bukannya pak Jagad bilang di villa ini Cuma mereka bertiga ya? Kenapa ada cewek lain di sana?” ucap Azavira, namun tudak ada jawaban dari Ariani. Azavira mengerutkan keningnya dan berbalik, Ariani sudah tidak ada di dapur. Azavira kembali melihat orang yang ada di tepi pantai, sekarang dia juga menghilang. Azavira bingung. Azavira lalu berjalan menuju dapur untuk melihat ke mana Ariani pergi.

“Ariani, lo di mana?” tanya Azavira. Lagi-lagi tidak ada yang menjawab. Azavira berjalan mencari Ariani, mungkin dia pergi mengambil sesuatu atau menemui Aksara.
Saat Azavira melewati satu kamar lain yang tidak mereka pakai, dia tak sengaja melihat Ariani ada di sana karena pintu terbuka. Azavira bingung sedang apa Ariani di sana. Dia duduk di tepi kasur dan membelakangi Azavira. Azavira hendak masuk untuk memanggil Ariani.

“Azavira, kok lo ninggalin gue?” Azavira berbalik saat Ariani datang dari dapur dan berlari ke arahnya. Azavira langsung melotot, jelas-jelas tadi dia melihat Ariani di dakam kamar ini. Azavira langsung membuka pintu utu dengan lebar dan memeriksa apakah memang benar ada orang di sana.

“Lo kenapa sih?” tanya Ariani.

“Ta... Tadi gue lihat lo di sini, lo ada di aini tadi,” ucap Azavira dengan kepanikan yang terlihat jelas.
Ariani memegang pundak Azavira.

“Gak, gue tadi nunduk di bawah meja buat ngambil ini.” Ariani menunjukkan buah apel pada Azavira. “Apelnya jatuh dan menggelinding di bawah meja, jadinya gue ngambil.”

“Tapi kenapa lo gak jawab pas gue panggil?” wajah Azavira juga terlihat sangat ketakutan.

“Hehe, niatnya mau ngagetin kamu.” Ariani menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Ya udah, kita ke kamar yuk. Gak usah pikirin itu, pasti Cuma halusinasi lo karena ngantuk.” Ariani mencoba meyakinkan Azavira jika itu semua tidak benar. Azavira mengangguk, mungkin juga yang dikatakannya benar.

#...#

Di sebuah ruangan dengan cahaya remang, Ariana berdiri dengan kerutan di wajahnya. Dia bertanya-tanya dalam hati kenapa ia bisa sampai di ruangan ini. Ruangan yabg sangat gelap tanpa adanya cahaya yabg masuk, hanya cahaya redup dari lampu pijar. Ruangan itu terlihat seperti gudang karena banyak barang tua disimpan dengan berantakan di sana. Semuanya terlihat berdebu.

Brakk

Ariana tersentak saat tiba-tiba pintu terbuka dengan keras. Ariana berbalik dan melihat ada lima pria bertubuh besar sedang menyeret wanita berpakaian putih dan terlihat kesakitan, dia juga menjerit-jerit dan meminta ampun. Kedua mata Ariana membola melihat itu, dia ingin berlari menolongnya tapi saat salah satu pria itu melewati tubuhnya seperti cahaya, Ariana langsung diam.
Sekarang ia sadar jika ini adalah sebuah mimpi, Ariana mencoba menutup matanya agar mimpi itu berakhir karena ia tahu jika ini adalah sebuah mimpi buruk. Tapi tidak berhasil, dia kembali membuka matanya dan sekarang lima pria utu sedang menggilir wanita berpakaian putih yang diikat di tiang. Dia menangis dan menjerit, Ariana juga tetapi seakan teriakannya tak bervolume.

Ariana mencoba menghentikan kelima pria itu walau pun tubuhnya seperti cahaya dan yidak dapat menyentuh mereka. Mereka menutup mata wanita itu, menggilirnya dan memukulnya. Mereka tertawa saat wanita itu menangis. Mereka meludahi dan kembali tertawa bersama, bahkan ada satu yang paling keji, dua mengencingi tubuh wanita itu.

Wanita itu berteriak dan penutup matanya terlepas, semua pria utu langsung panik saat wanita itu sekarang melihat mereka dan mengenali mereka.

“Bagaimana ini?” tanya salah satu dari mereka.

“Ya bagaimana lagi? Memang ini rencana kita, setelah puas bermain kita singkirkan saja!!” ucap pria lain dengan menggebu-gebu. Dia lalu mengambil sesuatu yang tertempel di dinding. Empat pria lain mundur dan memberi ruang.

Wanita itu menangis tanpa air mata dan menggelengkan kepalanya dengan cepat saat pria tadi mengeluarkan sebuah golok. Dia terus memohon agar dia berhenti, namun tetap saja. Pria itu tanpa rasa kasihan mengayunkan golok di tangannya ke arah leher wanita utu hingga kepalanya putus seketika dan terjatuh. Darah memercik ke mana-mana jiga menggenangi tempat wanita itu berada. Darah yang kental dan merah.

#...#

D 3A Mengejar Cinta (End) (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang