3. Ini yang namanya sahabat?

10 6 0
                                    

Banyak orang yang menatap sinis pada Ariana, dia dikenal sebagai siswi pendiam di sekolah, namun dia mau-mau saja dikejar oleh dua kembar sekaligus. Kenapa dia tidak memilih satu di antara saja. Dan masih banyak ucapan yang menjatuhkan Ariana, namun mereka tidak berani mengatakan langsung pada Ariana. Ariana telah mengatakan beberapa kali jika dirinya hanya bisa memilih satu dari keduanya, dan mereka bertiga telah membuat kesepakatan jika tidak ada keributan yang akan terjadi ke depannya.

“Ay, kamu mau apa? Biar aku pesan,” ucap Aksara.

“Gak Ariana, aku aja ya. Kalo sama dia nanti makanannya pahit,” ucap Azkara. Ariana tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

“Aku mau, bakso dan teh botol. Aksa yang beli minum, Azka yang beli bakso. Dan aku, nunggu,” ucap Ariana. Mereka berdua kompak memperagakan pose menghormat, setelah itu mereka langsung pergi memesan makanan untuk mereka.
Daniel dan Angkasa diam-diam memperhatikan interaksi ketiga orang itu. Mereka mengamati dan memberikan opini masing-masing.

“Coba Lo tebak, entar siapa yang dipilih sama Ariana?” tanya Daniel.

“Hah, gue gak bisa menyimpulkan untuk sekarang, tapi yang penting mereka tidak saling membenci jika salah satu dari mereka nanti dipilih,” ucap Angkasa. “Gue takut, Ariana Cuma manfaatin mereka, hanya untuk uang dan—.”

Daniel langsung memotong perkataan Angkasa. “Kasa, gue tau Lo punya trauma buruk karena cewek. Tapi gak semua cewek lugu itu jahat.”

“Lo tau apa? Gue gak punya trauma apa pun, gue gak trauma... Gue gak punya luka, hanya saja gue alergi cewek yang sok polos, sok lugu, sok alim padahal kayak anjing betina. Ketemu jantan langsung ngen—.” Sebelum Angkasa menyelesaikan perkataannya, Daniel dengan cepat mengambil satu gorengan dan menyumpal mulut Angkasa.

“Bangsat! Gue gak bisa makan gorengan, njir!” Daniel tertawa terbahak-bahak. Semua langsung menatapnya dan beberapa pengagumnya langsung tersipu.

...

Sepulang sekolah, Daniel sekarang sedang berjalan menuju rumahnya. Dia harus melewati beberapa gang sempit agar sampai di rumahnya. Namun, saat di tengah perjalanan, ada beberapa orang berpakaian serba hitam dengan banyak tindik di sekujur wajah mereka. Semuanya datang menghadang Daniel dan menatapnya dengan meremehkan.
“Oh ini, yang berani ganggu anaknya bos?” salah satu dari mereka menertawakan Daniel.

“Heh, bocah ingusan! Tau gak? Nona Azavira udah dijodohin...”

“GUE GAK PUNYA URUSAN SAMA KALIAN BANGSAT!” teriak Daniel.

Bugh

Ada beberapa orang lain datang di belakang Daniel, sebuah balok kayu langsung menghantam bahunya.

“Lo lihat ini!” dia melemparkan dua foto tepat di depan wajah Daniel yang sudah tersungkur. Daniel melirik sekilas foto itu.

...

Malam harinya.

Di kediaman keluarga Buana. Yaitu di rumah Azavira , sedang ada pertemuan makan malam bersama dua keluarga. Keluarga Buana dan keluarga B-EM. Mereka melakukan acara pertemuan ini untuk membicarakan rencana pertunangan Angkasa dan Azavira, ya mereka berdua.

Jadi, orang tuanya Angkasa dan Azavira merencanakan perjodohan mereka sudah sejak dari lama. Semua itu juga didasari oleh bisnis, Buana Grup akan sangat diuntungkan jika perjodohan dengan pewaris tunggal keluarga B-EM itu sampai terjadi. Itulah yang dikukuhkan oleh ayahnya Azavira.

“Dari kalian berdua tidak ada penolakan, jadi keputusan sudah bulat.” Setelah selesai makan, Jonatan, ayahnya Angkasa langsung membuka topik pembicaraan.

Azavira sedikit mendehem, dia lalu menatap Angkasa. “Angkasa mau bicara sesuatu Om, Pa.” Azavira menatap ragu kepada ayahnya dan Jonatan.

“Hm, memang dulu aku gak pernah nolak. Tapi aku gak pernah setuju, dan sekarang... Aku mau bilang, kalo perjodohan ini gak bisa dilanjutkan,” ucap Angkasa yang membuat semua orang langsung melotot, Azavira juga memiliki pikiran yang sama dengan Angkasa.

“Maksudnya kam—.”

“ANGKASA!” tiba-tiba Daniel masuk dengan banyak satpam yang mencoba menghentikannya. Semua orang di meja makan langsung berdiri, semuanya terkejut tak terkecuali Angkasa dan Azavira.

“Bangsat, ternyata Lo teman makan teman! Anjing!”

Bugh

Angkasa langsung menoleh ke samping saat Daniel menghantam kursi di samping Angkasa. Angkasa mengira jika Daniel akan memukul dirinya. Angkasa lalu menoleh menatap Daniel yang terlihat sangat marah, dadanya naik turun dan napasnya tersengal-sengal. Keringat bercucuran di dahinya, dia juga terlihat babak belur. Hal itu membuat Angkasa terkejut.

“Daniel?” Azavira juga dalam keterkejutan yang besar, dia langsung mendekati Daniel untuk memeriksa semua lebam di wajahnya. Tapi dengan cepat Daniel menepis tangannya.

“Gue gak nyangka, Lo yang katanya gak tertarik lagi sama cinta... Ternyata seperti ini kelakuan Lo, gue salut.” Daniel bertepuk tangan dan tertawa, dia menertawakan nasibnya sendiri yang super sial itu.

“Dan, gue bisa jelasin!”

Daniel menggelengkan kepalanya. “Kasa, gue kira kita sahabat. Tapi ternyata...” Daniel tak bisa berkata apa pun lagi sekarang, dia menendang kursi dengan kuat hingga terpental. Dari kuatnya tenaga Daniel menendang kursi itu, mungkin jari kakinya terluka.

“Maaf.” Daniel menyatukan kedua tangannya di depan dada. “Maaf, Azavira , maaf Om, Tante, dan buat sahabat gue... Selamat sebentar lagi pertunangan Lo bakal digelar,” lanjutnya lagi. Nada bicara Daniel terdengar sangat pilu. Dia merasa dikhianati sekarang.

“Gue cabut!” Daniel langsung pergi meninggalkan rumah itu. Dia tidak pantas berada di rumah orang-orang kaya itu. Orang-orang yang bisa melakukan apa pun yang mereka suka, yang bisa mendapatkan apa pun yang mereka mau tak peduli milik siapa yang mereka rampas. Angkasa dan Azavira hendak menyusul Daniel, namun orang tua mereka masing-masing menghentikan.

Komen and vote jangan lupa, atau gue santet!

D 3A Mengejar Cinta (End) (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang