23.

1 0 0
                                    

Beberapa hari yang lalu.

Angkasa membawa Alana menuju tempat yang belum diketahui oleh Alana. Dia benar-benar bingung ke mana Angkasa akan membawanya. Alana ingin bertanya, namun dia tidak berani karena melihat wajah Angkasa sangat serius.

Beberapa menit berlalu, mereka sampai di sebuah tebing tinggi dengan kondisi yang sangat gelap. Angkasa turun dan menatap Alana. Alana sangat bingung dan mencoba menebak-nebak apa yang ingin dilakukan oleh Angkasa. Dia berpikir apa mungkin dia melakukan kesalahan, atau memang Angkasa ingin menyingkirkan dirinya dengan mendorongnya dari atas tebing hingga jatuh dan mati.

“Sadis.” Tak sadar jika dirinya bergumam dan ternyata Angkasa mendengarnya.

“Ngomong apa?” tanya Angkasa, Alana gelagapan dan tersenyum. Untung Angkasa tak terlalu mendengarnya, detik berikutnya Angkasa menarik tangan Alana mendekati tebing itu. Alana semakin deg-degan mungkin memang benar jika Angkasa ingin mendorongnya dari atas tebing. Mungkin Angkasa ingin mendekati wanita lain itu sebabnya dia ingin menyingkirkan Alana, Angkasa mungkin seorang psikopat.

“Ngadep sana!” ucap Angkasa, Alana mendongak dengan cepat lalu menatap ke arah yang ditunjuk oleh Angkasa. Sekarang mulut cerewet Alana benar-benar kalah karena dia akan menghadapi mautnya.

Saat Alana menatap hamparan lampu kota yang terlihat jelas dari atas tebing, dia sedikit terpaku karena jika dilihat-lihat hamparan lampu itu sangat indah. Lalu Alana sedikit tersentak saat lampu-lampu itu mati. Semuanya gelap dan tidak ada yang terlihat. Lalu, lampu-lampu itu kembali menyala namun hanya beberapa. Lampu-lampu yang menyala itu membentuk sebuah tulisan.

I Love You Alana

Lalu lampu-lampu kembali menyala dan membentuk kalimat.

Will You Marry Me?

Alana melotot tidak percaya dengan apa yang lihat, mulutnya terbuka dengan lebar. Dia tidak bisa mengatakan apa-apa sekarang. Melihat mulut Alana yang terbuka, Angkasa menutupnya dengan mendorong bibir bawah Alana ke atas.

Alana masih yidak nisa mencerna apa yang terjadi, dia sempat lemot untuk beberapa saat. Hingga ia sadar dan langsung menatap Angkasa yang ternyata Angkasa sudah berlutut di depannya dengan mengangkat sebuah kotak beludru berisi cincin yang sangat indah. Alana kembali menutup mulutnya dan melihat ke segala arah.

“Jawab! Capek tau berlutut kayak gini!” ucap Angkasa. Tak terduga Alana malah sudah seperti orang yang bisu. Dia bisu untuk beberapa saat hingga Angkasa menegurnya, Alana menghapus air matanya dan mengangguk, mengulurkan tangannya. Angkasa mengangkat sedikit sudut bibirnya dan memasangkan cincin itu teoat di jari manis Alana.

Angkasa berdiri. “Gue gak bisa romantis, hanya ini yang bisa gue lakukan. Itulah pun setelah nyari-nyari di google.” Alana tersenyum dan tertawa kecil deh perkataan Angkasa.

“Yang penting, cinta gue tulus. Datang sendiri tanpa diminta, dan Lo tau? Gue sempat menutup hati gue, tapi Lo degan mudahnya membobol password nya,” ucap Angkasa.

“Mau kan nikah sama gue? Kalo gak mau, gue perkosa aja biar nanti terpaksa.”

“Hust!!” Alana dengan cepat menarik bibir Angkasa. Dia benar-benar tak suka mendengar kata-kata seperti itu keluar dari mulut Angkasa.

“Be my queen, please!” ucap Angkasa. Alana mengangguk.

“Ya, gue mau gue mau, mau banget!!” balas Alana dengan menggebu-gebu. Mendengar itu Angkasa langsung menarik Alana ke dalam pelukannya, Alana jiga membalas pelukan Angkasa dengan erat. Menyalurkan perasaan yang mengganjal di hatinya.

***

“Alana!”
Alana berbalik saat mendengar Ariani memanggilnya, Ariani berdiri di ambang pintu dan menatap Alana dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.

“Kenapa?” tanya Alana sambil berjalan mendekati Ariani.

“Semua orang lagi kumpul di bawah, lo dipanggil sama Angkasa juga!” ucap Ariani. Alana mengerutkan keningnya, dia mengangguk lalu memakai cincinnya kembali dengan cepat dan mengikuti Ariani menuju lantai satu.

Di sana semuanya telah berkumpul dengan Daniel yabg terlihat sedang memeluk Azavira, dia seperti sedang menenangkan wanita itu. Hal tersebut membuat Alana sangat bingung, saat dia sampai. Dia langsung duduk di samping Angkasa dan Angkasa langsung menarik tangannya tanpa menatap yang punya tangan.

“Udah itu pasti Cuma  khayalan kamu aja, gak usah khawatir!” ucap Daniel.

Azavira mendongak dengan wajah yang terlihat pucat. “Tapi jelas-jelas aku lihat Ariana pergi ke dermaga, lalu dia malah manggil aku dari belakang. Gak mungkin itu Cuma khayalan aku aja!” ucap Azavira.

“Ada apa?” tanya Alana satu-satunya yang belum mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi. Setelah itu Azavira kembali menceritakan apa yang ia alami. Alana ingin tidak percaya, tapi melihat wajah ketakutan dari Azavira membuat hatinya juga sedikit ingin mempercayai.

“Apa mungkin villa ini angker?” tanya Ariana.

Prang

Bertepatan dengan itu satu vas bunga di atas meja pecah berkeping-keping saat membentur dinding. Seperti ada seseorang yang melemparnya. Namun sama sekali tidak ada orang di sana, Azavira semakin ketakutan di saat apa yang dikatakan oleh Ariana mungkin benar.

Ariani memegang dadanya, tiba-tiba dia merasakan sesak yang luar biasa. Dia sulit bernapas dan tangannya juga terasa dingin, napasnya semakin memburu dan kepalanya terasa pening.

Grukk

Suara meja yang bergeser saat Ariani hampir jatuh dan dia tak sengaja mendorong meja. Untung ada Aksara yang langsung menangkapnya.

“Lo gak apa-apa?” tanya Aksara. Ariani mengangguk walau dia sekarang terlihat lemas.

“Aksa, bawa ke kamar aja!” ucap Ariana sambil juga mencoba memapah Ariani. Mereka berjalan dengan Aksara dan Ariana yang memapah Ariani. Namun belum sampai di tanggal, Ariani sudah jatuh pingsan hingga membuat ketiganya jatuh.

Aksara duduk dan menyandarkan kepala Ariani di kakinya. Dia mencoba membangun Ariani dengan menggosok tangannya, Alana segera pergi ke dapur untuk mengambil air minum.

“Ariani! Bangun hey, Lo kenapa?” Ariana juga mencoba membangunkan saudari kembarnya.

“Mungkin gue gendong aja di ke kamar,” ucap Aksara. Semuanya mengangguk, lalu Aksara mencoba mengangkat tubuh Ariani. Tapi, Ariani telah membuka matanya dan menatap Aksara dengan tajam. Lalu dia menatap Azavira dan Daniel.

“KYAAAA!!” Ariani berteriak sangat kencang dan mendorong Aksara dengan kuat hingga ia sedikit terpental. Ariani duduk lesehan di lantai dengan kepala yang menunduk, rambutnya tergerai  ke depan. Terdengar suara tangisan bercampur tawa dari Ariani.

“Riani! Ar,” ucap Ariana sambil mencoba mendekati saudari kembarnya.

“Hahahahaha!!” Ariani tertawa terbahak-bahak dengan mulut yabg terbuka lebar. Dia mendongak dan masih saja tertawa.

“Siapa lo?!!” Alana datang dan langsung berteriak.

“Maksudnya apa? Dia itu Ariani!” ucap Aksara. Alana menggeleng cepat dia lalu menatap gelas berisi air di tangannya, bibirnya bergerak-gerak seperti membaca sesuatu.

“Bismillahirrahmanirrahim!” lalu Alana menyiramkan air itu pada Ariani yang membuat Ariani berteriak sangat kencang. Dia juga menangis lalu tertawa, dia menatap Daniel. Rambutnya yang sudah acak-acakan menutupi wajahnya.

“Aku ... pasti ... akan mendapatkannya!” lalu Ariani kembali pingsan dengan posisi yang tengkurap di lantai. Aksara langsung mengangkatnya menuju kamar. Mereka semua menatap Aksara yang membawa Ariani, Azavira sejak tadi memeluk Daniel.

Mereka semua menoleh pada Jagad yang berdiri di pintu masuk, dia memegang sebuah bungkusan yang terbuat dari daun. Mereka saling menatap untuk beberapa saat.

D 3A Mengejar Cinta (End) (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang