15. Ancaman

10 8 0
                                    

Saat ini, ujian sedang berlangsung. Satu ruangan sama sekali tudak terdengar suara. Hanya suara gesekan pensil dan kertas. Semua siswa-siswi mengerjakan soal di LKS yang sudah disediakan. Ada yabg bisa menjawab dengan mudah dan ada juga tabg sudah berpikir keras taoi belum mendapatkan jawaban yang benar.

Alhasil mereka harus berusaha sekuat mungkin untuk nisa mengintip jawaban irabg lain atau melihat kertas contekan yang mereka sediakan, mereka harus berhati-hati untuk melakukan itu karena guru yang mengawasi mereka memiliki pengelihatan setajam elang.

...

Setelah ujian selesai, semua siswa-siswi keluar dengan perasaan yang masih bisa lega. Besok mereka masih harus menghadapi soal-soal ujian dari mata pelajaran yang lain. Tak sedikit dari mereka yang mengeluh karena soal-soal yabg mereka dapat sangat susah.

“Mungkin setelah ini kalian harus ngumpul uang santunan deh,” ucap Aksara. Semua orang langsung menoleh karena perkataan Aksara.

“Mungkin gue bakal gantung diri, soalnya susah banget anjir.” Semua orang menggelengkan kepalanya, ada-ada saja memang perkataan absurd dari Aksara.

Mereka semua berpisah di parkiran, Daniel menaiki motornya. Lalu, dia mendengar suara Azavira yang meminta ikut. Tapi panggilan utu bukan tertuju padanya, melainkan pada seorang wanita yang merupakan teman sekelasnya. Azavira lewat begitu saja di depan Daniel, dia bahkan tak menoleh sama sekali. Hal utu tak luput dari pengamatan yanv lain. Daniel dan Azavira sudah terlihat seperti tudak saling mengenal.

Aksara dan Azkara memasuki mobil mereka, karena memang mereka juga buru-buru. Kali jni giliran Aksara yang menyetir. Setelah mereka mulai keluar dari kawasan sekolah, Azkara lalu menyandarkan punggungnya.

“Gue senang lo mau nepatin janji,” ucap Azkara. Aksara menoleh sekilas lalu terkekeh.

“Itu sudah menjadi perjanjian kita di awal.” Aksara masih tersenyum, fia ikhlas dan menerima semuanya. Memang, semuanya tidak nisa dipaksakan dan tidak semua yang kita inginkan akan menjadi milik kita. Kita harus belajar sabar dan merelakan.

Dua hari yang lalu, Ariana telah mengatakan pilihannya. Fua telah mengatakan nama orang yang berhasil mengambil hatinya. Ariana memilih Azkara, Aksara tidak membawa ke yanv lebih larut kagi, dia bersikap seolah dia tudak pernah mencintai Ariana. Dia bahkan sangat senang, karena biar bagaimana pun kebahagiaan Azkara merupakan kebahagiaannya juga.

“Tapi lo juga harus menepati janji lo! Sampai rumah, buatin gue nasi goreng spesial. Kayak yang lo masak biasanya.” Aksara mengulurkan jari kelingkingnya pada Azkara.

“Makanya belajar masak, biar gue gak kerepotan masakin lo kayak gini!” Azkara menautkan jari kelingkingnya xan Aksara. Walau pun mereka adalah saudara kembar identik, tetapi mereka masih memiliki beberapa perbedaan. Seperti ini, Aksara sama sekali tidak nisa memasak. Sedangkan Azkara, mewarisi ilmu memasa dari ibunya. Bahkan dulu, Aksara pernah merebus air hingga pancinya gosong.

***

Saat ini Azavira telah sampai di rumahnya, fia berjalan pelan dengan perasaan yabg sangat dongkol. Saat dia akan sampai di ruangan tamu, dia mendengar beberapa suara orang yang sedang mengobrol. Niatnya dia hanya mengacuhkan dan oegi ke kamarnya, taou saat nama Daniel disebut, dia langsung berhenti.

“Tante senang banget, karena kamu si cowok miskin itu mutusin hubungannya sama Azavira.” Itu adalah suara ibunya.

“Aku juga senang banget Tante, udah lama aku mendam perasaan sama Azavira. Sekarang aku mendapatkannya,” ucap Ferdy. Azavira masih bingung, aoa yang sebenarnya mereka maksud.

“Dengan mudahnya, kita membuat si cowok miskin itu mengira jika Azavira tidak mencintainya karena dia miskin. Dasar cowok bodoh, itu semua berkat kamu,” ucap ibunya.

“Aku temui dia dan hanya mengatakan beberapa kalimat provokatif, dan dia langsung saja seperti cacing kepanasan.” Sekarang Azavira paham, ternyata ini adalah biang dan akar dari senua permasalahan. Dengan cepat Azavira langsung oergi ke ruangan tamu dan memukul pintu dengan kuat.

“Ternyata ini biangnya, Mama... Wanita yang selalu mementingkan uang, tudak memahami perasaan anaknya sendiri, dan Lo...” Azavira menatap Ferdy dengan tatapan penuh kebencian. “Lo yang ngehancurin persahabatan kita, dan sekarang gue benar-benar benci sama lo.” Azavira langsung berbalik dan pergi berlari keluar rumah, dia langsung pergi menemui skaah satu sopir keluarganya dan memintanya agar segera mengantarkan Azavira ke rumah Daniel.

Di perjalanan, air mata Azavira terus menetes. Mengingat bagaimana dan aoa tanv dikatakan oleh Daniel padanya, pantas saja Daniel mengatakan itu. Memang, ibunya Azavira selalu menekankan pada dirinya jika dia harus mencari pendamping yabg mampu membahagiakan dirinya dengan materi. Padahal bukan utu yang dinginkan Azavira.

“Pak lebih cepat!” ucap Azavira. Sopir utu mengangguk dan menambah kecepatan mobilnya.

Tak lama, mereka sampai di depan rumah Daniel. Azavira langsung keluar dan berlari ke dalam rumahnya, dia mengetuk pintu dengan tidak sabaran. Hingga pintu terbuka, dan yang membukanya adalah ibunya Daniel.

“Tante Daniel ada?” tabya Azavira. Ibunya Daniel mengangguk, Azavira langsung pergi menuju kamar Daniel. Dia ingin langsung mengakhiri kesalahpahaman ini. Azavira langsung membuka kamar Daniel dengan cepat, dandia menemukan Daniel yang sedang menelepon.

“Iya sayang, besok aku datang ke rumah. Iya sayang, aku Cuma cinta sama kamu kok. Gak ada yang lain.”

“Cewek lain? Aku gak pernah punya cewek lain loh, kenapa kamu gak percaya sih sayang? Hmm, kan kita udah dua bulan pacaran kok kamu masih suka curigaan aih?” Daniel menelepon dengan posisi duduk menghadap ke jendela, perkataannya terdengar sangat manis. Dia bahkan tidak menyadari jika Azavira sudah ada di ambang pintu. Air mata Azavira kembali menetes, dia sangat-sangat tidak bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini. Dia dikhianati dua kali oleh orang yabg sama-sama ia sayangi. Pertama ibunya, sekarang Daniel.

Tanpa mengatakan apa-apa Azavira
langsung pergi dari kamar Daniel, dia bahkan tak menyapa ibunya Daniel yang sedang duduk di ruang tengah. Dia berlari dan meninggalkan sopirnya yang sekarang menjadi bingung. Sepeninggalan Azavira, Daniel langsung meletakkan ponselnya dan mengusak rambutnya. Dia benar-benar sangat lemah, dia tidak tahu harus apa.

“Vira, maafin aku. Maaf tapi ini yang terbaik untuk kita,” ucap Daniel dengan suara yang parau. Dia langsung mengambil ponselnya dan membuka sebuah pesan, dia langsung menghapus pesan itu.

[+62 82* **** ****: Ini Irene,
Mamamya Azavira. Sebentar lagi, Azavira datang ke rumah kamu. Jika kamu masih mau orang tua kamu sehat, jangan biarkan Azavira mengatakan sesuatu. Lupakan dia, dan buat dia membencimu]

D 3A Mengejar Cinta (End) (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang