Lagi-lagi. Seorang wanita keluar dari kelas 12-IPS 2 itu menangis. Hari ini, total sudah ada tiga siswi sari kelas lain yang sakit hati karena tidak digubris atau pun dilirik sedikit pun oleh Angkasa. Sikapnya yang dingin dan tatapan tajamnya langsung menunjukkan rasa tidak sukanya dengan para siswi yang datang untuk menarik perhatiannya.
"Kasa beruntung banget ya, banyak banget cewek yang ngincar dia." Azkara berbicara sambil meminum teh kotak yang tadi ia beli di kantin.
"Tapi ditolakin terus ya, udah berapa banyak cewek nangis karena sikap Angkasa?" timpal Aksara. Dia dengan santainya memakan rotinya sambil berbaring di meja dan membuat paha adik kembarnya menjadi bantal. Walau pun Aksara itu lebih tua sepuluh menit dari Azkara, namun dia lebih memiliki sifat manja. Sedangkan Azkara, sifat dewasanya lebih terlihat dari Aksara.
"Halah, ngaca Lo pada. Banyak juga cewek yang berujung patah hati karena kalian," ucap Angkasa dengan nada malas. Aksara hanya tertawa kecil lalu melihat Daniel yang sedang termenung. Aksara memberi kode kepada mereka untuk melihat Daniel.
"Halah, mikirin pinjaman lagi itu," ucap Azkara. Dia dengan tanpa perasaan mengambil satu bungkus roti dan melemparkannya tepat di kepala Daniel yang membuat pria tampan yang sedang melamun langsung tersadar.
"Sadis banget Lo, gak ada rasa kasihan sama sekali..." Daniel menggelengkan kepalanya. Azkara hanya menyengir kuda dan kembali membuka makanan ringan lain.
"Makanya, Lo lebih milih minjam sama lintah darat dari pada sama teman Lo sendiri. Gini nih..." Aksara mengangguk mendengar perkataan Azkara. Angkasa menatap Daniel. Tatapan tajamnya mampu membuat Daniel gelagapan.
"Iya, gue minta pinjaman sama pak Manto lagi," ucap Daniel. Angkasa menggelengkan kepalanya, dia heran dengan jalan pikir Daniel.
Plak
Tanpa perasaan, Angkasa menyentil dahi Daniel dan membuat empunya mengaduh sakit.
"Gue gak suka Lo kayak gitu!" ucap Angkasa.
"Nanti kita pergi ke rumah ikan buntal itu, lunasi semua hutang Lo... Gak ada penolakan!" ucapan Angkasa di akhir karena Daniel ingin membuka mulut dan membantah perkataan Angkasa.
...
Seperti janji mereka tadi pada Daniel, sekarang mereka telah berada di depan sebuah rumah yang cukup besar. Mereka langsung masuk ke dalamnya dan disambut dengan tidak menyenangkan oleh yang punya rumah.
"Jika kalian datang untuk meminjam, tidak. Hari ini tidak!" pria tua dengan perut buncit itu berkata dengan sombongnya. Dia tidak sadar jika dirinya sudah sangat mirip dengan ikan buntal.
Plak
Angkasa langsung melemparkan beberapa ikat uang berwarna merah tepat di depan pria tua itu. Matanya langsung bersinar seperti singa lapar yang melihat makanan.
"Hutangnya..." Angkasa menunjuk Daniel. "Beserta bunganya semua lunas!" ucap Angkasa. Daniel menatap temannya dengan sendu, dia sedikit tidak enak namun dia juga merasa orang yang paling beruntung mendapatkan teman-teman seperti mereka.
"Kasa, gue janji secepatnya bakalan ganti..."
Angkasa langsung memotong perkataan Daniel. "Diam, uang Lo yang gue. Uang gue uang Lo juga, kita semua sahabat."
Dengan cepat pria tua yang dipanggil juragan Manto itu langsung mengambil uang yang diberikan oleh Angkasa. Dia tertawa penuh kemenangan dan menatap semua anak buahnya. "Nah gini dong! Bayar pinjaman sebelum waktunya kan bikin saya senang!" wajahnya sangat berseri mendapatkan semua uang itu.***
Saat ini, malam hari di kediaman keluarga B-EM. Angkasa sedang berdebat dengan ayah dan ibu tirinya. Perdebatan seperti biasa, mengenai perjodohannya dengan teman kerja ayahnya. Sang ayah tidak berpikir jika sekarang bukan lagi zamannya menjual anak sendiri untuk kepentingan bisnis.
"Ya, terserah kalian. Mau aku dijodohin, dikorbankan, dijual... Aku gak ambil pusing, toh sejak wanita itu datang aku selalu dikekang." Angkasa menunjuk ibu tirinya yang hanya menunjukkan wajah munafiknya.
"Oh iya, delapan juta keluar dari rekening kamu, buat apa?" tanya sang ayah.
"Ya biasa, buat senang-senang." Setelah itu Angkasa melenggang pergi ke kamarnya. Di kamar dia pergi ke arah lemarinya, mengambil sebuah kotak berwarna merah dengan hiasan hati dan emoticon lainnya.
"Entah kenapa... Gua masih nyimpen semua ini?" Angkasa lalu keluar dari kamarnya dan pergi menuju halaman belakang rumah. Menyalakan api di tong sampah dan membuang kotak berwarna merah ditangannya. Perlahan kotak dan isinya mulai terbakar. Ada beberapa foto kebersamaannya dulu dengan gadis yang membuatnya terluka dan beberapa barang kenangan mereka.
"Sekarang harapan itu sudah musnah," ucap Angkasa. Dia tersenyum masam mengingat kenangan indah membawa luka yang ia lalui dulu.
***
Namanya Nur Intan. Nur yang berarti cahaya, namun dia tak tampak seperti cahaya. Dia tampak seperti kegelapan yang membawa luka serius. Dulu Angkasa sangat mencintainya, gadis yang penuh kesederhanaan dan ketulusan terpancar dari tatapan matanya itu yang membuat Angkasa sangat mencintainya. Kenangan indah mereka lalui bersama.
Namun semua kenangan itu berbuah menjadi racun. Saat sebuah peristiwa besar terjadi di sebuah kafe. Saat itu di sebuah kafe, Intan sedang bertemu dengan seorang pria. Bukan Angkasa. Mereka terlihat sangat mesra, saling berpegangan tangan dan berucap sayang satu sama lain.
"Sayang, gimana sama anak orang kaya yang mau kita peras duitnya?" tanya pria itu. Intan yang sedang memotong cheese cake miliknya langsung berhenti.
"Tidak lama lagi sayang, kita aku akan membuatnya bertekuk lutut di hadapan ku. Dia bodoh, dibutakan oleh cinta haha." Intan tertawa mengingat betapa percayanya Angkasa dengan semua ucapannya dulu. Saat dia hendak menyuapkan cheese cake ke mulutnya, dia tak sengaja melihat pria dari meja di belakang mereka. Pria itu menutup wajahnya dengan buku menu. Namun saat pria itu memperlihatkan wajahnya
Intan langsung melotot."A-Angkasa?" pekik Intan dan dia langsung berdiri. Angkasa balik menertawakan ekspresi Intan. Angkasa berdiri dan membalikkan meja Intan.
Brakk
Semua perhatian langsung tertuju pada mereka. Angkasa menatap Intan. "Dasar bodoh, Lo kira Lo yang jebak gue? Gak!!" Angkasa kembali tertawa. Dia mengambil cheese cake yang sudah terjatuh ke lantai dan menyumpal mulut Intan dengan cheese cake itu dan membuat semua orang tertawa.
"Ini pantas buat cewek penjilat dan pecinta duit kayak Lo." Angkasa lalu berbalik dan menatap teman Intan tadi.
"Gue gak kenal sama Lo, dan kalo Lo cari gara-gara sama gue? Hidup Lo, dan semua keluarga Lo gak bakalan aman." Setelah itu Angkasa pergi. Setelah membuat kekacauan dia pergi tanpa beban, di depan dia bertemu dengan teman-temannya. Mereka melihat semuanya.
Sebenarnya, Angkasa tengah menunggu teman-temannya di kafe itu. Namun dia melihat Intan dengan pria lain. Itu sebabnya dia hanya diam dan menguping, hingga ia berhasil menemukan kebusukan dari wanita yang terlihat lugu di luar namun seperti iblis di dalam.
***
"Tuan muda!" Angkasa tersadar dari lamunannya saat seorang wanita paruh baya yang merupakan salah satu pembantu di rumahnya, datang dan menepuk pundaknya.
"Mbok Sri, kenapa?" tanya Angkasa pada Sri. Yang ditanya hanya tersenyum, Sri memiliki nama lengkap Asri Putri Mutia. Dia merupakan orang yang dekat dengan Angkasa, dulu sejak ibunya Angkasa masih hidup, Sri merupakan orang kepercayaan dari ibunya. Hingga setelah ibunya meninggal, Sri tetap menjadi orang yang dekat dengannya. Hanya dengan Sri ia bisa berbagi keluh kesah.
"Udah mau magrib, masuk atuh tuan muda," ucap Sri. Angkasa mengangguk, dia lalu berjalan pelan menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
D 3A Mengejar Cinta (End) (Telah Terbit)
Misteri / ThrillerDaniel memiliki pujaan hati bernama Azavira, tetapi gadis pujaan hatinya itu telah dijodohkan dengan sahabatnya, Angkasa. Daniel, Angkasa, Aksara dan Azkara merupakan sahabat sejati. Namun cinta masing-masing membuat persahabatan mereka terancam. S...