3

31 3 0
                                    

Sebelum baca janlup vote geys

Anesha berusaha berpikir cepat. "Ya, kucing saya suka berkeliaran. Mungkin ia masuk ke sini tanpa saya sadari," jawabnya, berharap pria itu percaya. Ia melirik ke arah tempat pelelangan, berharap tidak ada yang melihatnya mengintip.

Pria itu mengerutkan kening, matanya menyipit curiga. "Kucing? Kucing apa? Kucingmu berwarna apa?" tanyanya, suaranya sedikit meninggi. Anesha terdiam, jantungnya berdebar kencang. Ia tak punya kucing. Ia pun tidak punya jawaban untuk pertanyaan

"Eh, kucingku... eh, berwarna hitam putih," jawabnya gugup, berharap pria itu tidak curiga. Ia mencoba mengingat-ingat kucing yang pernah dilihatnya di sekitar tempat itu. "Kucing kampung, lucu sekali," lanjutnya, berusaha meyakinkan pria itu. Pria itu masih menatapnya dengan curiga. "Kucing kampung? Di sini? Tidak ada kucing kampung di sini," katanya, suaranya dingin.

"Ah, mungkin dia sudah pergi," jawab Anesha, berharap pria itu tidak akan menanyakan lebih jauh.

Pria itu menghela napas, lalu berkata, "Baiklah, tapi awasi saja. Jangan sampai kucingmu merusak barang-barang di sini." Anesha mengangguk cepat, lega karena pria itu akhirnya percaya.

Saat anesha hendak pergi , pria itu menahan tangannya .

" Eh anjir salah gua apa lagi , pake di tahan segala anjirr" *batin anesha

" siapa namamu ? " tanyanya kepada Anesha

" oh rupanya nanya nama , mau nanya nama kek mau makan orang njirr " * batin Anesha

Pria itu mengerutkan kening karena melihat gadis di depannya ini tidak meresponnya .

" apa-apaan gadis ini , aku sudah menurunkan gengsi ku agar tidak bertanya namanya , tetapi lihatlah responnya. Ia hanya termenung saja, apa dia terpesona melihat ku , oh tentu saja . Bahkan wanita mana yang tidak menyukai pangeran dave yang tampan ini " * batin dave

Anesha tersadar dari lamunanya. Sungguh Pria di depannya hanya menatap dirinya terus

" Ekhm , nama saya Anesha queena tuan " jawab anesha

Tunggu apa katanya anesha queena , nama yang mirip dengan sang putri di kerajaan jersvile , apa jangan jangan gadis di depannya adalah putri yang telah lama menghilang

" oh, namaku dave , Salam kenal " ujar dave dengan santai meskipun pikirannya penuh dengan tanda tanya

"Oh ya tuann dave saya harus pergi dulu byeee " ujar anesha lalu ia pergi dari tempat pelelangan meninggalkan dave sendiri dengan pikiran yang penuh tanda tanya

"Gadis itu, aku harus segera mencari tahu tentangnya. Dia membuatku penasaran dengan wajahnya yang sok polos. Aku tahu dia berbohong padaku. Senyumnya yang manis dan tatapan matanya yang seolah-olah polos itu tak bisa menutupi ." Sebuah smirk mengembang di sudut bibirnya . Lalu dave pun menghilang dari tempat pelelangan .

Anesha berlari dengan terburu buru takut ada seseorang yang mengejarnya dari belakang , setelah tiba di penginapan anesha langsung menaiki kasurnya . Ia berharap ia tak akan bertemu dengan Dave Lagi .

" huft ngeri anjirr,gua berharap nggak akan berjumpa lagi dengan dia , tapi di lihat lihat ganteng sih. Apalagi suaranya behh berdamage sekali , tapi tetap aja serem anjir . Mending gua tidur , besok kan gua mau lanjutin perjalanan ke kota sebelah " ujarnya dengan kesal , lalu melanjutkan tidurnya

Pagi pun tiba, suara burung berkicau riang, sinar matahari menembus celah-celah gorden, menyapa bumi dengan hangat.  Sinar mentari itu seperti ingin membangunkan Aesha dari tidurnya.  Aesha mencoba menutup mukanya dengan tangan, tapi cahaya itu tetap saja menembus sela-sela jari tangannya, membuat matanya terasa perih.  Mau tak mau, Aesha harus membuka matanya.

who is she??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang