6

16 1 0
                                    

Akhirnya update lagi ni hehe , sesuai mood buatnya 😭😭🙏🏻🙏🏻 jangan lupa vote ya temen temen

Merasa sudah jauh dari para prajurit ,anesha dan Louis pun naik ke atas permukaan dan mencari penginapan terdekat.

" itu di sana ada penginapan lebih baik kita menginap semalaman di sana " ujar anesha kepada Louis

" Baiklah,  jika begitu kita harus mengganti pakaian  terlebih di penginapan " terang Louis kepada anesha

Mereka pun pergi menuju ke penginapan tersebut

Penginapan itu tampak sederhana, dengan dinding kayu yang mulai lapuk dan jendela kecil yang memancarkan cahaya temaram dari lampu minyak di dalamnya. Saat mereka mendekat, seorang wanita paruh baya keluar dari pintu depan, menyambut mereka dengan senyuman ramah.

“Selamat malam, kalian terlihat basah kuyup. Apakah kalian butuh kamar untuk bermalam?” tanyanya lembut.

“Ya, kami butuh dua kamar,” jawab Louis sambil meremas ujung bajunya yang basah, air menetes ke lantai kayu.

Wanita itu menjawab " maaf tuan disini kamar yang lain sudah penuh jadi hanya tinggal satu kamar saja "

Louis dan Anesha saling pandang sejenak, canggung. Situasi ini bukan yang mereka harapkan, tapi tidak ada pilihan lain. Malam semakin larut, dan tubuh mereka yang basah mulai menggigil kedinginan.

“Baiklah, satu kamar saja tidak masalah,” kata Louis akhirnya, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang.

Wanita itu mengangguk, lalu memberi isyarat agar mereka mengikutinya ke dalam. Interior penginapan itu sama sederhananya dengan eksteriornya. Meja kayu tua, kursi usang, dan aroma kayu bakar yang hangat memenuhi ruangan. Wanita itu membawa mereka ke sebuah kamar kecil di ujung lorong.

“Kamar ini sederhana, tapi semoga cukup nyaman untuk kalian,” katanya sambil membuka pintu. Di dalamnya ada sebuah ranjang kecil dengan kasur tipis, meja kecil, dan lentera yang bergantung di dinding. Tidak ada banyak ruang untuk bergerak, tapi setidaknya tempat itu bersih dan kering.

“Terima kasih,” jawab Anesha dengan lembut.

Setelah wanita itu pergi, Anesha menghela napas panjang. “Ini canggung,” gumamnya sambil melirik ranjang yang jelas hanya cukup untuk satu orang.

Louis mengangguk setuju. “Aku tidur di lantai saja. Kau gunakan ranjangnya.”

Anesha menatapnya dengan ragu. “Kau yakin? Aku bisa bergantian denganmu. Kita sama-sama butuh istirahat.”

“Tidak perlu,” Louis menjawab cepat. “Kau sudah cukup lelah. Aku akan baik-baik saja.”

Louis bangkit dan berjalan menuju kamar mandi kecil di ujung lorong. Suara derit lantai kayu mengikuti langkahnya. Di dalam, ia menyalakan lentera yang tergantung di dinding, memperhatikan bayangannya di cermin tua yang mulai buram. Wajahnya terlihat letih, dan mata birunya menyiratkan kelelahan setelah hari yang panjang.

Setelah selesai melakukan ritual mandi iya kembali ke kamar melihat anesha yang sudah berganti pakaian , Tanpa anesha sadari Louis terus memperhatikannya

Saat hendak melihat ke arah pintu Anesha terkesima melihat wajah tampan louis dengan mata berwarna biru dan mempunyai paras sempurna dan tidak  lupa dengan delapan kotak kota yang jelas tercetak jelas di sana

Louis mengikuti pandangan anesha , ia tersenyum tipis
"apa yang kau lihat hm"

Anesha tersentak dari lamunannya, wajahnya langsung memerah. Ia cepat-cepat mengalihkan pandangan, pura-pura sibuk merapikan selimut. "Tidak, aku tidak melihat apa-apa," jawabnya gugup, tapi suaranya terdengar terlalu cepat untuk meyakinkan.

who is she??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang