4. Perkara Chat

9.8K 639 393
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤTiga bulan ini sudah lebih dari sepuluh kali Khairil ke Jakarta untuk menyiapkan acara pernikahannya dengan Khadijah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Tiga bulan ini sudah lebih dari sepuluh kali Khairil ke Jakarta untuk menyiapkan acara pernikahannya dengan Khadijah. Semuanya dia siapkan dengan matang atas bantuan calon mertua dan kakak iparnya.

Konsep sudah dibuat di pertemuan pertama setelah lamaran. Khadijah menginginkan semua elemen berwarna merah muda sesuai warna kesukannya dengan dekorasi gedung berwarna putih, Khairil setuju. Baju mereka hanya berwarna putih dengan gaun Khadijah yang ditambah sedikit hiasan berwarna merah muda. Tenang saja, semuanya dibuat seimbang, tidak akan membuat para tamu dan keluarga sakit mata melihat warna merah muda di mana-mana.

Dan hari ini adalah hari terakhir Khairil ke Jakarta untuk mencoba bajunya yang terakhir sebelum nanti dipakai di akad dan resepsi.

Khairil akan ke butik bersama Ayah, Bunda dan Khadijah.

"Gus kenapa ga pernah balas chat Ija?" tanya Khadijah begitu Khairil sampai dan keluar dari mobilnya. Khairil bahkan belum sempat mengucapkan salam.

"Hm? Ehh.." Khairil bingung harus menjawab apa. Dia melihat sekeliling dan tidak menemukan Ayah, Bunda atau siapa pun di sekitar mereka

"Ayah Bunda mana?" tanya Khairil tanpa menjawab pertanyaan Khadijah.

"Jawab ih!" Khadijah mengentakkan kakinya kesal.

"Khadijah mau tanya soal sepeda, kan? Nanti kita beli langsung ya, Khadijah bisa pilih sepeda mana yang Khadijah mau," jawab Khairil.

Gadis itu memang terus mengirimnya pesan dan menanyakan sepedanya. Sesekali menanyakan hal tidak penting, seperti 'Gus bisa tidur kalo gelap, kan? Soalnya Ija ga bisa tidur kalo lampunya nyala.'

Khairil tidak pernah membalasnya. Dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak melakukan kontak langsung dalam bentuk apa pun dengan Khadijah selama mereka masih belum sah.

"Gus ga suka ya sama Ija? Kalo gitu kenapa Gus mau menikah sama Ija, hah?! Ija ga suka cowo yang cuek!" Khadijah langsung masuk dan menutup pintu dengan keras, membiarkan Kharil kebingungan di halaman rumah.

Khairil memilih untuk menunggu di luar seraya menghubungi calon mertuanya. Menunggu beberapa saat sampai mereka datang. Khairil langsung bangun dan menyalami keduanya.

"Maaf kita dari luar, Ayah kira masih lama kamu sampainya. Ayo masuk dulu," ajak Ayah diangguki Khairil.

"Selain fitting, kita juga harus lihat rumah yang mau disewa buat keluarga kamu selama di Jakarta nanti ya. Sekalian makan siang di luar gimana?" saran Ayah setelah duduk di ruang keluarga.

"Boleh, Yah. Saya juga sebenarnya mau tanya, kalo saya ubah maharnya, apa boleh?" tanya Khairil.

"Ubah gimana? Kamu keberatan dengan maharnya?"

"Engga, saya mau tambah maharnya. Sebenarnya ga seberapa, tapi saya punya sebidang tanah. Apa bisa dijadikan mahar juga?" tanya Khairil.

Ayah terdiam sebentar.

KhairilijaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang