21. Ibu

5.7K 669 371
                                    

600 vote dan 600 komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


600 vote dan 600 komen

Update setiap hari juga aku lakuin kalau targetnya langsung tembus

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
🎀

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Keluar dari mushola stasiun selepas sholat subuh, Khadijah menguap lalu mengucek matanya pelan. Mereka sudah sampai di Kutoarjo, Khairil membawa tas mereka dan menggandeng Khadijah untuk keluar. Berjalan beberapa meter, Khairil menuju tempat penyewaan sepeda motor, karena kendaraan agak sulit untuk sampai ke rumah Bukdenya. Khadijah terus berjalan dengan mata sayu tanpa bertanya atau mengatakan apa pun. Masih mengantuk.

Selesai dengan syarat dan pembayaran, Khairil menerima kunci, surat dan helm. Setelah berterima kasih, Khairil memasangkan salah satu helmnya untuk Khadijah.

"Ngantuk banget?" tanya Khairil seraya mengusap wajah Khadijah.

Khadijah mengangguk. "Pegal, terus lapar juga."

"Kita sarapan dulu kalau gitu, mau di daerah sini atau di depan?"

"Terserah Aa."

Khairil mengendarai motor dengan pelan, sesekali memastikan jika Khadijah tidak tertidur. Mengajaknya terus mengobrol dan bercerita tentang tempat yang akan mereka kunjungi.

Di tengah perjalanan, Khairil berhenti di sebuah pasar, mencari sarapan dan berhenti di tukang nasi kuning. Setelah memesan, mereka duduk bersisian.

"Udah lama, Mbah, jualan nasi kuning?" tanya Khadijah.

"Bukan lama lagi, seumur hidup saya jualan nasi kuning. Dulunya ibu saya yang jualan."

"Wahh, legendaris dong ya. Memang Mbah umur berapa?"

"Saya udah 81," jawabnya seraya menyajikan dua piring nasi kuning lengkap dengan ayam dan telur.

"Hahh? Masa sih? Saya kira masih 50an loh Mbah," kata Khadijah membuat Mbah tersebut tertawa nyaring. Khairil juga heran dibuatnya.

"Aduh bisa aja, nduk. Saya udah tua. Cicit juga udah banyak."

Khadijah hanya menyengir dan segera memakan sarapannya sambil sesekali tetap bertanya ini dan itu. Selesai sarapan, mereka melanjutkan perjalanan kurang lebih satu jam sampai Khairil tiba-tiba menghentikan sepeda motornya sebelum melewati sebuah jembatan.

Khairil menoleh menatap Khadijah. "Jembatan di depan itu sebelah kanannya bisa langsung lihat laut. Mau lihat nggak?"

"Langsung laut?" tanya Khadijah.

"Engga langsung sih, masih ada sungainya sedikit. Tapi launya udah kelihatan."

Khadijah mengangguk semangat.

Khairil tersenyum kecil. "Sebenarnya nggak boleh berhenti di atas jembatan, jadi lihatnya sebentar aja di sebelah kiri ya."

Khadijah kembali mengangguk dan Khairil kembali menjalankan motornya sampai ada di sisi jembatan sebelah kiri. Khadijah turun dan melihat laut yang Khairil maksud.

KhairilijaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang