12. Siapa?

11.1K 735 650
                                    

500 Vote dan 500 komen yang onti angkel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

500 Vote dan 500 komen yang onti angkel


🎀


Pagi ini Khadijah semangat sekali untuk memulai pekerjaan barunya, dia sudah siap sampai menyiapkan bekal untuk makan siang, padahal rumahnya dengan toko hanya berjarak beberapa ratus meter.

"Ayo Aa, nanti Ija telat," ajak Khadijah seraya berusaha mengeluarkan sepeda barunya yang disimpan di dalam rumah padahal mereka punya garasi kecil.

"Khadijah telat juga nggak akan ada yang marahin," sahut Khairil berjalan mendekati Khadijah dan mengambil alih sepedanya lalu mengeluarkannya dengan mudah.

Khairil mengantar Khadijah dulu sebelum mengajar, mensejajarkan langkahnya dengan Khadijah yang menaiki sepeda listrik.

"Assalamua'laikum!" seru Khadijah begitu sampai di depan toko, memarkirkan sepedanya lalu masuk meninggalkan Khairil.

Khadijah sudah mengenal ketiga orang yang bekerja di toko Khairil. Yang paling tua ada bu Fatma, yang kedua ada teh Mei dan yang ketiga Mang Surya yang bertugas menyetok barang.

"Nitip ya, Bu. Tolong ajarin kasiran, mau jadi kasir katanya," ucap Khairil setelah mengucapkan salam.

"Aya aya wae si geulis, udah enak di rumah, malah mau kerja," sahut bu Fatma seraya terkekeh.

Khadijah menatap Khairil. Apa artinya?

Khairil hanya tersenyum dan menepuk pelan kepada Khadijah sekali. "Nanti jam dua belas pulang dulu buat sholat sama makan."

"Ija kan bawa bekal."

"Makan di rumah."

"Aa –"

Khairil menggeleng tegas. "Makan sama sholat di rumah. Saya pergi ya, kalau cape langsung pulang aja."

Khadijah cemberut. Khairil pamit dan meninggalkan Khadijah dengan yang lainnya.

Khadijah berjalan ke meja kasir dan langsung belajar beberapa hal. Anak itu cepat tanggap dan langsung bisa mempraktekan apa yang diajarkan. Khadijah juga sudah bisa melayani pembeli pertama.

"Ternyata toko Aa ramai terus ya, Bu?" tanya Khadijah kepada bu Fatma.

"Iya Alhamdulillah, apalagi kalau santri lagi istirahat, Ning Khadijah pasti kewalahan. Selain itu, Toko serba ada yang lengkap dan bisa dibilang murah cuma di sini, Gus Khairil itu nggak pernah ambil untung tinggi dari apa yang dia jual. Tapi ajaibnya, sejak saya pertama kerja di sini empat tahun lalu, toko ini nggak pernah rugi."

"Kok bisa? Jangan-jangan Aa Gus Iril ngepet ya, Bu?"

"Heh!" bu Fatma, Mei dan mang Surya sontak tertawa mendengarnya.

KhairilijaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang