𐙚 ˚⋆. 800 vote 600 komen buat next ⋆. 𐙚 ˚
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
🎀ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Khadijah duduk termenung di teras ndalem, dia masih memikirkan cerita Khairil beberapa hari lalu seraya menunggu Khairil yang katanya sedang ada urusan di kantor pesantren padahal ini hari libur.Kira-kira, kejadian apa lagi yang sudah pernah Khairil alamai dalam hidupnya?
Khadijah berdiri dan tersenyum saat melihat Abbar berjalan mendekat ke ndalem.
"Gus Abbar, mau nggak?" tanya Khadijah menawarkan permen yang dia bawa.
Abbar mendelik dan masuk begitu saja tanpa menjawab, Khadijah mengikuti dari belakang. "Ini mahal loh Gus, tiga ribu."
Abbar tetap tidak menjawab dan membuat Khadijah cemberut kesal.
"Pantas aja Arana nggak suka, orang jutek kaya gitu," gumam Khadijah dan kembali keluar.
Belum sempat duduk, Khadijah tersenyum melihat Khairil berjalan ke arahnya, tapi senyumnya luntur saat melihat seseorang di sebelah Khairil.
"Assalamu'alaikum," salam Khairil kemudian mendekati Khadijah dan meraih tangganya untuk dikecup.
"Abah ada nggak, Neng?" tanya Khairil membuat Khadijah mendongak dan menggeleng pelan.
"Abah ke kantor kelurahan sama Amira," jawab Khadijah pelan.
Khairil berbalik. "Nanti siang mungkin, Nu."
Pria di depan teras mengangguk seraya tersenyum. "Kalau gitu saya ke kebun dulu aja ya, Gus. Kangen lihat kebun."
Khairil mengangguk mempersilakan dan pria itu pergi setelah mengucapkan salam.
"Itu siapa, Aa?" tanya Khadijah.
"Wisnu, salah satu ustadz yang mengajar ngaji di sini, kenapa?"
"Aa ingat nggak yang Ija bilang cowok ganteng nomor satu? Nah itu dia orangnya," kata Khadijah tampak senang berbanding terbalik dengan Khairil yang langsung terlihat kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Khairilija
Spiritual(Privat acak, follow sebelum baca) "Gus, kita langsung bikin dedek bayi, kan?" Khadijah yang enggan melanjutkan pendidikannya memilih untuk menerima lamaran Gus Khairil. Khadijah yang sejak kecil dimanja oleh keluarganya, tiba-tiba harus berumah tan...