"Saka segalanya dan cuman dia yang selalu ada untuk gua!" – Dinan
———
Jarak seratus meter dari sekolah, Saka menghentikan laju motornya dan membiarkan Dinan turun di tempat fotokopi.
"Cetak halaman 45 sampe 50 aja, Sayang. Cepet, ya. Udah jam tujuh, bentar lagi gerbang ditutup," ucap Saka sembari menyerahkan buku fisika di tangannya.
Dinan mengangguk, kakinya memasuki ruko dan menjelaskan pesanannya. Saat sedang menunggu abangnya mencetak, tiba-tiba Saka berteriak dan mendesaknya untuk bergegas karena gerbang akan ditutup dalam lima menit lagi.
Perempuan berambut panjang itu bingung, ia tidak bisa mendesak si abang fotokopi agar mempercepat kerjanya. Ia pun mendekati sang kekasih dan berkata, "kamu duluan aja, Sayang. Biar aku yang nunggu di sini, nanti aku jalan ke sekolah."
Tanpa pikir panjang, Saka langsung tancap gas dan meninggalkan Dinan yang terdiam menatap kepergiannya.
"Padahal tugas dia dan dia yang lupa nyetak. Huft!"
"Mbak!"
Lamunannya terpecah ketika abang fotokopi memanggilnya. Dinan langsung membayar dan mengambil cetakannya. Ia bergegas berlari sekuat tenaga menuju sekolah, sayangnya gerbang keburu ditutup satpam saat ia sampai.
"Pak, tolong bukain, dong. Aku cuman telat satu menit aja, Pak." Dinan memelas, berharap satpam bermurah hati dan membiarkannya mengikuti upacara.
"Nggak bisa, Neng. Nanti saya dimarahin Bu Ros."
Dinan terduduk lemas di depan gerbang, tidak ada yang bisa ia lakukan selain menunggu upacara selesai dan masuk ke sekolahan untuk menjalani hukuman. Mau tak mau ia harus berhadapan dengan seseorang yang paling ditakuti oleh siswa/i seantero sekolah dan tidak ada yang bisa menghindar dari hukuman Bu Ros, seorang guru yang dijuluki killer teacher.
Peraturan ketat di sekolahnya berawal dari murid-murid yang menganggapnya sepele. Ketika telat datang dan berada di barisan belakang, malah berisik dan mengganggu kekhidmatan upacara. Selesai upacara dan diberi wejangan oleh pembimbing, mereka ke kantin dan berakhir telat masuk pelajaran pertama, tetapi minta guru pengajar untuk memaklumi sebab mereka belum sarapan saat berangkat ke sekolah.
Dalam satu semester, Dinan baru telat sekali ini. Ia berharap hanya hukuman ringan yang diberikan Bu Ros karena ini pertama kalinya.
***
Satu jam lebih berada di luar gerbang, akhirnya Dinan bisa masuk dan langsung berhadapan dengan Bu Ros yang sudah setia berdiri di bawah pohon rindang pinggir lapangan.
"Kamu telat berapa lama?" tanya guru berbadan gempal tersebut.
"Satu menit, Bu," jawab Dinan tanpa memandang mata Bu Ros.
"Udah berapa kali kamu telat selama semester ini?"
"Ini pertama kalinya, Bu."
Dinan menatap mata lawan bicaranya, berharap ada keringanan supaya ia bisa mengikuti jam pelajaran pertama. Sebelum Bu Ros memberinya hukuman, tiba-tiba datang seorang siswa dan berdiri di sampingnya.
"Kamu lagi!" geram Bu Ros.
Tanpa bertanya apapun, wanita paruh baya itu langsung memberikan mereka hukuman yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Cinta Memperdaya (Done)
Подростковая литератураDinan cantik, tapi bodoh ketika jatuh cinta. Dinan perempuan, tapi rela merendahkan diri demi cinta. Dinan anak pertama, tapi rela mengalah demi sang kekasih. Saka adalah hidup dan dunianya. "Lo tuh kenapa sih bego banget jadi cewek? Saka itu cuman...