Setiap waktu hanya tentangmu, ceritamu, dan kebahagiaanmu. – Liev
———
Liev memberikan kode dengan meletakkan jari telunjuk depan bibir pada sang adik supaya menghentikan kalimatnya, tetapi Olivia terus bertanya dan memperumit situasi.
Remaja perempuan dengan penampilan paling mencolok mengabaikan kakak laki-lakinya, ia terus mencari jawaban atas rasa penasaran pada seorang gadis di hadapannya.
"Kalian udah lama kenal?" Sama seperti Helena, aksen Olivia belum benar-benar melebur dengan bahasa Indonesia.
"Baru beberapa bulan sejak kami saling mengenal, kami teman sekelas." Dinan menjawab lugas, memilih memakai bahasa baku karena takut Olivia tidak terlalu mengerti ucapannya.
"Tapi, dia bercerita tentangmu seperti orang yang sudah lama kenal." Olivia kembali mempertanyakan apa yang ada di dalam benaknya.
"Hehe, mungkin dia penggemarku," canda Dinan menanggapi. Bibirnya terlipat sedikit merekah.
"Dia tidak pernah melakukan hal seperti itu pada mantannya, but why now he does?" Mulut Olivia miring, mengetuk-ngetuk dagu berpikir, memicing memperhatikan penampilan Dinan dari atas sampai bawah.
Beauty. His ex also beautifull, but why did he treat this girl really lovely?
Dipandang dengan tatapan mengintimidasi, Dinan merasa risih tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Ia pun membuka pengait tas jinjingnya, mengambil sebuah kotak kecil, dan memberikannya pada gadis yang sedang merayakan sweet seventeen.
"Aku tidak tahu harus memberimu apa, kuharap kamu menyukai pemberianku." Gadis berambut panjang tergerai menyodorkan hadiahnya pada Olivia.
"OMG! May I open this gift right now?" Anak bungsu Helena bertanya antusias, berbinar gemas menunggu jawaban tamu yang diundang oleh kakaknya itu.
"Boleh, dong. Itu kan punya kamu," jawab Dinan tersenyum hingga memperlihatkan jejeran giginya yang rapi.
Jari lentiknya menari di atas benda kecil berbentuk segi empat, menarik ikatan pita dengan hati-hati untuk memenuhi rasa keingintahuannya.
Sebuah stiker barcode tertempel di bagian dasar kotak tersebut, selembar catatan kertas biru tergulung kecil di pinggirnya.
To Olivia :
It's a VIP ticket of Seventeen's concert, this is the best thing I can give to you as a gift on your birthday. I hope you like it. Happy sweet seventeen, Oliv! And thank you for invited me ♡♡
"Oh my God!" teriak putri bungsu Helena histeris, refleks memeluk Dinan erat. "ini hadiah terbaik yang aku dapatkan di ulang tahunku," bisik Olivia bahagia. Dinan seolah dapat merasakan kesenangan yang gadis itu pancarkan.
"Olivia, call by Mama. It's your time, hurry!" desak lelaki dengan gaya rambut belah tengah menghentikan aksi adiknya.
Olivia berpamitan, sedikit enggan untuk meninggalkan perempuan yang ia yakini akan segera menjadi teman dekatnya—atau bahkan kakak iparnya.
Seorang MC laki-laki memperkenalkan diri dan membacakan serangkaian acara malam hari ini, setelan jas hitam putih berdasi serta senyum yang terus terukir memperelok penampilannya.
"Maaf kalau mama dan adik gue bikin lo risih karena banyak tanya, abaikan aja kalau lo kurang nyaman dengan ucapan mereka, ya. Mereka adalah dua orang paling kepo tentang kehidupan pribadi gue." Liev meringis mengatakan hal tersebut.
"Gapapa. Mereka asik, kok. Walaupun kadang gue bingung gimana cara nanggepinnya," jawab Dinan yakin sambil menatap teman sekelasnya itu. "Gue beneran gapapa, Liev," ucapnya meyakinkan sekali lagi.
"Oke, deh. Kalau ada yang bikin lo nggak nyaman di sini, bilang aja ke gue," putus Liev.
"Nyaman, kok. Makanannya banyak dan enak-enak," bisik gadis berbalut gaun putih tersebut.
Selama acara berlangsung, tidak sedetik pun Liev meninggalkannya kecuali ke kamar mandi dan ke panggung untuk menerima suapan kue dari sang adik. Lelaki tampan berbadan tegap itu selalu berdiri siaga di sebelah Dinan bak bodyguard yang menjaga nonanya.
Banyak pasangan suami istri yang menyapa Liev dan bertanya tentang hubungan asmaranya dan menawarkan anak perempuan mereka pada lelaki tampan tersebut.
Namun, Liev menolaknya dengan halus dan berkata, "Udah ada perempuan di hati aku, Tante." Saat berbicara, Liev menggenggam tangan Dinan seolah ingin memberitahu kalau gadis itu adalah miliknya.
Acara selesai tepat pukul sembilan malam, para tamu undangan satu persatu meninggalkan tempat. Tumpukan kado memenuhi meja di sebelah panggung, dari yang ukurannya kecil hingga besar tersusun rapi di sana.
Sulung Helena menggandeng lengan kakaknya Dani, melewati beberapa tamu yang masih asyik berbincang dengan relasi bisnis. Mereka mendekati sepasang pasutri dan gadis dengan penampilan paling menonjol malam ini yang berdiri di dekat panggung,
"Pa, ini Dinan." Kehangatan keluarga melingkupi perasaan Dinan, interaksi antara orang tua dan anak terjalin harmonis.
Alexander menyambut gadis di sebelah putranya dengan sebuah pelukan singkat, setelahnya Dinan menyalami punggung tangan pria paruh baya itu.
"Terima kasih karena sudah datang, Nak. Tadi Oliv bercerita tentangmu dan kakaknya pun selalu melakukan hal serupa setiap hari." Pria berusia 55 tahun menggoda sang putra yang sedang jatuh cinta.
Kedua pipi merona, detak jantungnya kian menggila seiring godaan yang dilontarkan oleh tiga orang di hadapannya. Tubuhnya makin bergeser ke belakang lelaki yang selalu memperlakukannya dengan baik sejak awal bertemu.
"Ma, Pa, Oliv, please stop," pinta kaum adam itu ketika melihat ketidaknyamanan putrinya Elvan.
Ketiganya kompak berhenti menggoda dan kembali bersikap normal, membahas dan bertanya seputar keseharian Dinan. Kedekatannya dengan Olivia terjalin lebih cepat karena keduanya sama-sama menyukai Seventeen boygroup asal Korea Selatan.
"Who is your bias?"
"Aku suka semua member, terutama Mingyu dan our alpha leader," jawab Dinan semangat. Akhirnya ia akan mempunyai teman sesama penyuka K-Pop dengan fandom yang sama.
"Waw! Aku juga!" teriak sosok cantik tersebut.
Ia melompat-lompat kecil hingga gaun ulang tahunnya ikut baik turun, mahkota kecil di pucuk kepalanya turut bergoyang ria. Helena menghentikan aksi putrinya ketika ada rekan yang ingin berpamitan.
"Aku nganter Dinan pulang dulu, ya. Takut kemaleman pulangnya," pamit Liev menjadikan Dinan tamu terakhir yang meninggalkan gedung.
"Take care of this beauty girl, Liev." Sebuah kalimat yang menjadi penutup pertemuan mereka. Olivia berkali-kali melambaikan tangan ke arah teman baru yang akan segera menjadi kakak iparnya—jika Liev berhasil meraih hati Dinan.
Dua anak insan berbeda jenis itu berjalan bersisian menuju parkiran, Liev membukakan pintu, berinisiatif memakaikan seat belt dan tanpa sadar lehernya berada tepat di depan wajah Dinan hingga hembusan napasnya mendirikan bulu halus.
Liev terdiam, tubuhnya seolah kaku dan enggan untuk beranjak. "Hei!" Dinan menepuk pundak lelaki itu sampai ia tersentak buru-buru berdiri, menutup pintu, memutari mobil, dan duduk di balik setir kemudi.
Mendadak Dinan mengajukan sebuah pertanyaan yang membuat Liev terdiam sesaat. "Memangnya lo sering cerita tentang gue?"
Mampus!
To be continue
♡´・ᴗ・'♡Jangan lupa like, comment, and follow yaw. Thank you ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Cinta Memperdaya (Done)
Teen FictionDinan cantik, tapi bodoh ketika jatuh cinta. Dinan perempuan, tapi rela merendahkan diri demi cinta. Dinan anak pertama, tapi rela mengalah demi sang kekasih. Saka adalah hidup dan dunianya. "Lo tuh kenapa sih bego banget jadi cewek? Saka itu cuman...