Three

38 6 2
                                    

"Everyone have to know if Saka very loves me , he treat me like a treasure. When my father doesn't do, but he does." Dinan

———

      Dinan melihat siswa yang terlihat asing itu dengan seksama. Hidung bangir, gaya rambut belah tengah, rahang tegas dan sepasang manik hitam yang menatapnya dengan intens.

"Lu siapa?" tanya Dinan dengan alis mengerut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lu siapa?" tanya Dinan dengan alis mengerut.

Tidak ada jawaban, hanya mata yang terus menatapnya tanpa berkedip.

Orang aneh!

Merasa diabaikan, Dinan memilih beralih dan bertanya pada Salma yang tengah asyik scroll Instagram. "Dia anak baru?"

"Ho'oh, tadi Ben disuruh Bu May nganterin dia ke sini dulu, kebetulan ada bangku kosong di belakang lu bekas anak yang di DO bulan lalu," jawab perempuan berambut pendek itu tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. "Gans, tapi bukan tipe gua," lanjut Salma sebelum Dinan menjodoh-jodohkannya dengan murid pindahan tersebut.

"Dih, gua belum ngomong apa-apa, kok!" sewot Dinan. Ia menatap ponselnya, hanya memperlihatkan layar hitam tanpa notifikasi apapun.

"By the way, gimana kabarnya Dani? Gua udah lama nggak denger kabar dia, kangen deh." Salma mengalihkan atensinya, menunggu jawaban dari bibir sahabatnya.

"Nggak tau, mungkin sibuk sama jadwal kuliahnya." Dinan menjawab datar, acuh pada perempuan di sebelahnya yang sudah memasang wajah kecut.

"Pengen deh punya pacar kayak dia. Baik, pinter, ganteng, tinggi, penyayang, putih, mancung. Pokoknya definisi ganteng menurut gua itu ada di dalam diri Dani semua. Walaupun udah kuliah duluan, tapi kami kan tetap seumuran."

Ayena Dinandika hanya diam, ia memandang langit-langit kelasnya sembari menghembuskan napas berat.

"Gua sama papa emang nggak deket dari dulu, tapi semenjak Dani berhasil akselerasi dan dapet beasiswa ke Jakarta, kami semakin jauh. Cuman Dani yang jadi prioritas orang tua gua, bahkan mereka lebih milih ninggalin gua yang lagi sakit ketika Dani bilang kangen. Cowok letoy!" Intonasinya menggebu, ungkapan yang selalu ditahan kini keluar dengan lepas.

"Kenapa lu nggak pernah ngomong ke mereka kalau lu butuh?" tanya Salma heran, padahal anaknya Om Elvan itu terlihat feminim dan penyayang, tapi kenapa berjarak dengan keluarganya?

"Sebelum mereka pergi, gua udah bilang ke mama untuk nemenin. Tapi, mama bilang nggak bisa karena mereka mau sekalian ketemu partner bisnis, sekaligus temen SMA dan kangen dia karena udah tiga bulan nggak ketemu."

Bu May masuk tepat setelah Dinan menyelesaikan curhatannya, guru mapel Matematika itu meminta siswa yang duduk di belakangnya untuk maju dan memperkenalkan diri.

Kala Cinta Memperdaya (Done) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang