"Entah bagaimana harimu berlalu, selalu jadikan setiap hal-hal kecil sebagai rasa syukur." - Dinan.
---
Dinan tersentak, perempuan yang memakai hotpants dan crop top senada itu menatapnya garang. Ia menarik Liev ke sisinya.
"Siapa lo? Ngapain pegangan ama pacar gue!?" Ia menggeram, matanya memicing seolah siap menerkam siapapun yang mencari masalah dengannya.
"Ruka," panggil Liev penuh penekanan. Ia mengusap wajahnya kasar, menatap garang ke arah perempuan blasteran Jepang tersebut, "ini bukan waktunya bercanda. Dia temen gue dan lo nggak perlu agresif ke dia."
"Lo bener-bener kenal dia? Lo baru balik lagi ke Indonesia, jangan sampe lo ketipu ama orang-orang zaman sekarang." Ruka mengintimidasi Dinan dari atas sampai bawah dengan tatapan mata sipitnya, "lo belum tau banyak tentang Jakarta, jangan terlalu percaya sama orang baru."
"Awas lo macem-macem sama dia." Tangannya membuat gerakan mengancam di leher, Ruka berlalu dari hadapan mereka dengan senyum licik.
"Maaf, ya. Dia sepupu gue, orangnya terlalu posesif. Dari kecil udah di Jakarta, jadi berpikir harus jagain saudaranya yang nggak tau apa-apa kayak gue. Sebenernya baik, kok." Liev menjelaskan sebelum terjadi salah paham di antara keduanya.
Dinan mengangguk sembari tersenyum tipis, lalu berkata, "Lu pernah tinggal di Indonesia lama?" Berusaha menghilangkan kecanggungan dalam hatinya.
Dinan dan Saka pernah berantem karena ia berinteraksi lama dengan lawan jenis, sebab itu Dinan selalu berusaha membatasi kedekatannya dengan lelaki di luar maupun di sekolah. Saka bisa berhari-hari mendiaminya sebelum Dinan minta maaf karena telah melakukan hal yang tidak pacarnya itu sukai.
"Dari umur tiga sampe tujuh tahun gue tinggal di Jakarta bareng nenek, karena bisnis orang tua lagi kena masalah berat. Takutnya gue kurang kasih sayang, jadi nenek minta mereka untuk bawa gue ke sini, biar beliau yang ngurusin."
Liev terdiam sejenak, seolah berat untuk melanjutkan ceritanya, "setelah semuanya pulih dan stabil, mereka dateng dan bawa gue untuk tinggal di LA. Gue punya temen perempuan saat itu, anaknya tetangga yang paling baik dan cantik. Sebenernya tujuan gue pindah sekolah, karena pengen ketemu lagi sama dia."
"Jadi, temen lo satu sekolah sama kita?" tanya Dinan sedikit ragu.
"Iya," jawab lelaki itu sembari tersenyum lebar ke arah Dinan, "ayo, gue anter pulang."
Tiga puluh menit setelah duduk dikursi penumpang, akhirnya mereka sampai di depan rumah Dinan. Bangunan putih berlantai dua dengan gerbang hitam menjulang tinggi di depan mereka, terbuka seketika saat Dinan membuka jendela mobil dan melambai ke arah CCTV.
Liev memarkirkan mobilnya di depan garasi, ia langsung keluar dan membukakan pintu penumpang, membantu Dinan berjalan sampai ke depan pintu.
Dinan mengetuk pintu beberapa kali sembari memanggil sang mama, tak berselang lama seorang wanita dewasa keluar disertai senyum tipis di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Cinta Memperdaya (Done)
Teen FictionDinan cantik, tapi bodoh ketika jatuh cinta. Dinan perempuan, tapi rela merendahkan diri demi cinta. Dinan anak pertama, tapi rela mengalah demi sang kekasih. Saka adalah hidup dan dunianya. "Lo tuh kenapa sih bego banget jadi cewek? Saka itu cuman...