Eighteen

15 5 2
                                    

Cintamu adalah hadiah terindah yang pernah aku terima.

———

           Meskipun bolos jam pelajaran pertama, Liev dan Dinan kembali ke kelas di jam berikutnya hingga sekolah berakhir pukul tiga sore.

Keduanya bergandengan tangan, berjalan bersisian melewati koridor menuju parkiran, mendekati motor Honda CB350RS yang terletak di pojokan. Liev memakaikan helm ke kepala Dinan dan mengebelakangkan sebagian rambut panjang sang kekasih yang tergerai di depan bahu.

"Makasih, Sayang," ucap Dinan sambil tersenyum lebar.

"Sama-sama, Cantik," ujar Liev sembari memundurkan motor kesayangannya.

Gadis dengan tinggi 166 cm menaiki kendaraan beroda dua tersebut, memegang erat pinggang lelaki tampan tersebut. Namun, Liev langsung menarik kedua lengan Dinan untuk melingkari perutnya hingga mereka tidak berjarak.

Dinan mundur sedikit, tersipu malu menatap pacarnya dari kaca spion. "Malu, ih!" gerutunya disertai pukulan manja di pundak Liev.

Tawa Liev pecah, rasa puas ketika melihat Dinan tersipu malu membuat mood nya terus meningkat. "Kamu mau ikut aku nggak?" tanya kakaknya Olivia.

"Mau ke mana?" Dinan balik bertanya.

"A special place for me. Do you want to see it?" Setiap kata yang terucap terdengar lirih seolah tempat yang mereka tuju menyimpan banyak kenangan untuk Liev.

"Mau, dong, Sayang. Tapi aku izin Mama dulu, ya."

Dinan
Ma, aku izin pergi sama Liev ya.

Mama
Mau ke mana? Pulangnya jam berapa?

Dinan
Belum tau, Ma. Liev yang tau tempatnya. Nanti kalau udah puas di sana, aku langsung pulang kok. Boleh?

Mama
Yaudah, hati-hati di jalan. Salamin ke Liev ya.

Dinan
Oke, Ma. Siap!

"Ayo, Sayang. Dibolehin sama Mama," ajak Dinan ketika Liev tak kunjung menyalakan mesin. "dapet salam dari calon mama mertua," gurau perempuan cantik tersebut.

Liev tersenyum kecil dari balik helm full face hitamnya, tanpa berkata-kata langsung menarik pedal gas motor hingga melewati pos sekolah.

Sepasang roda depan belakang terus berputar ke arah timur, berbaur di antara keramaian kota metropolitan. Membutuhkan waktu tiga puluh menit untuk sampai tujuan.

Mereka telah tiba di depan sebuah pagar setinggi dua meter dan pembatas beton yang mengitari tanah di dalamnya. Seorang penjaga mendekat, meminta kartu tanda pengenal untuk mengidentifikasi identitas pengunjung karena tidak semua orang bisa melihat sesuatu di balik gerbang tersebut.

Setelah penjaga kembali dari ruang pengawasan di sebelah pintu masuk, ia langsung mempersilahkan kedua remaja itu untuk masuk.

Pintu besi yang sebelumnya tertutup rapat kini bergeser satu meter dan kembali menutup usai mereka lewat.

Sepanjang jalan lima ratus meter dari pintu gerbang, banyak pohon-pohon besar yang tertanam di pinggirannya. Keasrian dan kedamaian menyelubungi jiwa yang penat dengan kesibukan dunia.

Tidak lama kemudian terlihat sebuah kabin kayu di tengah pepohonan rindang, sebuah kolam besar ikan hias dan sebuah rumah pohon yang masih terawat.

Dinan berdecak kagum, bibir sedikit terbuka dan manik cokelatnya berbinar memperhatikan sekitar.

Gue baru tau ada tempat setenang ini di Jakarta.

"Oma pemilik lahan ini dan kabin ini adalah hadiah yang Oma kasih buat aku karena pas awal pindah ke Indo, aku sering nangis dan minta balik ke LA." Mereka duduk di halaman kabin, kedua bola mata Liev jauh memandang kenangan beberapa tahun silam.

Anak lelaki berusia empat tahun berlarian ke sana kemari menghindari kejaran sang nenek dan tangisnya makin kencang ketika Eliza berhasil meraih tubuh mungil cucunya. Ia memberi dekapan hangat, tepukan lembut di pundak belakang, dan seutas senyum tulus yang membuat anak yang sedang tantrum itu diam seketika.

"Kamu di sini aja sama Oma ya, Sayang. Oma janji bakal bikinin kamu kolam ikan yang besar dan ikannya warna warni." Wanita paruh baya setengah abad itu melebarkan kedua tangan seolah menggambarkan ukuran kolam yang akan dibuat.

"Promise?" tanya cucunya memastikan.

"Tentu! Oma selalu nepatin janji."

Beberapa bulan kemudian Eliza membawanya ke tempat ini, ia benar-benar menetapi janji dengan membangunkan sebuah rumah kecil, rumah pohon, dan kolam ikan hias warna warni.

Reaksi Dinan adalah reaksi yang Liev berikan lima belas tahun lalu saat pertama kali menginjakkan kaki di tanah seluas dua hektar atau dua puluh ribu meter milik sang nenek.

"Pas Mama, Papa, dan Oliv dateng buat jemput aku, Oma langsung ngehubungin sekretarisnya dan minta nyariin orang untuk bersihin ini." Telunjuk remaja lelaki itu menyentuh permukaan lantai kabin yang bersih.

"Kamu adalah perempuan pertama yang aku bawa ke sini. Ada di sini sama kamu ngebuat hidup aku rasanya cukup, bahkan banyak lebihnya ketika kamu jadi pacar aku."

Liev menoleh ke kanan, menikmati wajah tenang pacarnya dari samping, hal yang lebih indah dari apa yang sedang perempuan itu lihat.

"Jangan liatin gitu, ih! Malu tau." Dinan menutup muka menggunakan telapak tangannya.

Lelaki itu menarik lembut kepala sang kekasih, membawanya ke dalam dekapan dada.

"Makasih, ya, Sayang," tuturnya halus

"Makasih untuk apa?" Gadis cantik itu menengadah dan tatapan mereka saling bertubrukan. Dari posisinya, Dinan memperhatikan sesuatu yang menonjol di leher lelaki berusia 19 tahun yang sedang memeluknya.

Liev sedikit menunduk dan berbisik, "You complete me and I am so grateful to have you in my life. I want to be with you as long as possible." Lelaki itu memangkas jarak mereka hingga bisa merasakan deru napas satu sama lain.

Dinan menutup mata, ia pikir sesuatu akan mendarat di bibirnya, tetapi ternyata dugaannya salah karena Liev  mengecup mesra kening mulus putri sulung Helena.

"Aku nggak akan ngelakuin itu sekarang, Sayang. Belum saatnya."

"Kamu nggak sabar, ya," bisik Liev menggoda.

"Liev!" Sebuah teriakan memekakkan telinga merasuki telinga, tetapi Liev justru terbahak-bahak karena Dinan melepas dekapannya dan menjauh.

Dicintai secara ugal-ugalan membuat Dinan bertekad agar tidak menyia-nyiakan apa yang sudah Liev berikan. Meski baru beberapa minggu menjalin hubungan dengan teman sekelasnya itu, tetapi ia bisa merasakan kehangatan yang membalut lukanya.

He is my everything

To be continue
♡´・ᴗ・'♡

Idk what you feel this chapter, I hope you enjoy it! 😭



Kala Cinta Memperdaya (Done) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang