Seventeen

16 5 5
                                    

Dicintai adalah karunia yang tidak ternilai karena tidak semua insan bisa merasakan.

———

            Liburan semester satu—selama tiga pekan telah usai, para pelajar dan pengajar kembali beraktivitas seperti sediakala. Dua puluh satu hari yang sangat berarti dalam pendekatan Liev dan Dinan—jarak tempat tinggal yang berdekatan membuat lelaki bucin itu bertandang hampir setiap hari.

Kini keduanya sedang berbincang menggunakan motor menuju SMA Tri Satya, Dinan menggenggam erat pinggang Liev ketika lelaki itu memacu kencang gas kendaraannya.

Deru mesin memenuhi area parkir sekolah, berdesakan mencari tempat untuk memarkirkan kendaraan mereka. Dinan mengeluh kesal saat penjepit tali helmnya tidak kunjung terbuka, Liev langsung mendekat dan membantu membuka hingga tali pengaitnya tergantung bebas.

"Makasih, ya," ucap Dinan disertai senyuman secerah matahari pagi.

"Kalau kamu kurang nyaman dengan hubungan kita di sekolah, aku bisa tetep bersikap seperti temen biasa, Sayang," ujar Liev saat kekasihnya hendak melangkah menuju kelas.

Gadis berambut hitam legam itu berhenti, berbalik menatap Liev yang terdiam di belakangnya.

"Aku nyaman, kok. Terserah gimana pendapat mereka, kan kita yang ngejalaninnya." Dinan meraih tangan lelaki yang baru seminggu lalu mengajaknya untuk menjalin sebuah hubungan.

Kesepuluh jemari mereka saling bertaut, Dinan menarik lelaki itu mendekat, memintanya jalan bersisian, dan melewati setiap murid yang memberikan tatapan heran pada keduanya.

Tatapan mengintimidasi makin terasa ketika melewati Saka dan teman-temannya, saat merasa semuanya aman dan berjalan dengan lancar, mendadak seseorang mencekal pergelangan tangan Dinan hingga membuat langkahnya terhenti.

"Jadi ini alasan lo mutusin gue?" tanya Saka sambil menatapnya hina, tidak setuju dengan interaksi antar dua pasang insan berbeda jenis kelamin yang barusan lewat di depannya.

Atmosfer di sekitar tiba-tiba meningkat, kebisingan pun menjadi hening seketika, murid-murid yang berdiri di sekeliling mereka langsung siap siaga menjauhi ketiga orang tersebut sembari menahan napas menyaksikan keseruan yang akan terjadi di depan semua pasang mata.

Dinan menyentakkan lengannya hingga pegangan Saka terlepas."Liev nggak ada sangkut pautnya dengan apa yang terjadi di antara kita! Semua berakhir karena ulah kamu sendiri!" geram perempuan bernama lengkap Ayena Dinandika, menyangkal fitnah yang Saka layangkan pada Liev.

Ketika lelaki berlesung pipi itu mencoba menangkup dan mendekati wajah Dinan, Liev yang sedari tadi hanya diam, langsung bergerak cepat memasang badan.

"Lo udah bukan siapa-siapa lagi dan lo nggak berhak untuk memperlakukan dia kayak gitu. Dia pacar gue." Putra sulung Helena menekan tiga kata terakhir ucapannya.

"Ambil aja cewek kegatelan itu!" Mendadak Saka mendorong bahu kiri Dinan, menyebabkan perempuan itu oleng. "Baru putus beberapa minggu, udah punya pacar lagi. Apa namanya kalau bukan cewek ganjen?"

Salah seorang kaum adam yang pernah menjadi kekasihnya selama tiga tahun, kini justru merendahkannya dengan kata-kata keji.

"Jaga omongan lo! Atau abis lo sama gue!" ancam Liev serius. Tidak terima pada ucapan yang preman sekolah itu lontarkan pada sang gadis pujaan.

"Nggak usah ikut campur lo, brengsek!" Emosi Saka melambung tinggi setelah Liev membahas statusnya, mendengus kesal karena hal tersebut. Namun, lelaki tinggi putih itu tidak dapat menahan diri dan mendadak melayangkan pukulan menggunakan tangan kanannya yang memakai cincin, lalu mengenai kening Liev hingga berdarah sebab gerakan menghindarnya kalah cepat dengan tangan lawan.

Kala Cinta Memperdaya (Done) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang