Memperjuangkan hubungan sendirian, rasanya seperti menabur garam di atas luka. – Dinan
———
Mereka berdua menuruni anak tangga dengan terburu-buru, Dinan mengabaikan rasa sakit di kakinya, terus memikirkan penyebab pacar dan teman sekelasnya itu berkelahi.
Lapangan sudah dipenuhi kerumunan murid yang ingin menyaksikan, banyak pula yang melihat dari balkon sangking penasaran. Mereka membuat lingkaran besar seolah menjadi pembatas ring tinju.
Salma meringis melihat kerumunan yang dipenuhi puluhan murid SMA Tri Satya, sorak-sorakan menimbulkan kegaduhan yang tak dapat terelakkan. Dinan berusaha menyelinap di antara keramaian, sesekali tangannya mengepal erat ketika ada yang menginjak kakinya.
Penampilan Liev dan Saka sudah tidak karuan, tetapi tidak ada yang mau mengalah. Pukulan demi pukulan dilayangkan satu sama lain, Saka memandang lawannya sengit sedangkan Liev menarik sudut kiri bibirnya meremehkan.
Dinan langsung berlari dan merentangkan tangan di antara mereka, seketika pukulan keduanya terhenti di udara.
Syukur lo nggak kena, Nan! batin Salma saat melihat sahabatnya hampir terkena tonjokan Saka.
"Stop! Kalian itu udah kelas tiga SMA! Waktunya kita fokus belajar, bukan berantem kayak gini!" Dinan berjalan mendekati Saka lalu berbisik, "aku nggak mau kamu diskors kayak waktu itu. Kita udah mau kelulusan, Saka."
Dinan membelai wajah putih pacarnya yang berubah kusam, darah dan debu mengotori seragam sekolah lelaki berparas tampan tersebut.
Saka hanya diam ketika Dinan menariknya pergi, bibirnya tersenyum culas melihat Liev mengepalkan tangan dan menatapnya tajam.
Tiba-tiba datang seorang perempuan berpenampilan mencolok, berdiri di hadapan Liev yang masih terdiam menatap kepergian Dinan.
"Lo nggak perlu sampe segininya, Liev. Dia nggak secantik itu untuk diperebutkan," ucapnya dengan nada mendayu. Ia menyentuh pundak lelaki pindahan itu, tetapi langsung ditepis kasar.
"Nggak usah ikut campur, bukan urusan lo!" ketus Liev dan bergegas pergi tanpa memandang wajah perempuan yang ia ketahui sebagai teman dari sepupunya, Ruka.
Najis! Kalau bukan karena Ruka, gue nggak bakal mau ngedeketin dia. batin perempuan itu menggerutu.
Di sisi lain, Saka hanya membiarkan Dinan menarik lengannya sampai di tempat sepi, lalu tatapan dinginnya kembali menghiasi indra penglihatan sang kekasih.
"Kalau bukan karena lo minta anterin pulang sama anak sialan itu, dia nggak bakal berani ngeremehin gue sebagai pacar lo," desis Saka tajam.
"Maksud kamu apa?" Kedua alisnya mengerut, ia memperhatikan sang kekasih yang menatapnya sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Cinta Memperdaya (Done)
Teen FictionDinan cantik, tapi bodoh ketika jatuh cinta. Dinan perempuan, tapi rela merendahkan diri demi cinta. Dinan anak pertama, tapi rela mengalah demi sang kekasih. Saka adalah hidup dan dunianya. "Lo tuh kenapa sih bego banget jadi cewek? Saka itu cuman...