Ryan terbangun di sebuah ruangan dengan bau obat-obatan yang khas. sudah dipastikan itu adalah rumah sakit karena banyak alat medis yang tertata disana.
pemuda itu mengerjapkan matanya pelan membiasakan cahaya masuk ke retina nya. mencoba menggerakkan tubuhnya namun semuanya sangat sakit, bahkan hanya untuk meraup oksigen saja rasanya dadanya terhimpit batu besar. semakin dia bergerak nyeri ditubuhnya semakin terasa menyakitkan.
Ryan meliarkan pandangan nya kesetiap sudut ruangan. ini seperti ruangan vip dengan fasilitas yang lengkap bahkan di sudut ruangan terdapat sebuah kulkas, sofa, bahkan televisi.
pandangan nya berputar membuatnya memejamkan matanya. tak lama setelah itu pintu terbuka menampilkan seorang pria dengan setelan jas yang membuatnya berwibawa dan terkesan angkuh. wajahnya yang dingin dan tatapannya yang tajam.
Ryan membuka matanya dan menatap wajah pria itu dengan mata sayu. bisa Ryan lihat jika pria itu tersentak kaget saat melihat Ryan membuka matanya.
pria itu langsung mendekati brankar Ryan dan menekan tombol Nurse's call. "Wellcome baby. terima kasih sudah bangun"
Ryan mengerutkan keningnya heran. mengapa pria dihadapan nya ini sangat sksd sekali padanya. apakah dia mengenal pria itu sebelumnya? Ryan rasa tidak.
pria itu mengelus pipi Ryan dengan lembut. sambil menggenggam tangan Ryan yang terbebas dari infus.
"stop worrying me, you're driving me " gumam pria itu.
Ryan hanya bisa bertanya-tanya didalam hati. ada apa dengan pria ini apakah dia salah orang?
pintu ruangan pun terbuka menampilkan seorang dokter dengan 2 suster dibelakangnya. mereka terlihat membungkuk sejenak kearah pria itu dan mendekati Ryan setelah pria itu menganggukkan kepalanya.
dokter itu tersenyum kearah Ryan dan mulai memeriksa Ryan secara rinci. Ryan hanya diam sambil sesekali menjawab pertanyaan dokter ketika menanyakan apa yang dia rasakan.
"bagus sekali, Tuan muda. kesehatan anda perlahan pulih. namun, jangan terlalu memaksakan apa yang anda tidak ingat. itu akan mempengaruhi pemulihan anda" jelas sang dokter sambil menyuntikan sebuah cairan penahan rasa sakit keinfusan nya.
Ryan hanya mengangguk dan memejamkan mata. perlahan-lahan kesadarannya menghilang. dan hanya dengkuran halus yang terdengar dibalik masker oksigen nya.
dokter itu berbalik kearah Pria itu. dan tersenyum profesional walaupun hanya dibalas tatapan datar.
"kondisi Tuan muda sudah bisa dikatakan baik-baik saja. namun sayangnya ada berita tak mengenakan."
pria itu mendengus kasar. "jangan bertele-tele"
"Maaf tuan Regan. terjadinya kerusakan pada bagian otak Tuan muda yang berfungsi membentuk sistem limbik yang berperan dalam mengatur ingatan dan emosi seseorang. bagian otak tersebut bisa rusak bila kepala mengalami benturan yang sangat kencang. Jadi, saat kepala terbentur sesuatu dengan sangat keras, maka ada kemungkinan dinding otak mengalami cedera berupa retak.
Bila pembuluh darah di sekitar otak mengalami kelainan, misalnya otak kecil cedera dan terhimpit akibat tekanan saat benturan keras terjadi, maka seseorang akan mengalami amnesia sementara dengan jangka waktu yang berbeda-beda." jelas dokter dengan tegas dan lugas.
"amnesia?"
Dokter itu mengangguk.
melihat orang yang dipanggil Tuan Regan oleh dokter itu terdiam dengan tangan mengepal membuat dokter dan suster itu menunduk tanpa berani beranjak seinci pun.
Regan, Pria 48 tahun yang merangkap sebagai duda 3 anak. seorang presiden direktur disebuah perusahaan besar bernama D'SCIGLIO CORP dengan cabang yang tersebar diseluruh dunia.
Regan meraup wajahnya kasar dan menatap Ryan yang terbaring tidur dengan masker oksigen yang senantiasa membantunya bernapas.
"pergi"
hanya satu kata yang Regan keluarkan sukses membuat ketiga orang didepannya bernafas lega dan keluar dari ruangan itu.
Regan mendekati brankar Ryan dan menggenggam tangan nya dengan erat sambil menciuminya dengan lembut.
"Papa berjanji akan membuat mereka mendapatkan hal yang sama bahkan mereka akan menerimanya berkali-kali lipat" gumam Regan.
✧I'm a Drama✧
masih ditempat yang sama yaitu rumah sakit. Ryan terbangun kembali dengan keadaan alat-alat medis sudah tercopot dari tubuhnya. Ryan menghela nafas lega.
"aku bangun-bangun udah sembuh aja. hebatt~"
Ryan mengedarkan pandangan nya keseluruh ruangan. terasa aneh karena Vibes ruangan ini berbeda dari saat dia bangun pertama kali. terasa hampa dan sunyi.
Ryan bangkit dari brankar dan berjalan kearah jendela. terkejut ketika melihat jalanan besar yang kosong seakan tak ada kehidupan.
"kok...??"
"hai"
"anjing -ehh" Ryan tersentak kaget saat suara yang terdengar dibelakangnya. dia menoleh dan mendapati seorang pemuda yang berpakaian sama sepertinya. pakaian khas pasien RS.
"kamu siapa?"
pemuda itu sontak tersenyum lebar dengan tatapan penuh arti menatap Ryan.
✧I'm a Drama✧
"oke, Ryanza. makasih atas raga nya. aku janji bakalan jaga baik-baik dan...." kedua tangan Ryan mengepal kuat dengan tatapan tajam menatap ke langit-langit kamar rawatnya.
"tentu aku gak akan biarin aku ngerasain mati lagi. apalagi dengan cara gak elit kayak kamu. aku bakalan bikin mereka nyesel pernah nyentuh (nyakitin) tubuh kamu." Ryan mengangkat tangannya yang tertancap infus. dapat dia lihat darahnya sudah mulai naik ke selang infusan itu. seketika seringaian terpatri diwajahnya.
"mari membuat drama kehidupan ini lebih menyenangkan!!!" gumam Ryan bertepatan dengan didobraknya pintu kamar rawatnya oleh beberapa orang.
tak peduli apa yang penulis inginkan untuk jalan cerita ini. karena Ryan hanya akan melakukan apa yang membuat dia bertahan dan tak mati. jikalau pun ia harus mati karena takdir tuhan. biarlah ia mati mungkin setelah dia memberikan sedikit pemahaman kepada orang-orang bajingan itu. terutama kedua wanita itu!!!
kali ini Ryan pastikan penulis tidak akan bisa berkutik. tidak peduli dengan kata-kata "Takdir para tokoh cerita itu berada ditangan sang penulis" karena hal yang perlu dia yakini adalah takdirnya ada pada keinginannya dan tentunya ada digenggaman tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a Drama‼️
Cerita Pendek[tetep vote and komen meski dah END] Ryan, seorang pemuda yang terpaksa harus menjadi figuran yang merangkap menjadi antagonis licik karena tidak mau mati dua kali. bertransmigrasi ke sebuah novel yang akan mati di pertengahan cerita membuatnya haru...