Kekuatan Suci

610 29 4
                                    

2 Tahun lalu.

"Kakak ngapain ke sini?" Pekik Salima melihat Pangeran Axel yang masuk kamarnya.

"Ternyata benar apa yang orang bilang, adikku ini memang cantik" Sambil mengelus pipi Salima dengan sensual.

Salima baru saja tiba di kediaman, setelah lulus dari pendidikannya.

"Bisakah kakak keluar? Kalau ayah tau kakak ke paviliun ayah akan marah"

Lelaki itu malah tertawa, tertawa seperti bukan manusia normal, "Ayah masih di kediaman Grand Duke Windsor dan pulang besok.
Menurutmu siapa yang akan mendengar atau datang kesini malam hari? Kecuali aku" Lelaki itu memeluk Salima dari samping.

Hidungnya mengendus leher jenjang Salima yang rambutnya sudah di atur ke belakang oleh lelaki itu.

Berbeda dengan Salima dia berusaha berpikir. Kecerdasannya yang tinggi tapi tidak sebanding dengan ilmu bela dirinya, Axel Dith Xavier.

Tiba-tiba Salima mengelus rahang kakaknya, "Apakah kakak sangat merindukan Salima?" Salima tersenyum manis.

Axel mengangguk, "Tentu adikku yang cantik. 10 tahun pendidikanmu membuatku melakukan dengan yang lain, tapi terus dengan pemikiran liar tentangmu" Axel mengecup bibir Salima.

Salima melakukan pendidikan dari usianya 6 tahun, lebih tepatnya pengasingan, karena tak ada yang Salima pelajari di Kerajaan Rowel selain seperti budak.

Salima bekerja di sebuah rumah orang kaya bukan bangsawan. Meskipun begitu, berkat luka-luka dari majikannya Salima tahu kekuatan sucinya dan lama-kelamaan bisa mengendalikannya.

Usia 15 tahun akhirnya Salima dikembalikan ke kediaman. Karena untuk upacara kedewasaan di usia 17 nanti.

Salima menjalani pendidikan oleh Duches Pill di kediamannya, walaupun dirinya ditempatkan di Paviliun dan selalu memakai penghitam wajah karena kecantikannya. Ya, Salima hanya belajar 1 tahun. Kembali lagi, beruntungnya Salima cerdas.

"Kakak bau, pasti baru pulang pendidikan"

Pangeran Axel tersenyum, "Aku habis olahraga di pendidikan dan sekarang.."
Pangeran Axel mengelus kembali wajah Salima, "Kakak ingin olahraga malam denganmu, sayang" Suaranya serak menandakan sedang naik.

Salima tersenyum malu dan mengangguk, "Tapi kakak mandi dulu ya? Salima gak kuat baunya"

"Apa kau mencoba kabur?"

Salima menggeleng, "Kakak boleh mengkunci pintunya" Salima menyengir gemas.

Pangeran Axel mengangguk, "Baiklah tapi aku keluar akan tanpa busana ya?" Dia mengerlingkan matanya nakal dan mengunci pintunya.

Belum sampai masuk, pangeran Axel menoleh, "Atau kita mandi bareng saja?"

Salima menggeleng, "Aku akan masuk angin sebelum..." Salima menunduk malu memilin selimutnya.

Axel pun tertawa sambil masuk ke kamar mandi.

Salima bangkit dari kasurnya, bagaimana ini, gumamnya dalam hati. Jika tau hal ini terjadi, Salima akan buat jalan rahasia.

Setelah lama berpikir, Salima mengambil pisaunya di laci dan berdiri di samping kamar mandi. Mencoba peruntungannya.

Ceklek.
Pintu terbuka. Belum sampai ke perut, pisau pun meleset ke tangan pangeran Axel karena berhasil menghindar.
Pangeran Axel mengeran Pangeran Axel yang sudah memakai bajunya. Kecepatan lari Axel jauh berbeda dengan Salima.

Salima terjatuh, kepalanya terbentur batu, "Wanita murahan!" Pangeran Axel kembali membenturkan Salima hingga hilang kesadaran.

"Pangeran," Seorang prajurit menghampiri sambil terengah-engah, "Tuan Duke sudah pulang"

SALIMA'S CROWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang