Pertumpahan Darah (2)

254 20 14
                                    

Kegelisahan Ratu Salima terjadi lagi setelah sekian lama, terakhir mungkin Ratu mengalaminya ketika kejadian dengan Pangeran Axel di Paviliun Xavier.

"Anakku" Ratu Salima terbangun dengan peluh di keningnya.

"Kenapa aku mimpi melihat seorang bayi dengan rambut blonde? Harusnya dia bukan bayiku kan? Mana mungkin- "

Ratu menoleh ke arah suara orang berbisik di luar balkonnya. Kembali menoleh dan meraba ke sampingnya, masih terasa dingin pertanda Raja Aaron belum datang.

'Mereka sudah bergerak' Batin Ratu Salima.

"Wah ternyata Ratu sudah terbangun, apa kami terlalu berisik Ratu?"

'Berani sekali pembunuh bayaran ini menampakkan wajah jeleknya, beruntungnya bayiku belum lahir' Batin Ratu Salima.

"Kenapa diam? Apa Ratu takut?"

"Berapa orang?" Tanya Ratu Salima tiba-tiba.

Kedua orang itu mengernyitkan dahi bingung.

"10? Hmmm" Ratu mengetukkan jari telunjuknya ke dagu.

"Kenapa sampai 20? Sepertinya kalian terlalu banyak kekhawatiran membunuhku" Lanjut Ratu Salima menatap penuh rasa ingin membunuh, mungkin.

Deg! 'Bagaimana dia bisa menebak dengan tepat?' Batin keduanya.

Ratu Salima turun dari tempat tidurnya perlahan tapi entahlah auranya menyeramkan.

"Jangan mendekat!" Pekik salah satunya sudah menodongkan pedang ke arah Ratu Salima.

"Kau tidak takut kehilangan tanganmu?" Tanya Ratu Salima tersenyum manis tapi menyeramkan.

"Meskipun kastaku rendah, hanya untuk membunuhmu sangat mudah!" Pekik si jelek itu.

"Terlalu percaya diri!"

Tanpa aba-aba Ratu Salima dengan gesit menendang lengan lawannya. Hap! Sekarang Ratu Salima lah yang memegang pedangnya.

"Meskipun aku perempuan, hanya untuk membunuhmu sangat mudah" Telak! Kedua orang itu terkejut ketika melihat kecepatan berbaliknya posisi saat ini.

"Tunggu apa kalian! Kita harus selesaikan segera, cepat!" Teriak lelaki yang kehilangan pedangnya berteriak seraya mundur.

Ratu Salima sudah perkirakan bahwa banyak yang datang. Kini dengan lihai Ratu Salima menggunakan 2 pedangnya. Darah yang terciprat serta pekikan adalah hiburan tersendiri untuk Ratu Salima.

Ratu Salima mendekati seorang yang belum mati, hanya setengah lengan kirinya yang sudah tertebas.

"Bunuh saja aku! Aku mengakui kehebatanmu Ratu!" Pekiknya tapi tak ada ketakutan di wajahnya.

"Katakan namamu!" Ratu Salima mengangkat dagu lelaki itu dengan pedang penuh darah.

"Nerys" Tegas lelaki itu.

Ratu Salima tersenyum sumringah entah karena apa, "Aku menemukanmu"

Nerys pun bingung, apa maksudnya?

"Saya akan melepaskan perjanjian pembunuh bayaran ini untukmu, dengan syarat. Beradalah di pihakku"

"Bunuh aku!" Nerys tampak tak tertarik, mendekatkan dagunya dengan pedang tajam itu.

Ratu Salima menarik pedangnya, berbalik mengarah ke kasurnya, "Noran disini"

"Noran!?" Pekik Nerys.

Ratu Salima duduk di tepi kasurnya menghadap Nerys diantara para mayat.

SALIMA'S CROWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang