Chapter 18 - Hari Duka

4.7K 337 8
                                    

Jangan lupa pencet bintang nya cintaa

Jangan lupa pencet bintang nya cintaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue harus pergi." ucap Samudra

"Kemana? " tanya Elisa

"Rumah sakit."

"Gue ikut."

"Ya"

Elisa dan Samudra pun izin ke piket untuk pergi ke rumah sakit. Setelah mendapatkan izin mereka pun pergi ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit mereka segera ke ruang IGD di sana terlihat ayah Samudra dan selingkuhannya. Melihat itu Samudra menarik kerah kemeja ayahnya.

"Lo apain bunda bangsat." Marah Samudra

"Samudra jaga sikap kamu saya ini orang tua kamu." ucap Bima-ayah Samudra

"Kenapa bunda kritis? "

"Bunda kamu itu penyakitan jadi wajar dia kayak gitu palingan bentar lagi mati."

"Jaga ucapan lo bunda akan baik-baik aja kalau lo pergi dari hidupnya."

"Anak kurang ajar-"

ucapan Bima terpotong oleh dokter yang baru saja keluar dari ruangan itu.

"Dengan pihak keluarga pasien? " ucap Dokter

"Iya dok gimana keadaan bunda saya." ucap Samudra

Sang dokter menghela nafas berat."Maaf. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun Tuhan berkehendak lain. Nyonya Layla dinyatakan meninggal dunia."

"GAK MUNGKIN" teriak Samudra.

"Dok itu gak bener kan? " ucap Elisa yang matanya sudah berkaca-kaca.

"Itu benar yang tabah ya kalian harus ikhlas." ucap dokter sambil pergi membiarkan mereka berduka.

"Mas kita pergi yu lagian kita gak ada urusan lagi." ucap Arin -selingkuhan Bima

"Ayo sayang." ucap Bima

Sebelum Bima pergi ia menunjuk Elisa." Kamu urus anak sialan itu."

Elisa menatap tajam Bima yang mulai pergi dengan selingkuhannya.'Gila tuh tua bangka.' Batin Elisa.

Setelah kepergian Bima, Elisa dan Samudra memasuki ruang IGD. Di sana terlihat seorang wanita yang cantik dengan wajah pucat.

"Bunda bangun Ananta di sini."

"Bunda udah janji gak akan ninggalin Ananta."

"Kenapa bunda ingkar janji? "

"Gimana hidup Ananta tanpa bunda?"

Elisa yang mendengar itu tak bisa menahan butiran kristal bening yang menetes di kedua pipinya.'Jadi ini maksud bunda titip Ananta ke Elisa.'Batin Elisa.

"Ananta" panggil Elisa

"Ini bohongkan Sa." lirih Samudra.

Mendengar itu Elisa memeluk Samudra. Samudra membalas pelukan Elisa sangat erat. Elisa merasakan bahunya basah. Apakah Samudra menangis?

"Lo harus kuat Ta." ucap Elisa

"Gue udah gak punya siapa-siapa lagi Sa." balas Samudra

"Gue akan selalu ada di samping lo."

"Sampai kapan? "

"Lo maunya sampai kapan? "

"Selamanya."

******

Hari ini langit terlihat mendung seperti mengetahui isi hati mereka yang sedang berduka. Kini Elisa sedang berada di pemakaman lebih tepatnya makam bunda Layla. Di sini juga ada teman-teman Samudra. Mereka sedang berdoa. Setelah selesai berdoa satu persatu mereka yang melayat mulai pergi. Kini tersisa Samudra, Elisa, anggota inti gang Asterioz, kakek dan nenek Samudra yang tinggal di Singapura. Samudra mengelus nisan bunda Layla.

"Kenapa bunda pergi secepat ini." lirih Samudra

"Bunda udah gak sakit lagi ya."

"Bunda yang tenang ya di sana."

Elisa yang mendengar itu mengelus bahu Samudra lembut. Mereka yang mendengar itu menunduk tidak bisa melihat Samudra yang seperti ini.

"Kita turut berduka cita ya Sam." ucap Dewa

"Iya lo harus ikhlas Sam." ucap Sean

"Kalau ada apa-apa cerita ke kita ya bro." sahut Stevan

"Makasih." ucap Samudra sambil tersenyum tulus.

"Samudra kamu tinggal sama nenek ya." Ujar Nenek

"Enggak nek Samudra di sini aja."

"Kamu yakin? "

"Iya nek."

"Kalau ada apa-apa hubungi nenek ya."

"Iya nek."

******

Makasih yang udah baca cerita aku semoga kalian suka yaa

kalo ada typo atau saran kirim di kolom komentar

Change the flow of the antagonist's lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang