Chapter 30 - Cedera

2.6K 186 7
                                    

Jangan lupa pencet bintang nya cintaa

Elisa baru saja di pakaikan penyangga bahu karena ia mengalami cedera pada bahunya untung saja tidak ada yang serius, namun untuk berjaga-jaga Elisa harus menginap dulu sehari di rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elisa baru saja di pakaikan penyangga bahu karena ia mengalami cedera pada bahunya untung saja tidak ada yang serius, namun untuk berjaga-jaga Elisa harus menginap dulu sehari di rumah sakit.

"Kalau begitu saya permisi dulu besok saya akan datang lagi kesini untuk mengecek kondisi kamu. " ucap dokter.

"Iya dok." ujar Elisa. Dokter pun meninggalkan ruang inap Elisa. Kini tersisa Lova dan Samudra.

"Lo pulang aja biar gue yang nemenin Elisa." ujar Samudra.

"Gak bisa aku aja yang nemenin Lisa." sahut Lova

"Gue pacarnya Elisa aman sama gue."

"Aku sahabatnya Lisa lebih aman sama aku kalau sama kamu bahaya."

"Bahaya apa nya? "

"Takut kamu macam-macam sama Lisa apalagi Lisa lagi sakit."

"Gue gak akan ngelakuin itu."

"Udah kalian malah ribut Ananta aku sama Lova aja ya." bujuk Elisa

"Tapi aku pengen nemenin kamu." ucap Samudra

"Besok kan bisa kamu datang lagi ke sini."

"Oke tapi kalau ada apa-apa telepon aku ya."

"Iya"

Samudra pun pamit. Tak lama setelah itu ada yang mengetuk pintu ternyata itu adalah sopir Lova yang mengantarkan baju untuk mereka berdua tak lupa membawa makanan juga.

Hari sudah gelap mereka akan tidur namun tidak jadi karena Lova ingin menonton TV dan Elisa pun menyetujui itu. Elisa memandang Lova yang sedang sibuk menggeser sofa agar ada di dekat brangkar nya. Meskipun tubuh Lova kecil namun kekuatannya sangat besar terbukti sofa itu sudah ada di depan brangkar nya. Lova pun menyuruh Elisa duduk di sampingnya, Elisa pun menghampirinya. Jika kalian bingung apakah Elisa tidak di infus? jawabannya tidak karena ia tidak harus di infus.

"Mau nonton apa? " tanya Lova

"Horor yu." ucap Elisa

"Yang lain aja ya."

"Kamu takut ya."

"Gak siapa bilang ayo nonton horor."

Mereka pun menonton film horor. Suasananya sangat mendukung karena sepi. Elisa menoleh ke samping terlihat Lova yang menonton dengan tangan yang sedikit menghalangi pandangannya agar jika ada hantu Lova segera menutup matanya dengan tangan. Elisa yang melihat itu geleng-geleng. Tiba di saat ada adegan jumpscare hantu Lova langsung menutup matanya lalu Lova menoleh ke Elisa, bisa-bisanya Elisa menonton itu dengan santai.

"Kamu gak takut? "

"Gak lagian gak seram kok."

"Seram gitu kamu bilang gak seram level keseraman kita beda."

Mereka terus menonton itu sampai tak sadar mereka ketiduran. Saat tengah malam Elisa terbangun karena kedinginan ia pun mencari Lova karena tidak ada di sampingnya. Elisa pun melihat ke arah brangkar terlihat di sana Lova tidur nyaman dengan selimut yang hangat.

"Yang sakit sebenarnya siapa sih." kesal Elisa

Elisa pun menarik selimut yang di pakai Lova agar bangun. Namun bocah itu tetap tidur. Elisa pun tidur di sofa.

******

Hari sudah mulai terang sinar matahari mulai masuk melalui jendela, tidak bisa membangunkan dua manusia yang nyenyak tidur. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu, karena tidak ada yang menyahut mereka pun masuk ke ruangan itu. Mereka bingung kenapa pasien malah tidur di sofa.

"Woy bangun udah pagi." teriak Dewa

Karena mendengar suara yang mengganggu telinga mereka, Lova dan Elisa pun bangun. Terlihat enam pemuda yang berdiri di depan mereka.

"Kenapa kalian di sini? " tanya Elisa

"Jenguk lo lah pake nanya." sewot Rafli

"Biasa aja dong bro kok sewot." sinis Elisa

"Eh kok lo tidur di sofa? " ucap Stevan

"Tuh bocah malah tidur di ranjang gue yaudah gue tidur di sofa aja."

"Kamu gak sakit tidur di sofa? " tanya Samudra khawatir.

"Tenang aku gapapa kok." lembut Elisa

"Maaf ya Lisa aku malah tidur di sini." murung Lova

"Iya gapapa santai jangan di pikirin kayak sama siapa aja."

"Sayang ayo kita periksa dulu kondisi kamu." ucap Samudra lembut

"Iya." ujar Elisa sambil tersenyum

"Gue merinding dengar Samudra ngomong gitu. " ujar Dewa

"Iya anjir masih belum terbiasa gue liat dia bucin." ucap Stevan

"Biasalah buat manasin mantan ya gak At? " tanya Rafli sambil melihat Atlas yang daritadi hanya diam.

"Apa sih lo bawa-bawa gue." ucap Atlas

"Santai kawan kita cuman bercanda." ujar Rafli

"Aduh ada yang kepanasan nih. " ucap Stevan

"Butuh kipas? " tanya Sean

Atlas menatap mereka sinis. Melihat tatapan Atlas mereka pun tertawa.

******

Makasih yang udah baca cerita aku semoga kalian suka yaa

kalo ada typo atau saran kirim di kolom komentar

Change the flow of the antagonist's lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang