Chapter 19 - Sakit

5.1K 384 6
                                    

Tadinya aku mau up besok tapi greget pengen up sekarang

Jangan lupa pencet bintang nya cintaa

Sudah seminggu setelah kepergian bunda Layla

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah seminggu setelah kepergian bunda Layla. Elisa selalu menghibur Samudra namun tetap saja pemuda itu masih sedih. Cuaca pagi ini sangat cerah Elisa berniat mengajak Samudra untuk jogging. Ia sedang berdiri di pintu apartemen Samudra.

tok.. tok..

Elisa mengetuk pintu itu. Namun sudah lima menit tidak ada sahutan, Elisa mulai overthinking.'Apa Ananta bunuh diri ya, gak mungkin sih ngaco pikiran gue atau mabok ya, kalau ini bisa jadi sih.' pikir Elisa dalam hati. Karena khawatir Elisa pun menggedor pintu.

"Woy Ananta buka pintunya."

"Lo gak bunuh diri kan."

"ANANTA"

Akhirnya suara teriakan Elisa yang membuat telinga sakit itu membuahkan hasil. Pintu apartemen terbuka menampilkan Samudra yang baru bangun tidur, rambut pemuda itu terlihat berantakan.

"Elisa" panggil Samudra dengan suara seraknya khas bangun tidur.

"Ananta lo baik-baik aja? "

"Hm"

Karena Elisa tidak percaya ia maju kedepan mengendus Samudra siapa tau pemuda itu mabok. Samudra melihat tingkah Elisa yang agresif seketika mata yang tadinya mengantuk mendadak melotot.

"Apa yang lo lakuin? " desis Samudra sambil menjauhkan wajah Elisa.

"Ngendus lo siapa tau lo mabok ternyata enggak." enteng Elisa

"Lain kali jangan kayak gitu."

"Kenapa? "

"Lo mau gue terkam? "

"Maksudnya? "

"Gak jadi."

"Ih gak jelas, Ananta muka lo pucat lo sakit? "

"Gue pusing."

"Ngapain berdiri disini cepet masuk."

"Hm."

"Cepet tidur lagi di kamar belum makan kan? Gue buatin bubur ya."

"Iya"

Elisa pun menyuruh Samudra untuk tidur lagi di kamarnya. Sedangkan Elisa berjalan menuju dapur, lalu mulai memasak bubur. Setelah selesai ia masuk ke kamar Samudra. Elisa melihat kamar Samudra, kamar ini bernuansa abu-abu dan putih. Elisa pun menggeser kursi belajar menjadi di samping kasur.

"Ananta bangun dulu ya ini makan dulu."

"Iya"

Elisa menyuapi Samudra sampai bubur itu habis. Setelah itu Samudra meminum obat. Saat Elisa akan ke dapur untuk mencuci mangkok bekas bubur tangannya di pegang oleh Samudra.

"Mau kemana? "

"Ke dapur."

"Gak boleh kemana-mana di sini aja."

"Bentar Ta."

"Gak boleh."

"Yaudah"

"Elisa mau peluk sini tidur di samping aku."

"Gak gue di sini aja."

"Elisaa" rengek Samudra

"Iya tapi awas kalo lo macem-macem."

"Iya aku cuman satu macem kok."

"Ananta"

"Bercanda"

Elisa pun membaringkan tubuhnya di samping Samudra. Samudra pun memeluk Elisa, ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Elisa. Elisa mengelus rambut Samudra agar pemuda itu cepat tidur. Beberapa menit kemudian tendengar nafas yang teratur dari Elisa. Ternyata malah Elisa yang tidur. Samudra mencium wangi lavender dari Elisa wangi ini akan menjadi candunya. Sebelum tidur Samudra bangun lalu melepas bajunya ia merasa gerah. Ia pun kembali tidur lalu memeluk erat Elisa. 'I'm increasingly crazy about you Elisa, you are mine.' batin Samudra.

******

Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Elisa perlahan membuka matanya lalu melihat ke arah jam. Elisa merasakan berat di area perutnya ternyata ada tangan kekar yang memeluknya. Terdengar suara riuh di luar.

"Kok berisik banget."

"Ananta bangun."

"Ananta"

Namun tak ada balasan dari Samudra. Elisa baru menyadari Samudra tidak memakai bajunya terlihat dada bidang dan eightpack. 'Aduh pemandangan yang sangat indah pengen pegang deh.' pikir Elisa dalam hati. Tersadar dari pikiran absurdnya Elisa pun membangunkan Samudra.

"Ananta ayo bangun."

"Lima menit lagi."

"Kenapa lo gak pake baju? "

"Gerah"

"Itu berisik di ruang tamu jangan-jangan mali-"

Ucapan Elisa terpotong ketika ada yang membuka pintu kamar. Terlihat di sana lima pemuda memandang mereka terkejut.

"Omaygat mata gue ternodai." ujar Dewa sambil menutup matanya dengan tangan.

"Gue gak nyangka kalian ngelakuin itu." Sahut Stevan

"Ternyata lo gak gay." celetuk Sean

"Kalian mainnya terlalu jauh." seloroh Rafli

"Samudra apa yang lo lakuin." marah Atlas

"Kenapa lo gak terima? " jawab Samudra sambil tersenyum miring


******

Ada yang salah paham nih

Makasih yang udah baca cerita aku semoga kalian suka yaa

kalo ada typo atau saran kirim di kolom komentar

Change the flow of the antagonist's lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang