Jangan lupa pencet bintang nya cintaa
Sudah tiga hari Elisa menjauhi Samudra. Elisa masih marah tentang kejadian waktu itu di kamar Samudra. Hari ini Elisa berangkat lebih pagi untuk menghindari Samudra. Terlihat kelas masih sepi hanya beberapa orang yang ada di kelas Lova pun belum datang. Elisa menelungkupkan tangannya di atas meja. Elisa mengantuk ia mau tidur dulu sebentar. Suara bising menandakan kelas sudah mulai ramai, tidur Elisa pun terganggu. Elisa merentangkan tangannya karena pegal, ia melihat ke samping bukan wajah Lova yang ia liat melainkan wajah orang yang sedang ia jauhi.
"Ngapain lo di sini? " tanya Elisa dengan nada yang tak ramah.
"Duduk" balas Samudra
"Maksud gue ngapain lo duduk di kursi Lova."
"Gue tukeran duduk."
"Gue gak mau pindah sana."
"Gak"
Elisa tak menanggapi karena guru sudah datang. Mereka pun mulai belajar. Guru sedang menerangkan materi tentang fisika, saat Elisa sedang fokus mendengarkan guru tiba-tiba Samudra memanggil namanya, Elisa mengabaikan panggilan Samudra karena ia masih marah. Namun lama-kelamaan ia kesal dengan Samudra.
"Elisa" panggil Samudra
"APA" teriak Elisa tanpa sadar karena kesal.
"Kalian yang di belakang hormat di depan tiang bendera ibu perhatikan kalian dari tadi ngobrol." ucap bu Rita-guru fisika
"Ananta yang mulai bu." bela Elisa
"Sama saja cepat kalian keluar kalian mengganggu yang lain yang fokus belajar." marah bu Rita.
"Baik bu."
Elisa dan Samudra pun keluar kelas. Karena belum sarapan Elisa memutuskan untuk pergi ke kantin terlebih dahulu, ia tidak mau pingsan seperti waktu itu. Mereka berjalan beriringan meski hanya keheningan yang ada. Samudra menyadari bahwa Elisa tidak berjalan ke lapang ia pun memegang tangan Elisa.
"Mau kemana? " tanya Samudra
"Bukan urusan lo." ujar Elisa
"Elisa"
"Apa? "
"Maaf ya."
"Gak gue masih marah."
"Nanti gue beliin permen deh."
"Lo kira gue anak kecil yang di bujuk pake permen langsung luluh."
"Lo emang anak kecil tingginya aja sama."
"Nyebelin lo gue bukan anak kecil."
"Kalau di pikir lagi lo lebih cocok jadi ibu."
"Maksud lo wajah gue tua kayak ibu-ibu."
"Enggak maksud gue lo cocok jadi ibu dari anak-anak gue." ucap Samudra dengan wajah datarnya. 'Anjir bisa-bisanya Ananta ngegombal dengan ekspresi datar kayak gitu.' batin Elisa.
"Sejak kapan lo pinter ngegombal diajarin Stevan ya."
"Itu bukan gombal gue serius."
"Lo mau gue maafin? " ucap Elisa mengalihkan topik pembicaraan.
"Mau, apapun yang lo mau gue lakuin."
"Yakin? "
"Iya"
"Oke gue maafin, lo harus traktir gue sebulan."
"Selamanya mau gak? "
"Ngaco lo."
"Gue serius tapi ada syaratnya."
"Apa syaratnya? "
"Lo harus jadi istri gue."
"Yang bener aja lo mikirnya kejauhan Ananta kita ini masih sekolah."
"Kalau gitu jadi pacar gue ya? "
"Bercanda ya lo."
"Gue serius gue cinta sama lo jadi pacar gue ya Elisa."
"Gue bingung." ucap Elisa.'Gue gak bisa kasih harapan sama lo Ananta, gue jugague takut suatu hari nanti Elisa yang asli ngambil kembali tubuhnya.' batin Elisa.
"Gue bisa nunggu jawaban dari lo."
"Gue gak tau kapan bisa ngasih jawabannya."
"Gue siap nunggu kok selagi lo gak nolak gue."
"Mending lo sama cewek lain aja."
"Gue maunya sama lo."
******
Makasih yang udah baca cerita aku semoga kalian suka yaa
kalo ada typo atau saran kirim di kolom komentar
KAMU SEDANG MEMBACA
Change the flow of the antagonist's life
Roman pour AdolescentsIni mustahil bagaimana bisa ia berada di dunia novel. Elisa Keinna Joscelyn, seorang gadis yang gemar membaca novel dan pencinta second male lead terdampar ke dalam novel kesukaannya. Elisa masih ingat saat itu ia sedang tidur setelah selesai membac...