Uchiha Sasuke menatap segelas hennesy di tangannya, bosan kentara di wajah rupawannya. Di sebelah Sasuke, ada Uzumaki Naruto yang cengar-cengir seperti anak kecil overdosis gula. Sepasang manik biru berbinar gembira, menatap keramaian di bar itu seperti menatap pemandangan paling indah di semesta.Sasuke menyadari sikap aneh Naruto, dan itu membuatnya jijik.
"Apa kau sesenang itu sudah bisa bertemu dengan teman lamamu?" Sasuke sudah tau jawaban dari pertanyaannya, tapi entah mengapa, ia masih bertanya. Mungkin, ia hanya ingin menyindir Naruto agar pria itu sadar betapa tolol rupanya sekarang.
"Aku? Kenapa aku?" Kan, Naruto sendiri tidak sadar kalau dia bertingkah sangat konyol.
Sasuke malas melanjutkan ucapannya dan hanya merotasikan mata.
"Aku memang sangat senang malam ini, tapi tenang saja, ini bukan karena aku bertemu Sakura-chan, kok."
Sasuke tidak percaya.
"Aku serius," imbuh Naruto lagi, kali ini sambil tertawa. "Aku memang senang sudah bertemu dengan Sakura-chan tadi. Aku senang melihat dia baik-baik saja, dan aku lega dia masih sama seperti dulu. Maksudku..., bukannya dia tidak berubah sama sekali, hanya..., esensi dasar dari Sakura-chan, kebebasan dan kegembiraannya masih bertahan. Itu melegakan."
"Dan kau menyangkal ucapanku," tukas Sasuke.
"Hei, aku hanya menceritakan kesanku saat bertemu Sakura-chan. Kalau alasanku senang sekarang adalah sesuatu yang lain."
"Lalu, apa itu?" Sasuke bertanya, tapi tidak ada ketertarikan sama sekali di parasnya.
"Aku punya rencana," kata Naruto, lalu melirik kiri-kanan, memastikan Hinata --tunangannya-- belum kembali dari kamar mandi untuk mendengar ucapannya berikutnya. Karena, apa yang hendak Naruto katakan adalah rahasia besar. Naruto belum mengatakan pada siapa pun, dan paling penting, Naruto tidak mau Hinata tau.
"Sasuke," setelah memastikan Hinata tidak ada di sekitar mereka, Naruto pun kembali menaruh fokus pada Sasuke. Dengan sepasang mata berbinar cerah, Naruto menatap Sasuke dan mengutarakan niatnya, rencana besar yang akan mengubah segalanya.
"Aku berencana melamar Hinata."
Saat itu pula, Sasuke berhenti menyesap hennesy di gelasnya. Waktu seakan-akan terjeda, dingin merayap di dadanya, mencengkeram jantungnya.
Sasuke menatap Naruto, berharap menemukan kejenakaan di paras si kuning itu. Berharap kalau Naruto akan tiba-tiba meledakkan tawa dan mengatakan ia hanya bercanda.
Namun, saat manik hitam Sasuke bersua dengan manik biru cerah Naruto, Sasuke tidak menemukan jejak candaan di sana, hanya ada kesungguhan, keseriusan dan harapan.
"Aku sedikit gugup," lanjut Naruto, tidak menyadari sama sekali raut Sasuke yang pasi.
Terima kasih pada gemerlap lampu di bar itu, keterkejutan yang terlukis di paras Sasuke menjadi tidak begitu kentara, mampu menutup pahit di ekspresinya.
"Apa menurutmu Hinata akan setuju? Maksudku, dia memang mencintaiku, tapi..., sebagai perempuan, dia pasti punya pertimbangan tentang pria seperti apa yang ingin dia jadikan suami, kan?"
"Kurasa," kata Sasuke, suara sedikit rendah dari sebelumnya. "Dia pasti akan sangat bahagia bisa memilikimu sebagai suaminya."
"Ooh, menurutmu begitu?" Naruto tersipu.
"Mm."
Kendati menyakitkan untuk dikatakan, tapi itu adalah kebenaran.
Lagipula, di mata Hyuuga Hinata, masa lalu dan masa depan wanita itu hanya ada Naruto dan Naruto. Sasuke sangat tau perasaan Hinata karena ia telah melihat dan menemani si sulung Hyuuga itu ketika memperjuangkan hati Naruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWISTED NIGHT (SASUSAKU)
FanfictionApa yang terjadi malam itu adalah kesalahan. Twisted Night © Vivianne. NARUTO © Masashi Kishimoto.