17. Break Up Song

1.1K 162 24
                                    










Naruto sudah berlari tiga kali putaran melintasi bangku taman itu ketika Sakura datang. Saat melihat Sakura, Naruto pun berhenti berlari dan menghampiri si sahabat yang baru-baru ini ia jumpai di tempat yang sama. Kendati napas Naruto saat itu masih terengah, senyum Naruto tetap merekah ramah menyapa Sakura.

"Sendirian lagi?" tegur Sakura. "Kupikir kau akan mengajak Hinata."

"Hinata tidak suka berolahraga," sahut Naruto, "Terlebih kalau tempatnya ramai seperti ini."

"Kalau begitu, berolahraga dengannya di tempat yang sepi."

Naruto merotasikan mata. "Apa kau datang untuk mengguruiku?"

Sakura duduk di bangku yang terletak di bawah pepohonan rindang tersebut. Mata Sakura mendongak ke arah Naruto yang masih berlari di tempat.

"Aku datang untuk berterimakasih," ucap Sakura. Pengakuannya membuat gurat iba terlukis samar di wajah ceria Naruto.

"Berkat bantuanmu, sekarang aku sudah lepas dari masalahku. Tidak, lebih tepatnya, aku berhasil melepaskan Sasori dari masalahnya." Sakura masih menyalahkan dirinya sendiri atas berakhirnya hubungannya dan Sasori. Naruto tidak menyukai ucapan Sakura, tapi ia tidak berani berkomentar karena merasa ia sudah terlalu banyak ikut campur.

"Aku tidak membantu banyak," sahut Naruto. Bagaimana bisa dia dikatakan membantu, ketika pada realitanya, ia hanya memindahkan hutang Sakura kepadanya?

"Aku akan berusaha melunasi hutangku sesegera mungkin," kata Sakura.

"Apa itu artinya kau akan mengambil tawaranku?" Ada satu lagi tawaran pekerjaan yang diberikan Naruto pada Sakura, tapi terakhir mereka bertemu di taman itu, Sakura masih terlihat ragu untuk menerima tawaran pekerjaan yang Naruto berikan.

"Setelah kupikirkan, itu ide yang bagus. Aku orang yang mempunyai banyak hutang, aku tidak boleh cerewet dalam memilih pekerjaan."

Naruto tersenyum bosan. "Kau bebas memilih. Lagipula, aku tidak berharap kau melunasi hutangmu sesegera mungkin. Ambil waktu sebanyak yang kau mau."

"Karena kau sebaik ini, aku tidak mau membebanimu." Sakura berdiri dari bangku dan menepuk lengan Naruto. "Sekali lagi, aku minta maaf sudah menunjukkan sisi menyedihkanku yang seperti ini padamu. Aku hanya tidak tau harus meminta bantuan dari siapa lagi."

"Aku yang minta maaf karena sudah ikut campur." Naruto berucap sambil berjalan santai dengan Sakura di sisinya. Peluh mengalir samar di wajahnya. Sambil berjalan santai dengan Naruto juga, Sakura melirik Naruto sesekali. Memperhatikan bagaimana sahabat yang dekat dengannya ketika remaja telah tumbuh dewasa dan menjadi pribadi yang penuh karisma.

"Kalau lamaranku diterima oleh Hinata, aku mungkin akan menikah sesegera mungkin." Naruto bercerita, kegembiraan terdengar dalam suaranya. "Aku takut dia berubah pikiran, jadi, aku harus meresmikan hubungan kami secepat mungkin."

"Kau sangat bersemangat."

"Mmm, tentu saja. Hinata adalah wanita yang paling aku cintai, aku ingin dia ada di hidupku selamanya. Ketika pernikahanku terjadi, aku berharap kau menyempatkan untuk datang."

Sementara Naruto bercerita dengan kebahagiaan membuncah di dadanya, imajinasi tentang masa depan yang cerah terlukis di benaknya, langkah Sakura perlahan-lahan melamban, terhenti dalam kebimbangan.

Menyadari Sakura tidak mengikutinya, Naruto menoleh dengan dua kening bertaut.

Ada apa?







***






Sasuke kembali muncul di Akimichi setelah mengambil jeda beberapa hari kemarin. Kemunculannya di sana disambut Sakura dengan cengiran tipis dari atas panggung. Sakura mulai bekerja, menaruh fokus pada pianonya. Sementara musik jazz mengudara di ruangan itu, memberikan hiburan pada setiap tamu, Sasuke duduk sendirian di meja yang kerap ia tempati. Sepasang manik hitam memandang Sakura dengan kekaguman.

TWISTED NIGHT (SASUSAKU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang