5. What Do You Want?

1.3K 147 8
                                    









"Aku sudah memutuskan, aku tidak bisa mempercayaimu."

Ketika Sakura mendengar penuturan Sasuke, Sakura tidak mengambil banyak waktu untuk merenungi maksud Sasuke. Sakura hanya mengendikkan bahu, masa bodoh dengan pengakuan pria itu.

"Itu bukan urusanku," kata Sakura, "Aku tidak memintamu mempercayaiku atau apa pun."

Lagipula, Sakura tidak merasa perlu dipercayai oleh Uchiha Sasuke. Pria itu hanya teman dari temannya, keberadaan asing yang, seharusnya, tidak terlibat dengannya. Jika bukan karena Sakura memergoki Sasuke dan Hinata berciuman malam itu, Sakura percaya, Sasuke pasti tidak akan muncul di hadapannya dan menempelinya seperti kuman.

"Kau menerima ajakan pria asing dengan gampang, bagaimana bisa aku percaya kau tidak akan melakukan hal yang sama pada Naruto?"

"Kalau kau begitu mencemaskan Naruto, kau seharusnya mengurungnya. Kenapa kau malah merusuh di hidupku?"

"Karena Naruto menyukaimu, kau pasti tau itu, kan?"

"Jujur saja, aku tidak tau." Sakura menarik napas jengah. Ia masih tidak habis pikir, pertemuannya dan Naruto malam itu bisa menciptakan drama yang tidak perlu. Padahal ia hanya bertegur sapa dengan kawan lama, mengapa sekarang ia mempunyai Uchiha Sasuke membayangi langkahnya?

"Aku sudah lama tidak bertemu dengan Naruto," kata Sakura, kali ini memutuskan bersandar di dinding. "Aku tidak tau apa dia masih bocah bodoh yang sama yang selalu memintaku untuk mencintainya. Yang kuketahui sekarang, Naruto mempunyai Hinata, tunangannya."

Sakura merasa energinya terkuras hanya dengan berhadapan dengan Uchiha Sasuke. Sakura paham alasan pria itu menempelinya, mengganggunya. Sasuke pasti takut hubungan Naruto dan Hinata berantakan. Tapi, hanya karena Sakura mengerti, bukan berarti Sakura membenarkan tindakan pria itu.

"Tidakkah menurutmu aksimu berlebihan?" Sakura kembali bicara, mata mempelajari Sasuke dengan seksama. "Atau ini karena Hinata? Apa perempuan itu tidak mempercayaiku, jadi dia mengutusmu sebagai bala bantuannya?"

"Aku bukan bala bantuan siapa pun," bantah Sasuke. "Aku hanya ingin bertanggung jawab atas masalah yang sudah kuciptakan."

"Karena kau mencium Hinata? Kupikir itu hanya kesalah-pahaman yang sudah lewat. Lalu, kenapa kau masih menggangguku?"

Belum sempat Sasuke menimpalinya, Sakura melanjutkan lagi. "Ah, tadi kau bilang kau tidak mempercayaiku. Jadi ini maksudnya."

Sasuke takut Sakura akan membeberkan kejadian malam itu pada Naruto, sebagai cara untuk menghancurkan hubungan Naruto dan Hinata.

Senyum Sakura merekah sinis ketika ia berhasil merasionalkan tindakan Sasuke, yang jujur saja, sangat konyol baginya. "Begini saja, Uchiha-san. Memangnya apa yang mampu kau lakukan?"

"..."

Sakura menegapkan punggungnya, kembali berdiri arogan di hadapan Sasuke yang tak berkutik di hadapannya. "Bahkan bila kau tidak mempercayaiku, apa yang mampu kau lakukan untuk mencegahku melakukan apa pun?"

Tangan Sakura berlabuh di pundak Sasuke, jari-jari lentik bermain di kerah kemeja denim pria itu. "Asal kau tau, aku adalah tipe orang yang semakin dilarang semakin tertantang. Kau yang bersikeras seperti ini..., daripada membuatku segan, malah membuatku penasaran..., mungkin, Naruto tidak begitu buruk."

Saat itu, ucapan Sakura meresap di indera pendengaran Sasuke seperti air dingin yang membekukan. Sasuke dibuat merinding dan meriang. Sasuke jadi teringat wajah Hinata, keengganan dan kesedihan yang berpadu-padan. Kalau sesuatu terjadi pada hubungan Naruto dan Hinata, Hinata akan membencinya.

TWISTED NIGHT (SASUSAKU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang