Perasaan Sasuke campur aduk. Sasuke kesal dan keki, ia dilingkupi oleh iritasi. Lalu, menyertai perasaan itu, ada kelegaan yang perlahan-lahan meredakan syarafnya, menenangkan kecemasannya, dan di antara tumpukan emosi yang tumpah tindih itu pula, ada sedikit kegembiraan.
Segala runyam yang Sasuke rasakan sore itu terjadi karena Sakura. Terima kasih pada gadis itu yang sudah sukses mempermainkannya, Sasuke semalaman kesulitan memejamkan mata, kesulitan fokus bekerja, dan pada akhirnya, ketika ia memaksa Sakura untuk diikut-sertakan dalam 'pekerjaan' Sakura, Sasuke menemukan dirinya berujung dipermainkan.
Sakura tidak bekerja sebagai nude model seperti yang Sakura katakan!
Gadis itu membohonginya. Dia hanya datang ke kediaman Shimura Sai sebagai teman Ino. Bicara soal Ino, Ino lah yang akan menjadi nude model untuk karya Sai. Sakura terlibat di sana karena Ino merasa lebih nyaman bila ada satu perempuan yang ia kenali menemaninya.
Hanya itu!
Sasuke dibuat kacau-balau dengan sia-sia.
"Apa kau kecewa?" Sakura menusuk lutut Sasuke dengan telunjuknya. Sejak tadi, Sakura asik menertawai Sasuke yang tercengang heran ketika malah Ino yang masuk ke ruang lukis Sai, meninggalkan Sakura dan Sasuke di luar studionya, duduk berdua di sofa dengan kanvas-kanvas baru bertengger di dinding, aroma cat menguar di udara, dan dua kaleng soda di meja.
"Apa yang harus kukecewakan?" tutur Sasuke, memaksakan diri untuk tidak terdengar keki.
"Aww, kupikir kau mau ikut kemari karena ingin melihatku bekerja. Kau bilang begitu ketika kau memaksa ikut ke sini. Jadi, apa kau kecewa sudah tidak melihatku berpose tanpa busana?"
Sasuke merotasikan mata.
"Aku sudah melihat apa yang ingin kulihat," tanggap Sasuke, matanya memindai Sakura dari ujung rambut turun ke kaki, lalu naik kembali ke mata Sakura. Tatapannya seperti menembus setiap helai benang yang menutupi Sakura, membaca gadis itu melewati sampulnya.
Tidak bisa menjawab Sasuke, Sakura menerima kekalahannya dengan kekehan. "Oke," kata Sakura, sambil mengangguk-angguk kecil. "Itu jawaban yang bagus."
"Sudah kukatakan, kau harus berhenti meremehkanku." Sasuke menyeringai tipis.
"Oh, please. Itu hanya satu kemenangan. Jangan besar kepala. Aku akan menang di lain waktu."
"Kau harus berhenti menggodaku," Sasuke merilekskan punggungnya di bahu sofa. "Di lain waktu, aku tidak akan sebaik ini."
"Apa yang dapat kau lakukan, memangnya?" Sakura ikut menyandar. "Lagipula, menggodamu menyenangkan. Aku tidak mau berhenti."
Sasuke menghela napas.
"Juga, kupikir, kalau aku bisa membuatmu tersipu, maka aku akan mampu membuat siapa pun tersipu. Kau adalah tolok ukurnya."
"Jadi, maksudmu..., aku adalah tempat latihanmu?" Memikirkan Sakura akan menggoda pria lain dengan metode sama yang sudah Sakura terapkan padanya, Sasuke menjadi masam.
"Kau membantuku," kata Sakura. "Bukankah itu fungsi utama teman? Kita berbagi saran, saling mendengarkan, membantu. Kau bisa meminta tips padaku juga, kalau-kalau kau tertarik ingin merebut Hinata dari Naruto. Aku tau cara yang tepat untuk membuat perempuan terpikat."
Sakura memandang Sasuke di sana, kerlingan matanya jenaka. Sakura menunjukkan keramahan seorang kawan padanya, dan entah mengapa, Sasuke menemukan ketidak-senangan merayap di hatinya. Sasuke membenci dinding tak kasat mata yang kini membatasinya dan Sakura. Dinding yang seharusnya membatasi relasi mereka agar tidak melewati batasan, sekarang ingin ia rubuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWISTED NIGHT (SASUSAKU)
ФанфикApa yang terjadi malam itu adalah kesalahan. Twisted Night © Vivianne. NARUTO © Masashi Kishimoto.