Sedikitnya, Sakura mulai memahami cerita Karin tentang keengganannya berlayar lama karena takut mati bosan di atas kapal. Sakura menyadari kalau sama seperti Karin, Sakura juga tidak menyukai lautan dan berpikir ia akan mati karena bosan melihat pemandangan yang itu-itu saja setiap harinya. Sakura bosan ketika melihat keluar, yang ia temukan hanya lautan luas tak bertepi. Seakan-akan kapal itu tidak bergerak sama sekali.
"Aku jadi kepikiran Naruto," kata Sakura, di tengah jemunya, ia mengingat sahabat kuningnya yang sudah merekomendasikan pekerjaan di kapal itu padanya.
Siang itu, Sakura sedang berada di kamar Sasuke. Ia bersantai di kamar Sasuke sambil menikmati sepiring buah-buahan segar. Sementara Sakura bersantai, Sasuke duduk di ujung sofa dengan laptop memuat file pekerjaan mengisi pangkuannya. Iya, meski sudah berada di tengah lautan, Sasuke tidak benar-benar lepas dari pekerjaan. Sesekali, ia menerima laporan dari Juugo tentang perkembangan proyek hotel mereka di Konoha.
Sebagai catatan juga, Sakura masih tinggal di kamarnya sendiri. Sakura hanya mengunjungi kamar Sasuke setiap hari sebagai tempat untuk melepas penat, dan yah, terkadang ia juga menginap di sana. Sakura, tepatnya, lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar Sasuke daripada kamarnya sendiri.
"Kenapa kau jadi memikirkan Naruto?" Meski mata masih terfokus ke laptop, Sasuke tetap mendengar keluhan Sakura.
"Hanya..., apa menurutmu dia dan Hinata sudah berbaikan?"
Sakura dan Sasuke sudah pernah mendiskusikan tentang relasi Naruto dan Hinata sebelum ini, dan Sasuke sudah menceritakan pada Sakura tentang keputusan Naruto yang ingin mengambil jeda dalam hubungannya dan Hinata.
"Aku tidak tau," ucap Sasuke, jujur.
"Itu saja? Kau tidak cemas?"
"Aku cemas, awalnya. Tapi setelah kupikir kembali, kecemasanku yang berlebihan pada mereka lah yang sudah membuat hubungan mereka kacau. Aku pikir aku sebaiknya berhenti ikut campur dan hanya fokus pada urusanku sendiri, pada hidupku dan ya..., padamu."
Sakura berkomentar kalau Sasuke boleh-boleh saja peduli pada temannya. Yang penting adalah tetap tahu batasan. Sasuke menyimak ucapan Sakura dan memahami mengapa Sai mengatakan mereka tidak sepadan pada satu sama lain. Sakura sangat dewasa dan bijaksana, dan dalam kebijaksanaannya, ada kelembutan dan pengertian. Dia tidak serta-merta arogan dalam pengetahuannya, dan selalu bicara dalam gestur santai dan ramah.
Melihat Sakura dan memahami esensi dasar yang membentuk gadis itu, Sasuke sedikit demi sedikit mulai mengerti alasan Sakura masih enggan menjalin hubungan serius dengannya. Isi kepala gadis itu mungkin dipenuhi oleh badai suara, argumentasi, ideologi dan logika yang saling membelit kusut.
Tidak sepertinya yang kebanyakan impulsif, Sakura pasti sudah berpikir panjang tentang hubungan mereka, dan malangnya untuk Sasuke, argumen yang menang di kepala Sakura adalah ketakutannya tersebut. Ketakutan yang datang bukan tanpa alasan, tapi berdasarkan pengalaman 7 tahun selama bersama Sasori.
Sakura, sepertinya, masih membawa beban rasa bersalah kepada mantannya tersebut.
"Sasuke," tegur Sakura, membuyarkan lamunan Sasuke.
"Mhm?"
"Aku sedikit penasaran, kau boleh menjawab pertanyaanku atau tidak."
"Apa?"
"Kenapa kau tidak mengejar Hinata? Maksudku..., bukan kemarin..., tapi selama ini..., kalian bersama, tapi butuh kau mabuk dulu, baru kau berani menyuarakan perasaanmu. Jadi..., uh, kau mengerti maksudku, kan?"
Sudut bibir Sasuke tertarik tipis saat mendengar kacau ucapan Sakura. "Aku mengerti," sahut Sasuke. "Aku hanya merasa aku tidak cocok dengannya, makanya aku tidak pernah berusaha mengejarnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
TWISTED NIGHT (SASUSAKU)
FanfictionApa yang terjadi malam itu adalah kesalahan. Twisted Night © Vivianne. NARUTO © Masashi Kishimoto.