Alarm Sakura berdering tepat pukul tujuh pagi, dan Sakura beranjak dari tempat tidurnya beberapa detik setelah mematikan alarm tersebut.
Kendati masih mengantuk, Sakura bangkit dari tempat tidur dan mempersiapkan dirinya untuk menghadapi hari itu. Ia mandi dan menyegarkan diri, mempercantik penampilannya di kaca, menyiapkan sarapan dan memutar musik rock di playlist-nya. Setelah segala persiapan itu, Sakura pun menyantap sarapannya di meja makan yang menghadap balkon kamarnya. Menghadap langit biru yang cerah.
Saat itu, Sakura merasakan ketentraman di dalam kesunyian dan kesendiriannya. Ia berpikir, tidak ada waktu yang lebih baik daripada pagi sebelum ia beranjak bekerja, sebelum ia bertempur dengan dunia dan manusia yang akan menguras kesehatan mentalnya.
Setelah menyantap sarapan, membersihkan sisa remah-remah roti yang jatuh di pakaiannya, mencuci piring kotor sisa makanannya, Sakura pun meraih tas selempang cokelat yang tergeletak di sofa, tas tempurnya. Sakura kemudian mengambil kunci motornya di meja dan sebelum ia menapak keluar dan meninggalkan apartemennya yang nyaman, Sakura mengecek ponsel yang sejak tadi tenggelam di saku belakang celananya.
4 panggilan tak terjawab muncul di layar ponsel Sakura, datang dari Yamanaka Ino.
Sakura mengerutkan kening. Ada perlu apa Ino menghubunginya pagi-pagi begini?
Sakura lalu menghubungi Ino kembali, dan tanpa menunggu dering kedua, Ino sudah menjawab panggilannya, secepat kilat, seakan-akan Ino memang menantikan panggilannya.
"Halo?" kata Sakura, sambil menjejalkan kakinya ke dalam loafers hitam.
"Halo, Saku. Apa kau baik-baik saja?" Ino bertanya dengan kepanikan.
"Mmm, aku baik. Ada apa dengan suaramu?"
"Kau tidak mengangkat teleponku, aku jadi panik."
Berlebihan, keluh Sakura di kepala. "Maaf, HP-ku dalam mode silence. Kenapa, memangnya?"
"Itu..., Saku..." Ucapan Ino menggantung ragu.
Sakura sedikit bingung dengan perubahan suara Ino yang dari panik menjadi gugup. Ino sepertinya melakukan sesuatu, tapi Sakura tidak tau apa itu.
Sakura tidak mau memikirkan ucapan Ino dan berlama-lamaan di dalam apartemennya, Sakura memutuskan keluar dari apartemennya sembari menunggu Ino bicara.
"Sepertinya terjadi sesuatu," kata Sakura, santai. "Apa kau memecahkan wine mahal koleksi Temari?"
"Saku, bukan itu..."
"Jadi, apa?"
"Saku..., aku minta maaf."
"Ya?"
Sakura agak bingung dengan ucapan Ino. Tidak biasanya si pirang itu meminta maaf duluan, bahkan ketika ia melakukan kesalahan. Terkecuali ia melakukan kesalahan serius, barulah Ino meminta maaf dengan sungguh-sungguh, seperti sekarang.
Tunggu..., seperti sekarang?
"Ino, apa yang kau lakukan?"
"Saku, aku..."
"Oh." Belum sempat Ino mengaku, Sakura sudah memperoleh jawaban dari pertanyaannya, alasan mengapa Ino begitu panik saat menghubunginya. Sakura menemukan jawaban itu ketika pintu elevator terbuka di depannya, menunjukkan keberadaan yang seharusnya tidak berada di sana.
Uchiha Sasuke berdiri di dalam elevator yang baru saja terbuka. Kemeja putih longgar menggantung di tubuhnya, dilingkupi jaket denim hitam yang berwarna senada dengan celana jeansnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWISTED NIGHT (SASUSAKU)
FanfictionApa yang terjadi malam itu adalah kesalahan. Twisted Night © Vivianne. NARUTO © Masashi Kishimoto.