Kunjungan Sasuke di Akimichi tidak hanya berhenti sampai malam itu. Pria itu, seperti membangun rutinitas baru, muncul setiap malam di Akimichi. Sasuke duduk di meja yang sama, dan menaruh fokus pada orang yang sama, yaitu Sakura.
Sakura yang awalnya risih akan keberadaan Sasuke, mau tak mau, menjadi terbiasa. Seperti menerima keadaan kalau sekarang ia memiliki bisul di pantatnya, dan daripada mengeluh dan marah-marah, Sakura memilih mengompensasi keberadaan bisul itu--atau sebut saja, Uchiha Sasuke.
Selama Sasuke tidak mengganggu, pikir Sakura, ia bisa menerima keberadaan pria itu di sekitarnya.
Lagipula, berkat kemunculan Sasuke empat hari berturut-turut di Akimichi, restoran itu menjadi ramai oleh wanita-wanita muda. Sasuke menjadi pemikat mata, pelaris yang tidak perlu melakukan apa-apa. Dia hanya duduk manis di meja yang biasa ia tempati, memamerkan ketampanan dengan aura dingin yang sulit di dekati.
Dia hanya perlu menjadi dirinya sendiri, dan itu cukup.
Sakura berharap ia mendapat bonus karena sudah berkontribusi secara tidak langsung atas meningkatnya pengunjung Akimichi.
"Bahkan bila kau tidak terlahir kaya, aku percaya kau tidak akan pernah memiliki kesulitan dalam hidup." Sakura mengomentari Sasuke yang kini membayangi langkahnya. Pentas Sakura di Akimichi telah berakhir malam itu, dan bukannya pulang, mereka melenggang di trotoar jalan dekat jembatan. Memandang sungai dan gedung pencakar langit di kejauhan. Cahaya lampu berkilauan, meredupkan keindahan bintang-bintang.
"Kenapa kau berpikir begitu?"
"Karena kau tampan, itu menjengkelkan." Sakura menyandar di pagar jembatan, sekaleng bir berada di genggaman tangannya. Sasuke berhenti melangkah dan berdiri di samping Sakura, mata memindai wajah Sakura dengan kejenakaan di matanya.
"Apa itu pujian?" tanya Sasuke.
"Mm, kau bisa menafsirkannya demikian."
Sasuke terkekeh. "Kalau begitu, kau juga akan berada di posisi yang sama denganku."
"Maksudnya?"
"Karena kau cantik, kau tidak akan pernah memiliki kesulitan dalam hidup."
Tawa Sakura lepas dengan ringan. "Situasiku berbeda darimu. Aku kesulitan sekarang, dan kecantikan saja tidak cukup."
"Lalu, kenapa kau berpikir ketampananku akan cukup?"
"Karena..." Sakura menatap Sasuke dan sejenak di sana, Sakura kesulitan mendeskripsikan ucapannya.
Bagaimana caranya agar ia bisa menjelaskan pada Sasuke, kalau ketampanan pria itu begitu luar biasa, ia bisa membuat Ratu dari negeri lain mencium kakinya? Bahwa, dia adalah Aphrodite dalam wujud pria.
"Kau tidak akan mengerti," Sakura menutup topik itu dengan kibasan tangan bosan. "Omong-omong, apa kau tidak bosan menemaniku tampil setiap malam?"
"Tidak juga. Kupikir itu menyenangkan."
Kening Sakura mengernyit. "Apa yang menyenangkan?"
Selama beberapa malam ini, ketika Sasuke muncul dan menjadi penonton setianya, Sakura sedikit iba dan cemas pada pria itu. Sakura takut pria itu akan kesepian dan mati bosan. Habisnya, Sakura harus tampil dalam waktu yang lama, dan ia tidak selalu memiliki waktu yang cukup untuk meladeni Sasuke. Ketika ia memiliki waktu pun, ia hanya bisa menyapa Sasuke dan bertukar obrolan singkat.
"Melihatmu bekerja, mendengarkan musikmu, itu menyenangkan."
"Aku tidak tau kau mempunyai ketertarikan pada musik Jazz."
![](https://img.wattpad.com/cover/374216246-288-k397393.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TWISTED NIGHT (SASUSAKU)
FanfictionApa yang terjadi malam itu adalah kesalahan. Twisted Night © Vivianne. NARUTO © Masashi Kishimoto.