9. Whispers of Envy

169 33 2
                                    

Lisa POV

Aku mengetuk-ngetuk pena yang kupegang ketika melihat Taehyung mendekati dirinya akhir-akhir ini. Aku mulai risih ketika lelaki itu mulai mengajak Jennie berbicara setiap pagi. Seperti aku yakin lelaki itu akan menyatakan cintanya.

Tapi gadis itu pasti akan mempermalukan pria itu karena dia tidak akan memacarinya.

Aku tahu itu.

Ayolah Jennie, kau tidak akan menerima sibrengsek itu bukan?

Jennie Kim menimbulkan perasaan aneh pada diriku yang tanpa kusadari menggerogoti hati dan pikiranku perlahan-lahan. Bahkan beberapa kali aku tidak bisa mengendalikannya.

Dia sangat menarik.

Aku bergumam pada diriku sendiri, lalu melemparkan pandanganku ke jendela.

Aku tidak bisa menatapnya terlalu lama. Aku takut tidak bisa mengendalikannya, mengendalikan perasaan aneh ini. Jujur saja baru kali ini aku merasakannya, membuatku terkadang diam-diam mencari keberadaannya.

Jika tidak kutemukan dia di kantin, dia ada di ruang musik. Setiap pagi aku menunggu kedatangannya. Apa dia terlambat atau tidak?

Atau saat-saat dia memilih gaya rambut dan mobil apa yang dipakainya hari ini.

Apa aku menyukainya?

Apa dia juga? Atau tidak? Atau malah membenciku? Aku terus bertanya-tanya mencari tahu apa yang ia suka ataupun tidak. Entahlah.. Ini semua tidak akan terjadi jika dia tidak terus-terusan berada di dekatku.

Seharusnya begitu.

Aku bisa melakukan hal gila jika dia terus menerus mengekoriku dan membuntutiku diam-diam.

Tetapi semenjak kehadiran Taehyung, gadis ini tidak seberisik sebelumnya. Dia lebih suka pindah tempat duduk dan pergi berbincang tentang Taehyung ke teman-temannya.

Aku membenci ini.

Namun, setiap kali Jennie berbicara tentang Taehyung, ada sesuatu dalam dirinya yang tampak berbeda. Senyumnya lebih lebar, matanya lebih berbinar.

Aku mencoba meyakinkan diriku bahwa ini hanya fase sementara, bahwa Jennie akan segera menyadari betapa tidak layaknya Taehyung untuknya. Tapi semakin aku melihat mereka bersama, semakin aku merasa ketidaknyamanan itu berubah menjadi sesuatu yang lebih gelap.

Rasa cemburu yang menjalar di hatiku semakin sulit untuk diabaikan. Harus aku akui itu.

Aku mulai menyadari bahwa mungkin perasaanku terhadap Jennie lebih dari yang seharusnya. Setiap kali aku melihatnya tertawa bersama Taehyung, ada rasa sakit yang menusuk di dadaku.

Tapi terror itu masih berlanjut.

Entah siapa pelakunya, aku yakin dia akan mengeluarkan kartunya jika menginginkan sesuatu dariku. Aku harus mencari tahu siapa itu sebelum terlambat.

Ayahku tidak boleh tahu kalau gadis yang bersamaku di foto adalah Jennie Kim. Jika ia mengetahui hal ini, pasti akan ada banyak pertanyaan yang harus aku jawab, dan aku tidak yakin bisa memberikan alasan yang masuk akal.

Jennie adalah anak pengusaha terkenal, dan jika kabar ini sampai ke telinga ayahku, ia mungkin akan merasa khawatir tentang banyak hal. Media bisa saja mengusik privasi kami, menciptakan sensasi yang tidak perlu dan membuat hidup kami semakin sulit.

Reaksi publik pun mungkin tidak selalu positif; ada yang akan merasa iri, mencibir, atau bahkan mencoba memanfaatkan situasi untuk keuntungan mereka sendiri.

THE SKRIP (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang