18. Fragile Bonds

171 41 4
                                    

Author POV

Jisoo menatap gadis sepupunya dengan tatapan penuh kekhawatiran dan ketidakpercayaan. "Kau membawa orang pingsan ke tempatku? Kau serius, Jennie?! Seharusnya kau membawanya ke rumah sakit!" Jisoo mengomel, suaranya terdengar tajam namun penuh kepedulian.

Ia tidak menjawab, hanya terfokus pada Lisa yang terbaring tak sadarkan diri di sofa. Dengan tangan gemetar, Jennie terus mengompres dahi Lisa dengan kain basah, mencoba menurunkan suhu tubuhnya yang masih terasa panas.

Air mata mengalir tanpa henti di wajahnya, tapi dia tidak peduli untuk menghapusnya.

Saat Jennie tiba tadi, ternyata teman-temannya sedang berkumpul di rumah Jisoo. Mereka berdiri di sekitar ruangan, bingung dan cemas melihat keadaan Lisa. Suara percakapan mereka terdengar samar di telinga Jennie yang hanya terfokus pada Lisa.

"Jennie, apa yang sebenarnya terjadi?" Rosé bertanya dengan nada cemas, matanya tak lepas dari tubuh Lisa yang terbaring lemah. "Kau darimana dan sebenarnya ada apa?"

Krystal yang biasanya tegas dan berani, kini terlihat khawatir. "Jennie, kita harus melakukan sesuatu. Ayo kita bawa dia pulang kerumahnya. Kita harus mengabari orang tuanya."

Jennie tetap diam, tidak menjawab satu pun dari mereka. Hanya suara tangisnya yang terisak pelan, mengiringi usaha tak kenal lelahnya untuk menjaga Lisa tetap nyaman.

Tangannya yang lembut mengusap wajah Lisa, seolah berharap sentuhan itu bisa membangunkan gadis yang disayanginya.

Jisoo mendesah, matanya yang resah masih tertuju pada Lisa yang terbaring lemah. "Jennie, kau harus memberitahuku apa yang terjadi. Kenapa kau tidak membawanya langsung ke rumah sakit atau kerumahnya?!"

Jisoo menatap Jennie dengan tatapan semakin penuh kekhawatiran, tidak hanya karena kondisi Lisa yang tak sadarkan diri, tetapi juga karena reaksi sepupunya yang tampak semakin rapuh. "Jennie, aku mengerti kau khawatir, tapi ini bukan cara yang benar. Lisa perlu perawatan medis—atau setidaknya kita harus menghubungi orang tuanya. Ayahnya harus tahu apa yang terjadi?!"

"Jangan!" Jennie tiba-tiba meledak, suaranya bergetar, nyaris tidak bisa dikontrol.

Dia berbalik menghadapi Jisoo, matanya yang sembab kini memancarkan keteguhan yang jarang terlihat. "Jangan sentuh Lisa, dan jangan bawa dia kemana pun! Dia tidak boleh pergi ke rumah sakit, dan ayahnya tidak boleh tahu. Tidak sekarang!"

Ruangan itu mendadak sunyi. Kata-kata Jennie bergema di antara dinding, membuat semua orang terdiam dalam ketidakpercayaan.

Rosé menatap Jennie dengan cemas, sementara mereka semua tampak sedikit tersentak oleh intensitas kemarahan Jennie, namun berusaha tetap tenang.

Irene maju selangkah, mencoba membantu Jisoo dalam situasi yang semakin tegang ini. "Jennie, kami mengerti kau sangat peduli pada Lisa, tapi kita juga harus memikirkan keselamatannya. Jika kita tidak menghubungi ayahnya, kita bisa membawa Lisa ke rumah sakit tanpa sepengetahuannya. Setidaknya sampai kita tahu dia baik-baik saja."

Jennie menggeleng keras, air mata baru mulai menetes dari sudut matanya. "Tidak... kalian tidak mengerti," bisiknya dengan suara parau.

"Ayahnya tidak boleh tahu. Dia akan menyalahkan Lisa. Dia akan membuat semuanya lebih buruk."

Irene mencoba meraih tangan Jennie, namun Jennie segera menariknya kembali, seakan tidak ingin ada yang mendekati Lisa. "Kita hanya ingin membantu, Jennie," ujarnya dengan nada lembut, mencoba meredakan situasi.

THE SKRIP (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang