Lisa POV
Hari ini aku dan Namjoon serta beberapa anggota OSIS lainnya berada di lapangan, menghadapi 26 siswa yang terlambat. Aturan yang aku buat di sekolah ini bukan tanpa alasan—aku adalah ketua OSIS sekaligus pewaris tunggal keluarga Manoban, yang juga pemilik sekolah ini.
Semuanya berjalan seperti biasa, kecuali kelima gadis itu yang seolah tidak peduli dengan keberadaanku. Mereka melenggang masuk tanpa rasa bersalah, seolah-olah mereka adalah pewaris tahta kerajaan.
Aku sudah melihat mereka berdiri di depan gerbang sebelumnya, mengapa mereka harus saling menunggu untuk masuk?
"Tunggu!" suaraku lantang memotong langkah mereka yang hendak masuk ke dalam sekolah. Tubuh Jennie Kim berbalik dengan angkuhnya dan mulai berjalan mendekat ke arahku.
Jennie Kim menatap datar, mencoba menantangku meskipun aku adalah ketua OSIS.
"Niat sekolah?" tanyaku dengan nada sarkastis.
Dia terlihat lebih kecil di depanku, namun tetap angkuh dalam sikapnya. Pandangan siswa yang terlambat dan teman-teman Jennie mulai memusat pada kami.
"Maaf, aku terlambat," ucap Jennie acuh, mencoba bergerak melewati ku. Namun, aku menghalanginya dengan cepat.
"Apa?" tanyanya menaikkan alis.
Gadis ini benar-benar tidak memiliki rasa hormat dan selalu merasa istimewa.
"Bisa minggir?" tanya Jennie.
"Tidak," bantahku tegas.
"Mengapa?"
"Kalian baris di sana," jawabku dengan tegas, menunjuk ke arah siswa lain yang sedang dijemur di depan sekolah.
"What? No! Absurd!" protes Krytal.
"Oh Shit!" Kim Jisoo bergumam.
"Diam kalian," bisik Irene kepada teman-temannya dan mereka angguk patuh.
"Kau bilang kita tidak akan dijemur," bisik Rosé kepada Kim Jisoo.
"Apa kata orang jika melihat kita dihukum karena terlambat, pasti akan jadi tontonan," sambung Krystal lagi.
Meskipun berbisik aku bisa mendengarnya.
Tatapan mata mereka kembali ke arahku, menunggu reaksi dariku. Sementara itu, Irene, yang terlihat lebih dewasa, melangkah maju untuk berbicara denganku.
"Bisakah kau memaafkan kami kali ini, Lisa? Kami memang terlambat, tapi sebenarnya kami sudah..."
"Tidak," potong Namjoon dengan tegas.
"Namjoon, tolonglah," rayu Rosé dengan telapak tangan disatukan terlipat di depan.
"Aku tahu ini kelima kalinya dari Kim Jennie. Tidak ada pengecualian," lanjutnya tegas.
"Namun..." coba Irene memotong.
"Sudahlah, Namjoon." ucapku, berusaha menengahi.
"Apa yang kalian inginkan sebagai hukuman?" tanyaku dengan suara yang tenang namun tajam, menatap Jennie dengan serius.
Di belakangnya, teman-temannya terlihat gelisah dan mencoba mencari cara. Jennie menatapku dengan dingin, namun tidak melepaskan pandangannya.
"Kami hanya terlambat, Lisa. Tidak perlu dramatis seperti ini," ucapnya dengan nada yang sama acuh seperti sebelumnya.
"Apa kamu pikir aturan ini dibuat untuk mendramatis?" sahutku dengan sedikit keheranan.
"Ini sekolah, Jennie. Kedisiplinan itu penting."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SKRIP (GXG)
FanficDalam dunia yang penuh dengan rahasia dan emosi terpendam, Jennie dan Lisa terjebak di antara harapan orang-orang di sekitar mereka dan kebenaran hati mereka sendiri. Saat mereka mencoba mengatasi kerumitan hubungan mereka, tantangan tak terduga mun...