16. It's Hurts the Most

161 34 6
                                    

Lisa terbangun lebih awal dari Jennie dan merasa tubuhnya masih lemah, tetapi perasaan hangat dari malam sebelumnya membuatnya tersenyum kecil.

Dia pelan-pelan bangkit dari tempat tidur, berusaha tidak membangunkan Jennie yang masih terlelap di sebelahnya. Gadis itu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, meninggalkan Jennie sendirian di kamar.

Beberapa menit kemudian, Jennie mulai terbangun. Saat ia menyadari Lisa tidak ada di sebelahnya, ia merasa panik sejenak, tetapi kemudian mendengar suara air dari kamar mandi.

Jennie duduk di tepi tempat tidur, merenungkan apa yang terjadi semalam. Wajahnya memerah saat ingatan tentang ciuman dan sentuhan mereka muncul kembali. Ia tidak pernah membayangkan dirinya bisa begitu dekat dengan Lisa, dan itu membuatnya bingung.

Lisa keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sedikit lebih segar. "Good morning," sapanya lembut sambil berjalan mendekati Jennie.

Jennie tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. "Good morning," balasnya dengan suara serak.

"Aku rasa aku sudah cukup sehat untuk kembali ke sekolah," ujar Lisa tiba-tiba, mencoba terdengar ceria. "Bagaimana kalau kita pergi bersama?"

Jennie terkejut mendengar Lisa ingin kembali ke sekolah begitu cepat. "Kau sebaiknya tetap di rumah dan istirahat sampai benar-benar pulih," katanya, mencoba untuk tetap tenang.

"Tapi aku merasa sudah lebih baik. Aku tidak ingin tertinggal terlalu banyak, lagipula OSIS membutuhkanku" Lisa membalas, sedikit bingung dengan reaksi Jennie yang terlihat agak canggung.

Jennie menggeleng tegas. "Tidak, Lisa. Kau masih perlu istirahat. Jangan memaksakan diri," ucapnya dengan nada yang lebih tegas dari biasanya, matanya menghindari tatapan Lisa.

Lisa menatap gadis yang ditidurinya semalam dengan bingung, merasakan ada sesuatu yang berbeda. "Apa ada yang salah?" tanyanya pelan, mencoba mencari jawaban di wajah Jennie.

"Nothing," Jennie segera berdiri, mengambil tasnya dan bersiap untuk pergi. "Aku hanya ingin kau benar-benar sembuh sebelum kembali ke sekolah. Aku akan pergi sendiri hari ini."

Lisa hanya bisa mengangguk pelan, merasa ada sesuatu yang Jennie sembunyikan darinya. Dia mengamati Jennie yang buru-buru keluar dari kamar, meninggalkan Lisa sendirian dengan perasaannya yang campur aduk.

*

Setelah turun dari mobil, Jennie berjalan dengan langkah berat, pikirannya dipenuhi oleh kejadian semalam. Rasa malu dan jijik mulai menyelimuti pikirannya.

Bagaimana mungkin dia bisa melakukan hal seperti itu, sedangkan mereka sama-sama perempuan? Pikiran itu terus menghantui Jennie, membuatnya merasa terjebak dalam perasaan yang tidak dia mengerti.

Dia tidak akan pernah ingin mengakui ketertarikannya pada sesama jenis. Perasaan itu bertentangan dengan semua yang dia yakini selama ini.

Jennie menyukai Lisa—dia ingin berada di sampingnya, melindunginya, dan menjadi orang terbaik yang selalu ada. Namun, bukan ini maksudnya. Bukan hubungan seperti ini yang pernah dia bayangkan, dan itulah yang membuatnya semakin bingung dan merasa bersalah.

Bagaimana jika Lisa menyadari betapa kacau pikirannya sekarang?

Pikiran itu membuat Jennie ketakutan, dan ia merasa semakin terperosok dalam jurang yang gelap dan tak berujung.

Di dalam kelas, Jennie duduk di mejanya dengan mata yang kosong, tatapannya menerawang jauh melewati buku-buku yang terbuka di depannya. Pikirannya berkecamuk tanpa henti, memutar ulang kejadian semalam dan menyisakan perasaan campur aduk yang sulit ia pahami.

THE SKRIP (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang