11. Unwelcome Surprises

220 33 4
                                    

Author POV

Suasana di dalam mobil terasa canggung, seolah-olah ada sesuatu yang menggantung di antara mereka, tetapi tak ada yang berani memecahkannya. Mesin mobil berdengung lembut, suara roda berputar di atas aspal yang basah menjadi latar belakang keheningan yang hampir menyesakkan.

Jennie duduk di kursi penumpang, sesekali melirik ke arah Lisa yang sedang fokus menyetir. Sesuatu dalam cara Lisa memegang kemudi—tenang, terkendali, namun dengan sedikit ketegangan di ujung jarinya—membuat Jennie tersenyum tipis.

Dia tak bisa menahan diri untuk tidak memerhatikan Lisa yang tampak begitu serius. Ada sesuatu yang menenangkan dari tatapan Lisa yang lurus ke depan, meskipun keheningan di antara mereka menambah sedikit rasa kikuk.

Lisa akhirnya menyadari tatapan Jennie yang tak kunjung lepas darinya. Dia melirik sekilas ke arah Jennie, kemudian kembali fokus pada jalan di depannya, tapi kini dengan sedikit senyum di bibirnya.

"Kau menatapku seperti aku ini lukisan atau sesuatu," Lisa akhirnya membuka percakapan, nada suaranya setengah bercanda.

Jennie terkekeh pelan, lalu menjawab dengan santai, "Mungkin saja. Kau terlihat sangat fokus, seperti kalau aku mengganggumu, mobil ini akan berubah menjadi pesawat atau apa."

Lisa tertawa kecil, dan suasana tegang di antara mereka mulai mencair. "Yah, kalau kau ingin terbang, aku bisa coba. Tapi jangan salahkan aku kalau kita mendarat di bulan, tapi jangan ajak yang lain ya."

Jennie menahan senyumnya, menatap Lisa dengan tatapan iseng. "Kukira kau memang bisa segalanya, Lisa. Ketua OSIS kita yang berwibawa ternyata seorang yang suka gombal? Kedengarannya aneh karena kau terlalu dingin disekolah."

Lisa memutar matanya, meski senyuman di wajahnya semakin lebar. "Tentu saja itu dua hal yang berbeda Jennie, jangan bahas aku yang disekolah."

Jennie melempar wajah kearah jendela takut Lisa tahu kalau tersenyum salah tingkah. Namun, hal itu sudah disadari gadis bermata hazel itu. Ia pun melanjutkan candaannya.

"Ngomong-ngomong aku juga bisa menjadi penyelam di bawah laut. Dan kalau kau mau, aku bisa bawa kita ke Atlantis setelah dari bulan."

"Apaa sihh" Jennie tertawa, jantungnya berdebar dari tadi dia sangat tidak menyangka bahwa Lisa memiliki sisi lain, dan dia mulai menyukainya. "Tapi aku suka ide itu! Kita bisa mengadakan pesta di bulan dan kemudian liburan ke Atlantis. Harus ada unicorn di sana juga."

Lisa menggigit bibirnya, mencoba menahan tawa. "Unicorn...? mengapa tidak badak saja?."

"Karena setiap tempat rahasia ada Unicornnya" Lisa tersenyum mengangguk-anggukan kepala seolah paham dengan maksud Jennie.

Keheningan yang sebelumnya canggung kini berubah menjadi keakraban yang hangat. Mereka berdua sama-sama menyadari bahwa, meskipun banyak yang telah terjadi di ternyat antara mereka punya sisi lain yang tidak pernah mereka ketahui satu sama lain sebelumnya.

"Apa kau punya tempat rahasia?" tanya Jennie lagi setelah hening sejenak.

"Punya," jawab Lisa sambil tersenyum tipis. "Ketika aku merasa stres, tertekan, atau banyak masalah, aku pergi ke sana."

"Oh ya? Bawa aku ke sana kalau begitu." Lisa melirik Jennie sejenak, lalu berkata dengan nada main-main, "Tidak jadi keacara musik?"

"Tidak" Jawab Jennie yakin dan singkat.

"Benarkah kau mau pergi ke sana tanpa bertanya di mana tempatnya?"

Jennie tertawa kecil. "Memangnya di mana?"

"Ruang OSIS," jawab Lisa, masih dengan nada bercanda.

"Yang benar saja," Jennie menggelengkan kepala sambil tersenyum.

THE SKRIP (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang