Amerta - Ryomen Sukuna

189 18 0
                                    

Ryomen Sukuna X Fem! Readers
JJK ☆ Gege Akutami
⍟ Story by : Me [Fai. F]

»»------- A M E R T A------««

• N/ Amerta : Abadi

Menulis merupakan hal yang mudah.

Siapa yang berani mengatakan seperti itu? Katakan padaku, supaya aku bisa menyeretnya ke hadapanku dan menunjukkan berapa sulitnya menjadi penulis.

Penulis adalah perkara mudah? Jangan bercanda. Kau tak akan pernah tahu jika tidak pernah merasakan betapa sulitnya hal yang dianggap remeh ini.

Duduk berjam-jam dengan koyo yang entah sudah kali keberapa dipakai. Belum lagi persoalan writer block yang semakin hari membuat stres para penulis.

Tolonglah, bahkan penulis profesional sekalipun akan tersiksa jika dirinya sudah mengalami writer block yang sudah seperti Jailangkung, datang tak di undang pulang tak diantar.

Menulis adalah hal yang menyenangkan. Gagasan itu memang selalu terbesit di akal pikiran para penulis.

Sama dengannya yang [Name] rasakan selama ini.

Perasaan membuncah yang tak dapat ia jelaskan ketika banyaknya apresiasi dari orang-orang luar yang menyukai karya yang ia buat.

Setidaknya hal sederhana itulah yang membuat hari gadis manis itu lebih menyenangkan.

Jemari lentik itu terus menari di atas keyboard laptop miliknya. Sebagaimana iris mata jernih itu tampak berkilat, seolah menunjukkan secara tidak langsung bahwa ia sangat mendedikasikan dirinya untuk menulis.

Tak peduli sudah jam ke berapa gadis itu tak bergerak dari tempat duduknya. Pandangannya selalu tertuju pada layar laptopnya.

"Aduh, tokoh utamanya harus ku apakan ya? Apa aku buat mati saja? "

Gumaman demi gumaman terlontar di bibirnya merah mudanya. Seolah rasa frustasi kembali menggerayangi, bertepatan saat dirinya mendapatkan stuck di tengah alur cerita yang ia buat.

Perasaan menyebalkan itu tiada henti mengganggu kelancaran para penulis untuk membuat cerita tentunya.

Tak!

"Kau menulis lagi? "

Manik [eye color] itu bergulir dan bersirobok dengan iris terang milik seorang pria dihadapannya.

Sosok pria yang dirinya puja tanpa pria itu ketahui.

"Seperti yang kau lihat. "

[Name] melirik segelas teh hangat yang diletakkan di samping laptopnya. Ia mengangkat gelas itu dan mulai meminumnya.

Tatapan matanya kini sama sekali tak beralih dari laptopnya.

"Kenapa bukan kopi? "

Pria bernama Sukuna itu mendengus. Bersamaan dengan dirinya yang mulai duduk dihadapan Sang Gadis sembari memangku dagunya, ia kembali berbicara.

Husbu X Fem! Readers [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang