Jennie menunggu Jisoo sambil duduk bosan tanpa teman bicara di Starbucks. Hanya ada americano coffee yang menemaninya, dan tentu minuman itu tidak bisa di ajak bicara.
Jennie menghela napas dan berkali kali melihat jam di tangan kirinya, sudah lebih dari sepuluh menit dan Jisoo belum juga muncul.
Sedangkan seorang bertubuh tinggi tengah masuk menggunakan topi yang membuat wajahnya menjadi tidak sepenuhnya terlihat. Jennie yang sejak tadi tidak memperhatikan orang orang yang masuk mendadak memfokuskan pandangannya pada seseorang yang baru masuk itu.
Sesuatu yang berbeda dapat dia rasakan. Seperti, Jennie pernah bertemu dengan orang itu bahkan ketika Jennie tidak melihat wajahnya secara penuh.
"Ah Jennie kau berhalusinasi." Pekik Jennie pada dirinya sendiri.
Jennie kembali menyeruput kopinya dan melupakan bayangan tentang orang itu lagi. Tapi Jennie menjadi merasa lebih penasaran, dia melirik orang itu tapi sekarang Jennie tidak bisa melihat wajahnya, hanya punggungnya saja. Namun hanya dengan itu Jennie yakin kalau dia tidak sedang berhalusinasi.
"Itu sama persis seperti punggungnya." Gumam Jennie. Matanya tidak terlepas dari seorang gadis yang berdiri sambil bicara pada barista. Jennie kemudian berdiri mengambil tas nya.
Orang itu berdiri agak jauh dari Jennie. Jennie mengambil langkah pelan sembari meyakinkan dirinya. Jennie mulai mendekati orang itu.
Semakin dekat...
Tangan Jennie naik untuk menyentuh punggungnya tapi seseorang membuat ia gagal dalam melakukannya. Jisoo datang dan menarik Jennie pergi keluar dari Starbucks.
"Unnie, kau membuatku terkejut!" Desis Jennie.
"Kita harus pulang sekarang, aku ingin istirahat." Balas Jisoo tanpa melihat wajah adiknya. Jennie menyipitkan matanya melihat sang kakak yang seperti tergesa gesa.
"Unnie pelan pelan, kau seperti sedang dikejar polisi karena kejahatan." Ujar Jennie.
Jisoo tidak menjawab, dia tetap berjalan dengan langkah yang cepat bahkan lebih cepat dari sebelumnya. Jennie hanya bisa pasrah dan membiarkan Jisoo membawanya pergi padahal dia sangat penasaran dengan orang yang ada di Starbucks itu.
Jennie dan Jispo masuk ke dalam mobil, Jennie di kursi kemudi sedangkan Jisoo di sebelahnya. Jisoo memakai seatbelt dengan wajah yang datar membuat Jennie heran dan bertanya tanya.
"Unnie, are you okay?"
"Tidak, jadi bisakah kita pergi dari sini segera? Aku tidak ingin berlama lama di sini." Jawab Jisoo ketus padahal tadi saat berbicara di telpon nada bicaranya lembut dan seperti tidak terjadi apa apa.
Jisoo bersandar di sandaran tempat duduknya menutup matanya untuk berpura pura tidur agar Jennie tidak bertanya lagi. Jennie memilih diam dan mulai menjalankan mobilnya. Matanya masih melihat ke arah Starbucks, dia mendapati orang itu sedang berbicara di telpon.
'Oh Tuhan jika itu benar Lisa maka tunjukkan. Aku ingin memastikan dia baik baik saia sekarang.' Batinnya.
.
Bangkok, Thailand
Karina menempelkan ponselnya diantara pundak dan telinganya. Lisa menelpon dan dia tidak mau melewatkannya. Alhasil meski sedang sibuk, gadis cantik itu tetap menjawab telpon dari pacarnya.
"Kau sudah sampai di apartemen?" Tanya Karina.
"Belum, aku masih di sekitar bandara Incheon. Aku membeli kopi di Starbucks. Kau sedang apa?" Tanya Lisa balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under The Dark Skies of Seoul | JENLISA
FanfictionHal yang paling puncak dalam mencintai ketika rasa sedih berubah menjadi rasa ikhlas. Kehilangan seseorang yang menjadi bagian dari hidup adalah sesuatu yang sangat menyakitkan bagi manusia. __________ JENLISA