8. Shy

812 107 10
                                    

"Lisa." Panggil Jimin.

"Hey Jimin-ah, sudah lama aku tidak melihatmu, ke mana saja kau, huh?" Tanya Lisa hendak menghampirinya.

"Aku pulang ke Busan, Ibu ku sedang sakit dan aku harus merawatnya." Jawabnya dengan senyuman. Lisa menjadi sendu lalu menepuk nepuk pundak Jimin.

"Lalu bagaimana keadaan Ahjumma? Apa sudah lebih baik?"

"Hmm, jika belum mungkin kau tidak melihatku di sini, Lisa-ya" Kekeh Jimin.

"Kadang orang tua berpura pura merasa lebih baik agar anak nya tidak khawatir. Orang tua selalu menganggap diri mereka beban pada anak nya padahal itu bukan yang sebenarnya." Lisa menjadi sendu.

"Tapi Ibu ku benar benar sudah baik baik saja. Aku membawanya ke klinik rumah terdekat. Tidak usah khawati Lisa." Jimin tahu Lisa memiliki empati yang tinggi sehingga Lisa bersikap sangat peduli.

"Kau mau ke mana Lisa?"

"Mencari uang di dekat sungai Han, kau tahu tempat ku di sana kan?" Mendengar jawaban Lisa Jimin otomatis mengerutkan keningnya.

"Bukankah kau sudah bekerja sama dengan Kai? Kenapa kau masih harus menjadi fotografer jalanan?"

"Kau pikir aku orang kaya? Aku butuh lebih banyak uang untuk tabunganku. Aku tidak bisa bergantung disatu pekerjaan saja, lagi pula aku ingin melihat kota." Lisa tersenyum.

"Bagaimana kita ke pantai saja? Sudah lama aku tidak datang ke sana." Ajak Jimin, dia bersemangat.

"Sekarang?"

"Ya. Aku perlu meminta izin pada resepsionis lalu kita bisa pergi, naik motorku tenang saja." Lisa menjadi bersemangat dengan apa yang dia dengar.

"Mana kunci motormu, aku akan membawanya ke sini." Jimin melemparkan kunci motornya pada Lisa, gadis Thailand itu menangkapnya lalu berlari ke halaman parkir. Jimin menggeleng dengan bibirnya yang tersenyum.

"Anak itu.... Dia seperti mendapatkan hadiah hanya karena aku mengajaknya ke pantai."

Lisa POV

Hari ini aku memutuskan untuk tidak menjalankan jasa menjadi fotografer jalanan. Berada di pantai akan sangat disayangkan jika tidak dinikmati itu sebabnya aku tidak jadi dengan tujuan pertamaku keluar rumah. Jimin mengajakku ke pantai dan di sini cukup ramai meskipun hari sudah menjelang siang.

"Aku ingin makan ramyeon." Jimin berujar dengan tangannya mengelus perut.

"Aku yang traktir, tenang saja. Aku menerima uang dari kekasihku." Bisiknya lalu tertawa.

"Kau memanfaatkan Kim Taehyung." Aku tertawa jahil.

Sebenarnya aku sudah kenyang, aku makan sarapan cukup banyak tadi karena pikirku aku akan lama di luar karena aku harus menjadi fotografer jalanan untuk orang orang yang ingin mengabadikan momen.

"Ada sushi, kau mau?" Tawar Jimin. Aku menggeleng, aku cukup tahu diri meski kami teman dekat. Jimin memiliki masalah ekonomi yang sama denganku, hanya saja dia masih memiliki orang tua.

"Aniya, aku makan ramyeon saja."

"Geure. Ahjussi, dua ramyeon dan dua soju."

Selesai makan kami berjalan jalan di tepi pantai. Aku membawa dua kamera, yang bukan polaroid. Aku banyak mengambil foto yang menurutku indah.

"Ini bisa aku tunjuk kan pada Kai, dia pasti menyukainya." Gumamku. Pria itu menyukai foto pemandangan dan ini pasti akan menarik perhatiannya.

Under The Dark Skies of Seoul | JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang